Pw. S. Yohannes Maria Vianey Im.(P)
Yer. 26:11-16,24
Mzm. 69:15-16,30-31,33-34
Mat. 14:1-12
Yer. 26:11-16,24
26:11 Kemudian berkatalah para imam dan para nabi itu kepada para
pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: "Orang ini patut mendapat
hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kota ini, seperti yang kamu
dengar dengan telingamu sendiri."
26:12 Tetapi Yeremia berkata kepada segala pemuka dan kepada
seluruh rakyat itu, katanya: "TUHANlah yang telah mengutus aku supaya
bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang
telah kamu dengar itu.
26:13 Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan
perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal
akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu.
26:14 Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu,
perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu.
26:15 Hanya ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa jika kamu membunuh
aku, maka kamu mendatangkan darah orang yang tak bersalah atas kamu dan atas kota
ini dan penduduknya, sebab TUHAN benar-benar mengutus aku kepadamu untuk
menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."
26:16 Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu kepada
imam-imam dan nabi-nabi itu: "Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati,
sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama TUHAN, Allah kita."
26:24 Tetapi Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia
tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat untuk dibunuh.
Mat. 14:1-12
14:1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada
Herodes, raja wilayah.
14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah
Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya
kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes,
membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri
Filipus saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal
engkau mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak
yang memandang Yohanes sebagai nabi.
14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak
perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes,
14:7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja
yang dimintanya.
14:8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata:
"Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena
tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
14:11 dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam,
lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil
mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada
Yesus.
Santo
Yohanes Maria Vianney
Mulanya ia dianggap remeh karena kelambanannya dan kebodohannya.
Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia tidak diperkenankan uskup melayani
sakramen pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberi bimbingan rohani.
Setelah beberapa, ia ditempatkan di paroki Ars, sebuah paroki yang terpencil,
dan tak terurus. Di paroki ini Yohanes Maria Vianney mengabdikan dirinya dan
menjadikan desa Ars sebuah tempat ziarah bagi umat di segala penjuru.
Yohanes Maria Vianney lahir pada tanggal 8 Mei 1786 di desa
Dardilly, Lyon-Prancis. Ayahnya, Mateus Vianney, seorang petani miskin. Ibunya
serorang yang taat beragama. Masyarakat setempat kagum dan suka pada mereka
karena cara hidup mereka yang benar-benar mencerminkan kebiasaan hidup
Kristiani. Semenjak kecil, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras dan doa
yang tekun berkat telandan orangtuanya. Dibandingkan dengan kelima orang
saudaranya, ia memang trampil dan rajin bekerja namun lamban dan bodoh. Ia baru
bisa membaca pada usia 18 tahun. Meskipun begitu, ia bercita-cita menjadi imam.
Pada umur 20 tahun, ayahnya dengan berat hati mengizinkan dia
masuk Seminari di desa tetangganya, Ecully. Hal ini bukan karena ayahnya tidak
mengijinkan dia menjadi imam tetapi semata-mata karena kelambanan dan
kebodohannya. Pendidikannya sempat tertunda karena kewajiban masuk militer yang
berlaku di Prancis pada masa itu. Baru pada tahun 1812, ia melanjutkan lagi
studinya. Ia mengalami kesulitan besar sepanjang masa studinya di Seminari.
Hampir semua mata pelajaran, terutama bahasa Latin, sangat sulit dipahaminya.
Namun ia tidak putus asa. Ia rajin berziarah ke Louveser untuk berdoa dengan
perantaraan Santo Fransiskus Regis agar bisa terbantu dalam mempelajari semua
bidang studi. Berkat doa-doanya, ia berangsur-angsur mengalami kemajuan hingga
menamatkan pendidikan Seminari Menengah Verriores dan masuk Seminari Tinggi. Di
jenjang Seminari Tinggi, ia harus berjuang lebih keras lagi agar lolos dari
kegagalan. Meskipun begitu ia terus menerus harus mengulangi setiap ujian.
Pemimpin seminari sangat meragukan dia, namun mereka pun tidak bisa
mengeluarkan dia karena kehidupan rohaninya sangat baik. Ia seorang calon imam
yang saleh. Akhirnya Yohanes pun dianggap layak dan ditabhiskan menjadi imam
pada tahun 1815.
Setelah menjadi imam, ia belum diperkenankan melayani sakramen
pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberikan bimbingan rohani kepada
umat. Kecuali itu, ia dinilai tidak bisa menjadi pastor di paroki-paroki kota.
Oleh karena itu ia ditempatkan di paroki Ars. Ars adalah sebuah desa terpencil
dan terbelakang di Prancis. Paroki ini dianggap cocok bagi dia karena tingkat
pendidikan umatnya tidak seberapa.
Pada 8 Februari 1818, Yohanes mulai menyadari karyanya di Paroki
Ars. Di satu pihak ia sungguh menyadari bahwa kemampuannya tidak seberapa bila
dibandingkan dengan beratnya tugas mengembalakan umat Allah; tetapi di pihak
lain ia pun sadar bahwa dirinya bukanlah pelaku utama karya pengembalaan umat
melainkan Allah melalui Roh Kudus-Nya-lah pelaku utama karya besar itu.
Kesadaran itu mendorong dia untuk senantiasa mempersembahkan karyanya kepada
Tuhan. Tahap demi tahap ia membenahi parokinya dengan coba membangkitkan
semangat iman umat. Semangat kerja kerasnya semenjak kecil mendorongnya untuk
berkhotbah dan mengajar umat tanpa mengenal lelah.
Yohanes yang dahulu dianggap remeh dan dipandang dengan sebelah
mata oleh banyak imam, kini dikagumi dan disanjung. Desa Ars yang dahulu sepi,
sekarang menjadi tempat ziarah terkenal bagi umat dari segala penjuru Prancis.
Dari mana-mana umat datang ke Ars untuk merayakan Ekaristi dan mendengarkan
khotbah pastor desa yang saleh itu. Khotbah-khotbah tajam, keras dan mengena
sehingga menggetarkan hati umat terutama para pendosa. Namun di kamar
pengakuan, ia ramah dan dengan hati yang ikhlas memberi bimbingan rohani kepada
umatnya. Oleh rahmat Allah yang diperkuat dengan keluhuran budi dan kesalehan
hidupnya, Yohanes mampu menghantar kembali umat kepada pertobatan dan
penghayatan iman yang benar.
Pastor Ars yang saleh
ini dikarunia karisma mengetahui berbagai hal sebelum terjadi. Karisma ini
dapat dilihat dalam pengalaman Nyonya Pauze dari St. Etienne. Pauze datang
mengaku dosanya di gereja paroki. Pastor yang melayani sudah tua, kurus dan
lemah. Dialah Yohanes Vianney. Dalam hatinya ia berpikir: "Tentu ini kesempatan
terakhir bagiku untuk menerima berkatnya". Namun pastor tua itu tiba-tiba
berkata: "Bukan begitu anakku! Tiga minggu lagi kita akan bertemu
kembali". Nyonya Pauze terperanjat dan pulang dengan seribu tanda tanya.
Ia menceritakan kata-kata pastor itu kepada teman-temannya. Dan persis tiga
minggu kemudian, nyonya Pauze meninggal dunia bersamaan dengan pastor tua itu.
Mereka bertemu lagi di surga.
Meskipun ia saleh, ia tidak luput dari gangguan setan. Ia sering
tidak bisa tidur karena gangguan setan di malam hari. Ia tidak takut karena
yakin sesudah kejadian itu selalu akan datang pendosa berat yang mau bertobat.
Di samping penyembuhan luka-luka batin umatnya, banyak pula penyembuhan jasmani
yang terjadi secara ajaib melalui perantaraannya.
Tugas hariannya yang berat itu sangat menguras tenanganya.
Beberapa kali ia meninggalkan Ars untuk beristirahat di sebuah biara. Tetapi ia
selalu diseret kembali oleh umatnya di dusun Ars. Ini suatu tanda bahwa umat
sungguh mencintainya dan tidak rela kalau pastornya meninggalkan mereka.
Yohanes Maria Vianney mendampingi umatnya di Ars sampai maut menjemputnya pada
tanggal 3 Agustus 1859. Pada tahun 1925, ia dinyatakan sebagai 'santo'
oleh Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai pelindung surgawi bagi
'para pastor paroki'.Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar