Pw. S.
Klara, Prw (P)
Hab.
1:12-12:4
Mzm. 9:8-13
Mat.
17:14-20
Hab.
1:12-12:4
1:12 Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang
Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk
menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.
1:13 Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak
dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat
khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang
lebih benar dari dia?
1:14 Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti
binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?
1:15 Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap
dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria
dan bersorak-sorai.
1:16 Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan
dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu
pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.
1:17 Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh
bangsa-bangsa dengan tidak kenal belas kasihan?
2:1 Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di
menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku,
dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.
2:2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah
penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat
membacanya.
2:3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia
bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat,
nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
2:4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus
hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
Mat.
17:14-20
17:14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak
itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,
17:15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan
sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.
17:16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka
tidak dapat menyembuhkannya."
17:17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya
dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama
lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"
17:18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu
dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga.
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka
sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat
mengusir setan itu?"
17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya.
Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar
biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini
ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Santa Klara dari Asisi, Perawan
Klara
Sciffi, puteri bangsawan dari pasangan Faverone Offreduccio dan Cortolana ini,
lahir di Asisi, Italia pada tanggal 16 Juli 1194. Dari orangtuanya, Klara
memperoleh jaminan hidup material yang berkecukupan. Ibunya Cortolana, yang
pernah berziarah ke Tanah Suci dan Roma, mendidiknya dengan sebaik-baiknya.
Klara berkembang dewasa menjadi seorang gadis yang berkepribadian teguh dan
beriman, bahkan dinyatakan sebagai 'kudus' dikemudian hari. Pendidikan ini pula
berhasil menanamkan dalam dirinya suatu sikap yang tepat terhadap nilai harta
duniawi dalam hubungannya dengan cita-cita hidup manusia yang sebenarnya.
Kepribadian
dan cara hidup Klara banyak dipengaruhi oleh tokoh suci di Asisi, Santo
Fransiskus. Fransiskus, bangsawan kaya raya dari Asisi yang meninggalkan segala
miliknya demi pengabdian total kepada Tuhan dan InjilNya, menjalani suatu cara
hidup miskin yang keras mengikuti jejak Kristus. Bersama beberapa pengikutnya,
ia berkelana mewartakan Kristus yang miskin kepada seluruh penduduk Asisi, baik
yang kaya maupun yang miskin. Klara terpesona dengan cara hidup Fransiskus itu.
Ia tekun mendengarkan setiap khotbah Fransiskus sambil bertanya diri:
"Mengapa cita-cita dan cara hidup yang mulia itu tidak bisa dijalani oleh
seorang wanita?". Lalu ia dengan diam-diam bersama temannya Bona pergi
menemui Fransiskus untuk memintai pandangan dan bimbingannya. Daru bimbingan
Fransiskus, Klara memperoleh suatu kepastian perihal pertanyaan yang mengusik
batinnya.
Pada
tahun 1212, ketika berusia 18 tahun, Klara dengan diam-diam meninggalkan istana
ayahnya untuk bergabung dengan kelompok Fransiskus. Di tengah malam itu Klara
melangkahkan dengan pasti menuju gereja Ratu Para Malaikat di Portiuncula. Di
gereja itu, Fransiskus menyambutnya dengan gembira, menyerahkan kepadanya
sehelai jubah kasar, menggantikan pakaiannya yang dibawanya dari rumah. Setelah
menyatakan kesediaannya menjalani cara hidup miskin demi Kristus dan Injilnya,
Fransiskus memasukkan dia ke sebuah biara suster-suster Benediktin di Bastia
agar jauh dari pengaruh keluarganya. Peristiwa ini menggemparkan keluarganya.
Ayahnya segera menyuruh orang untuk mencari Klara di setiap biara yang ada di
kota Asisi. Setelah menemukan dia di biara Bastia, mereka membujuknya untuk
kembali ke rumah. Namun dengan tegas Klara menolak pulang.
Tidak
seberapa lama, Agnes adiknya datang menemui Klara. Karena tertarik dengan cara
hidup kakaknya, Agnes pun akhirnya bergabung (dan kelak, juga ibunya setelah
menjanda). Fransiskus menempatkan mereka menjadi inti sebuah biara baru di San
Damiano, dekat Asisi. Klara diangkat sebagai pemimpin biara San Damiano. Suatu
cara hidup digariskan kepada mereka. Biara ini menjadi perintis ordo
wanita-wanita miskin, yang lazimnya disebut Ordo suster-suster Klaris. Karena
semakin banyak pengikutnya, didirikan biara-biara baru di Italia, Prancis dan Jerman
di bawah bimbingan Klara.
Klara
memimpin ordonya selama 40 tahun dengan penuh pengabdian dan kepercayaan kepada
kasih dan penyelenggaraan ilahi. Cara hidup miskin dihayatinya dengan sungguh
ditopang oleh doa dan matiraga yang keras. Kepercayaan yang kokoh pada kasih
dan penyelenggaraan Tuhan terbukti dalam keberhasilannya menghalau
serdadu-serdadu Kaisar Frederik II yang menyerang biaranya. Menghadapi serang
itu Klara yang sedang sakit payah lari ke kapel diiringi oleh suster-susternya
untuk mengambil monstrans bertahktahkan Tubuh Kristus. Dengan monstrans itu,
Klara menghadang serdadu-serdadu itu di pintu gerbang. Sungguh ajaib!
Serdadu-serdadu itu mundur teratur dan para suster Klaris itu selamat dari
bahaya maut.
Dari Paus
Gregorius IX (1227-1241), Klara mendapatkan 'privilese kemiskinan', yaitu ijin
bagi suster-susternya untuk hidup hanya dari derma. Para suster Klaris itu
berpuasa sepanjang tahun, kecuali pada hari Minggu dan Hari-hari Raya. Biara
mereka sangat sederhana. Ketika Paus membujuk Klara supaya bersedia mempunyai
milik biar hanya sedikit saja, Klara menjawab: "Bapa suci, tidak pernah
saya ingin dibebaskan dari jalan mengikuti Kristus yang miskin".
Klara meninggal dunia pada tanggal
11 Agustus 1253. Pada tahun 1255, dua tahun sesudah kematiannya, Paus
Alexander IV (1254-1261) menyatakan dia sebagai 'kudus'. Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar