Pw. S.
Pius X, Paus (P)
Yeh.
28:1-10
Ul.
32:26-28,30,35c-36b
Mat.
19:23-30
Yeh.
28:1-10
28:1 Maka datanglah firman TUHAN kepadaku:
28:2 "Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata:
Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal
engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama
dengan Allah.
28:3 Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada rahasia yang
terlindung bagimu.
28:4 Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh kekayaan.
Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu.
28:5 Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak
kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong.
28:6 Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu
menempatkan diri sama dengan Allah
28:7 maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu
bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu
yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan.
28:8 Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti
orang yang mati terbunuh di tengah lautan.
28:9 Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu:
Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia,
bukanlah Allah.
28:10 Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan
orang asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan
ALLAH."
Mat.
19:23-30
19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.
19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta
masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan
Allah."
19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka
dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal
ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami
ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang
akan kami peroleh?"
19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas
takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya,
saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak
atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh
hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir,
dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Santo Paus Pius X,
Paus dan Pengaku Iman
Guiseppe Melchiore Sarto-demikian
nama Paus Pius X-lahir di Reise, Treviso,
Italia pada tanggal 2 Juni 1835. Anak kedua dari 10 bersauadara ini lahir dalam
suasana kemiskinan sebuah keluarga petani sederhana. Pendidikan dasar
ditempuhnya di Reise dan Castelfranco, Italia. Pada tahun 1858, ia menempuh pendidikan
imam di Seminari Padua, Italia hingga ditabhiskan menjadi imam pada tanggal 18
September 1858.
Perjalanan imamatnya dimulai di Paroki
Tambolo, Italia sebagai pastor kepala. Setelah 9 tahun mengabdi di Tambolo, ia
dipindahkan ke Paroki Salzano. Umat senang sekali padanya karena kesalehannya,
kefasihannya berbicara dan kegiatan-kegiatan pastoralnya. Karena kesalehan dan
kemampuannya, ia diangkat sebagai imam kanonik di gereja Katedral Treviso pada
tahun 1875. Tak lama kemudian ia ditunjuk sebagai pembimbing rohani, pengajar
dan rektor di Seminari Treviso. Di Treviso karier Sarto benar-benar meningkat.
Semuanya
itu perlahan-lahan menghantarkannya ke atas jenjang imamat tertinggi sebagai
Uskup. Oleh Pasu Leo XIII, Sarto diangkat menjadi
Uskup di dioses Mantua, Italia pada tahun 1884. Kondisi dioses Mantua kacau
balau ketika Sarto menduduki tahkta keuskupan. Pendidikan seminari sudah
ditutup lebih dari 10 tahun karena situasi politik yang tidak menentu; banyak
paroki mengalami kekosongan kepemimpinan pastor; kaum buruh semakin tidak
menghiraukan hidup imannya karena pengaruh sosialisme; kaum intelektual sudah
termakan pengaruh liberalisme; aliran Freemansory terus giat menyebarkan ajarannya,
dan dimana-mana muncul semangat antiklerikalisme. Uskup Sarto yang saleh ini
dengan tenang dan berani menghadapi masalah-masalah ini. Dengan sangat berani,
ia membuka kembali pendidikan Seminari dan meneguhkan imam-imamnya agar dengan
tekun melayani umat di parokinya masing-masing. Uskup Sarto pun tak kenal lelah
mengadakan kunjungan pastoral ke semua paroki untuk mengenal dari dekat situasi
umatnya. Di mana-mana ia berkhotbah dan berjuang mengembalikan umatnya kepada
penghayatan iman yang benar.
Kunjungan
pastoralnya itu menggerakkan dia untuk mengadakan suatu sinode di Mantua.
Sinode itu diselenggarakan pada tahun 1888 dan berhasil merumuskan sebuah
pedoman kerja dioses yang baru untuk membangkitkan kembali kehidupan rohani
umat seluruh dioses. Tuhan ternyata memberkati karya Uskup Sarto. Di seluruh
dioses, lahirlah kembali suatu semangat baru untuk menghayati iman Kristiani.
Antara Negara dan Gereja terjalin suatu hubungan yang baik; pengajaran
katekismus bagi orang dewasa dan anak-anak digalakkan di seluruh dioses;
perkawinan Katolik ditegakkan kembali dan anak-anak sudah bisa menerima komuni
pertama sejak masa remajanya.
Melihat
keberhasilan karya Uskup Sarto, Paus Leo XIII mengangkat Sarto menjadi
Kardinal pada tanggal 12 Juni 1893. Tak lama kemudian Paus Leo mengangkatnya
menjadi Batrik Venesia. Di Venesia, Sarto tidak menemui banyak masalah. Namun
ia mengadakan beberapa pembaharuan di bidang pendidikan Seminari, musik liturgi
dan metode pewartaan. Pelajaran agama yang dilarang oleh kaum Freemansorny
diberikan lagi disekolah-sekolah umum. Gereja Venesia benar-benar carah dibawah
kepemimpinan Batrik Sarto.
Sepeninggal Paus
Leo XIII, para Kardinal memilih Kardinal Guiseppe Melchiore Sarto menjadi Paus.
Mulanya ia menolak menerima jabatan mulia itu. Dengan rendah hati, ia meminta
para Kardinal agar tidak memilihnya menjabat martabat Gerejawi yang luhur itu,
namun karena desakan para Kardinal, Sarto pun akhirnya menerima juga jabatan
itu. Ia secara resmi menduduki Tahkta Petrus pada tanggal 9 Agustus 1903.
Tekadnya yang utama sebagai Wakil Kristus di dunia ialah membaharui segala
sesuatu di dalam Kristus. Dua peristiwa penting yang mewarnai masa
pontifikatnya: Pertama, pemisahan antara Gereja dan negara di Perancis yang
mengakibatkan hampir seluruh kekayaan Gereja dirampas oleh pemerintah, tetapi
sebaliknya memberikan kebebasan penuh kepada Gereja dari kekuasaan sipil.
Kedua, kutukan terhadap gerekan filsafat dan teologi aliran ‘modernisme’.
Paus
Pius yang takut akan merosotnya otoritas rohani Gereja mencela bahkan mengutuk
aliran modernisme itu. Dalam dekritnya Lamentabili dan ensiklik Pascendi
Dominici Gregis, Paus Pius X secara resmi mengutuk
modernisme. Sikap Paus yang kelewat tegas ini mengakibatkan banyak pembantunya
yang licik menggunakan kesempatan dan cara-cara yang tidak terpuji, bahkan
tidak halal untuk ahli-ahli teologi yang berpikiran maju. Terhadap kegiatan
kerasulan awam, khusus dibidang sosial dan politis, Pius selamanya bersifat
curiga.
Di
samping ketegasannya itu, patut dicatat pula bahwa Pius juga melakukan berbagai
tindakan penting yang membantu Gereja bersikap luwes dan adaptif dengan situasi
dan tuntutan jaman. Misalnya, kodifikasi hukum Gereja, reorganisasi dan
modernisasi kuria Roma, pendirian lembaga Studi dan pendidikan Kitab Suci dan
usaha membaharui terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Latin (Vulgata:
diselesaikan pada tahun 1979). Ia berusaha keras menghidupkan ibadat umat
terutama musik liturgi, mengajak umat untuk menerima Komuni Kudus sesering
mungkin bahkan setiap hari. Ia juga memajukan devosi kepada Santa Perawan
Maria.
Meskipun ia seorang Paus, namun ia tetap
sederhana dan sayang pada umat. Semasa hidupnya, ia beberapa kali menyembuhkan
beberapa umat dari penyakitnya secara ajaib. Sebelum meninggal dunia, dalam
surat wasiatnya ia menulis: “Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin dan saya
ingin mati secara miskin pula”. Beliau meninggal dunia pada tanggal 20 Agustus
1914 di Roma, dua minggu setelah pecah Perang Dunia I. Segera setelah ia
meninggal terdengar banyak permintaan agar dia dinyatakan ‘kudus’ oleh Gereja. Imankatolik.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar