Sabtu, 04 Agustus 2018

Penolakan dan Luka Batin


Jumat Pekan Biasa XVII (H)
Yer. 26:1-9
Mzm. 69:5,8-10
Mat. 13:54-58



Yer. 26:1-9

26:1 Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya:
26:2 Beginilah firman TUHAN: "Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda, yang datang untuk sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka. Janganlah kaukurangi sepatah kata pun!
26:3 Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.
26:4 Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu,
26:5 dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan --
26:6 maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi."
26:7 Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN.
26:8 Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: "Engkau harus mati!
26:9 Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?" Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah TUHAN.

Mat. 13:54-58

13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?
13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
13:56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
13:58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.



Penolakan dan Luka Batin

Saudara terkasih, coba bayangkan bagaimana jika kita ditolak, bisa ditolak lawan jenis, ditolak atas keinginan kita, atau ditolak apa yang menjadi kesukaan kita, sering kita juga mengatakan tidak atas keinginan, permintaan orang lain, karena tidak sama dengan apa yang kita pikirkan. Sakit hati, dendam, dan paling berbahaya adalah luka batin. Padahal penolakan itu sering karena perbedaan sudut pandang, karena keterbatasan pemikiran dan pemahaman. Apa yang kita pikirkan yang tidak terpenuhi dinilai sebagai penolakan, padahal belum tentu demikian.
Hal ini ternyata juga dialami Yesus. Bagaimana IA yang dinilai oleh saudara mereka di tempat asal-Nya. Mereka menolak karena mereka merasa mengenal Yesus, merasa bahwa Yesus itu sama dengan mereka, dapat dari mana apa yang Yesus ajarkan, kan anak Maria dan Yosef, yang mereka tahu dengan baik siapa mereka itu. Sangat biasa, kita pun akan demikian, meragukan karena kita tahu dengan baik siapa yang kita ragukan itu. Ah tidak mungkin, ah tidak akan dia bisa, dan seterusnya. Apa yang bisa kita renungkan dari kisah tersebut?
Pertama sikap Yesus atas penolakan tersebut. Yesus tidak marah, tidak sakit hati, tidak membalas, dan tidak mengutuk mereka. Padahal bisa saja Yesus melakukan itu. Cinta kasih-Nya ternyata tidak demikian. Ia mengambil sikap yang berbeda dengan apa yang biasanya kita pilih dan ambil.
Kedua, bagaimana dan betapa mudahnya kita menghakimi dan mengambil kesimpulan atas “keberhasilan, keberadaan, prestasi” orang lain. kadang iri da dengki mendapatkan rasionalisasi karena kita mengenal pribadi tersebut. Hal ini yang sering tidak benar.
Sering penolakan membuat kita menjadi luka batin, frustasi, sakit hati berkepanjangan, dan tidak jarang menjadi pribadi yang berbeda sama sekali. Jika Tuhan saja menerima penolakan, apa iya kita pantas untuk selalu mendapatkan penerimaan? Jelas tidak mungkin bukan. Ada yang di luar kendali kita. Kita juga tidak mungkin menyenangkan semua orang bukan?
Saudara terkasih, dengan demikian, kita boleh memohon untuk memperoleh rahmat agar tidak mudah menghakimi orang lian dengan perasaan kita. Kita mampu menghargai prestasi dan capaian orang lain. Dengan demikian kita tidak mudah merasa dengki atas raihan sesama kita.
Pun kita boleh memohon rahmat agar mampu mengatasi gejolak jika kita mendapatkan penolakan. Apa yang tidak kita peroleh belum tentu yang terburuk dalam hidup kita. Bisa saja itu adalah rencana dan kehendak Tuhan atas hidup kita. Apalagi jika berkaitan dengan jalan hidup kita dan Yang Mahakuasa. Hal yang akan meringankan jika mampu demikian.BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar