Jumat
Pekan Biasa XVII (H)
Yer.
26:1-9
Mzm.
69:5,8-10
Mat.
13:54-58
Yer.
26:1-9
26:1 Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda,
datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya:
26:2 Beginilah firman TUHAN: "Berdirilah di pelataran rumah
TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda, yang datang untuk
sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada
mereka. Janganlah kaukurangi sepatah kata pun!
26:3 Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau
berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan
malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.
26:4 Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika
kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah
Kubentangkan di hadapanmu,
26:5 dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para
nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan
--
26:6 maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota
ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi."
26:7 Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia
mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN.
26:8 Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang
diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam,
para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: "Engkau
harus mati!
26:9 Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata:
Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan,
sehingga tidak ada lagi penduduknya?" Dan seluruh rakyat berkumpul
mengerumuni Yeremia di rumah TUHAN.
Mat.
13:54-58
13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di
situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana
diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?
13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama
Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
13:56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada
bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata
kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat
asalnya sendiri dan di rumahnya."
13:58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat
diadakan-Nya di situ.
Penolakan
dan Luka Batin
Saudara terkasih, coba bayangkan bagaimana
jika kita ditolak, bisa ditolak lawan jenis, ditolak atas keinginan kita, atau
ditolak apa yang menjadi kesukaan kita, sering kita juga mengatakan tidak atas
keinginan, permintaan orang lain, karena tidak sama dengan apa yang kita
pikirkan. Sakit hati, dendam, dan paling berbahaya adalah luka batin. Padahal penolakan
itu sering karena perbedaan sudut pandang, karena keterbatasan pemikiran dan
pemahaman. Apa yang kita pikirkan yang tidak terpenuhi dinilai sebagai
penolakan, padahal belum tentu demikian.
Hal ini ternyata juga dialami Yesus. Bagaimana
IA yang dinilai oleh saudara mereka di tempat asal-Nya. Mereka menolak karena
mereka merasa mengenal Yesus, merasa bahwa Yesus itu sama dengan mereka, dapat
dari mana apa yang Yesus ajarkan, kan anak Maria dan Yosef, yang mereka tahu
dengan baik siapa mereka itu. Sangat biasa, kita pun akan demikian, meragukan
karena kita tahu dengan baik siapa yang kita ragukan itu. Ah tidak mungkin, ah
tidak akan dia bisa, dan seterusnya. Apa yang bisa kita renungkan dari kisah
tersebut?
Pertama sikap Yesus atas penolakan tersebut. Yesus
tidak marah, tidak sakit hati, tidak membalas, dan tidak mengutuk mereka. Padahal
bisa saja Yesus melakukan itu. Cinta kasih-Nya ternyata tidak demikian. Ia
mengambil sikap yang berbeda dengan apa yang biasanya kita pilih dan ambil.
Kedua, bagaimana dan betapa mudahnya kita
menghakimi dan mengambil kesimpulan atas “keberhasilan, keberadaan, prestasi”
orang lain. kadang iri da dengki mendapatkan rasionalisasi karena kita mengenal
pribadi tersebut. Hal ini yang sering tidak benar.
Sering penolakan membuat kita menjadi luka
batin, frustasi, sakit hati berkepanjangan, dan tidak jarang menjadi pribadi
yang berbeda sama sekali. Jika Tuhan saja menerima penolakan, apa iya kita
pantas untuk selalu mendapatkan penerimaan? Jelas tidak mungkin bukan. Ada yang
di luar kendali kita. Kita juga tidak mungkin menyenangkan semua orang bukan?
Saudara terkasih, dengan demikian, kita boleh
memohon untuk memperoleh rahmat agar tidak mudah menghakimi orang lian dengan
perasaan kita. Kita mampu menghargai prestasi dan capaian orang lain. Dengan
demikian kita tidak mudah merasa dengki atas raihan sesama kita.
Pun kita boleh memohon rahmat agar mampu
mengatasi gejolak jika kita mendapatkan penolakan. Apa yang tidak kita peroleh
belum tentu yang terburuk dalam hidup kita. Bisa saja itu adalah rencana dan
kehendak Tuhan atas hidup kita. Apalagi jika berkaitan dengan jalan hidup kita
dan Yang Mahakuasa. Hal yang akan meringankan jika mampu demikian.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar