P.w.
Alfonsus Maria de Liguoru, UskPujG (P)
Yer.
15:10,16-21
Mzm.
59:2-3,4-5a,10-11,17-18
Mat.
13:44-46
Yer.
15:10,16-21
15:10 Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang
yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku
bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapa pun,
tetapi mereka semuanya mengutuki aku.
15:16 Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku
menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan
hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.
15:17 Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang
yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau
telah memenuhi aku dengan geram.
15:18 Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku
sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang
bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.
15:19 Karena itu beginilah jawab TUHAN: "Jika engkau mau
kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika
engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi
penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau
tidak perlu kembali kepada mereka.
15:20 Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok
berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan
mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan
melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.
15:21 Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan
membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim."
Mat.
13:44-46
13:44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam
di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab
sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang
pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun
pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Santo Alfonsus Marie de Ligouri
Alfonsus
Maria de Ligouri lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27
September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh.
Orangtuanya, Joseph de Ligouri dan Ama Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam
hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran
militer kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus
memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang tegas. Maksudnya ialah
agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak
kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Tak terbayangkan
bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah memperoleh gelar Doktor
Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude".
Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi
advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena
itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang ditolongnya.
Pada
tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras
mengumpulkan dan meniliti berbagai data tentang perkara itu. Namun
keberuntungan ternyata tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya
dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak
meninggalkan gedung pengadilan. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari
ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di
satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain
kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan
bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan
Tarbenakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu
menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan.
Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar
suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu".
Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama
kelamaan, ia sadar suara itu adalah panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia
untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. Ia mengambil
keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya
kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat
kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biara pun berkeberatan
menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat
bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan
mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang
baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup
imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan
karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus
kemudian ditabhiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat
terkenal di kalangan umat karena khotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain
menjadi seorang pengkhotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi
umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada
orang-orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha
mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada
tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolose yang khusus mendidik para
calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola,
seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan
sebuah institut baru. Kepadanya Pater Thomas Falciola menceritakan tentang para
suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan
matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Thomas
Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada
tanggal 9 November 1723. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris',
dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di
pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkhotbah di
alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada
muda-mudi, pasangan suami-istri dan anak-anak.
Pada
umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun
ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha
membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain
itu, ia menulis banyak buku, diantaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak
ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa
dalam bidang perlayanan sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban
tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang
tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali minta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.Imankatolik. Co.Id
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali minta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.Imankatolik. Co.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar