Pw. S.
Dominikus, Im (P)
Yer.
31:1-7
Yer.
31:10,11-12ab,13
Mat.
15:21-28
Yer.
31:1-7
31:1 "Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, Aku akan
menjadi Allah segala kaum keluarga Israel dan mereka akan menjadi umat-Ku.
31:2 Beginilah firman TUHAN: Ia mendapat kasih karunia di padang
gurun, yaitu bangsa yang terluput dari pedang itu! Israel berjalan mencari
istirahat bagi dirinya!
31:3 Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi
engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku
kepadamu.
31:4 Aku akan membangun engkau kembali, sehingga engkau dibangun,
hai anak dara Israel! Engkau akan menghiasi dirimu kembali dengan rebana dan
akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria.
31:5 Engkau akan membuat kebun anggur kembali di gunung-gunung
Samaria; ya, orang-orang yang membuatnya akan memetik hasilnya pula.
31:6 Sungguh, akan datang harinya bahwa para penjaga akan berseru
di gunung Efraim: Ayo, marilah kita naik ke Sion, kepada TUHAN, Allah kita!
31:7 Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub
dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah,
pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa
Israel!
Mat.
15:21-28
15:21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus
dan Sidon.
15:22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan
berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan
kerasukan setan dan sangat menderita."
15:23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu
murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia
mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel."
15:25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil
berkata: "Tuhan, tolonglah aku."
15:26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang
disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu
makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu,
besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan
seketika itu juga anaknya sembuh.
Santo
Dominikus, Pengaku Iman
Dominikus lahir pada
tahun 1170 di Calaruega, Spanyol. Orangtuanya, Don Felix de Guzman dan Joana
dari Aza dikenal sebagai bangsawan Kristen yang saleh dan taat agama. Joana
ibunya kemudian dinyatakan Gereja sebagai 'beata'; kakaknya, Mannes dan Antonio
mencurahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja sebagai imam; dua orang keponakannya
menjadi imam dalam ordo religius yang didirikannya, Ordo Dominikan. Mannes
dikemudian hari digelari 'beato' karena kesucian hidupnya dan pengabdiannya
yang tulus kepada Tuhan dan Gereja.
Masa kecil dan mudanya
ditandai dengan kesucian dan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan awalnya
ditangani langsung oleh pamannya yang sudah menjadi imam. Dominikus kemudian
melanjutkan studinya ke sekolah Katedral Palencia. Pada umur 24 tahun ia masuk
biara di Osma dan tak lama kemudian ditabhiskan menjadi imam. Karier imamatnya
dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplatif yang sungguh mendalam. Doa
kontemplatif ini yang melahirkan cinta yang tulus kepada umatnya. Karya
apostoliknya dimulai sejak tahun 1203 ketika aliran bidaah Albigensianisme
melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu, Dominikus
bersama uskupnya, Diego d'Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk
melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).
Albigensianisme, yang
lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi, Prancis Selatan ini, merongrong ajaran
iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu jahat.
Ajaran Gereja tentang Tritunggal MahaKudus, peristiwa penjelmaan dan Penebusan
umat manusia dalam Pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua sakramen,
ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan iman Gereja ditolak. Karena sangat
fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak gereja-gereja dan
biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala hubungan antara
Gereja dan Negara ditiadakan. Mereka sangat terampil dalam menyebarkan
ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut. Terdorong oleh
desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat ini, Dominikus
mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih memusatkan
perhatian pada soal Pewartaan Sabda. Ordo religius Dominikus ini kemudian lazim
dikenal dengan nama 'Ordo Praedicatorum' atau 'Ordo para Pengkhotbah'.
Pada pertengahan musim
panas pada tahun 1206, seusai urusan diplomatik di Denmark dan kunjungan ke
Roma, Dominikus bersama Uskup Diego kembali ke Spanyol. Di Montpellier, Prancis
Selatan, mereka bertemu dengan para pengkhotbah utusan Paus yang mulai putus
asa dalam mengemban tugas memberantas pengaruh ajaran aliran sesat
Albigensianisme. Mereka berniat meninggalkan hidup biaranya karena gagal dalam
tugas pewartaannya. Banyak faktor membuat mereka gagal: para bangsawan yang
merupakan orang kepercayaan masyarakat sudah mengikuti aliran sesat itu; jumlah
imam sangat sedikit dan tidak disiapkang dengan baik dalam hal cara mewartakan
Injil, padahal para pewarta ajaran sesat itu sangat terampil dalam menyebarkan
ajarannya; faktor kegagalan yang lain datang dari kalangan Uskup Prancis
Selatan itu sendiri. Mereka acuh tak acuh terhadap bahaya yang menggoncang
ajaran iman yang benar, dan lebih getol dalam hal-hal duniawi.
Menghadapi
keputusasaan para utusan Paus, Uskup Diego dan Dominikus menasehati mereka
untuk terus mewartakan Injil Kristus meskipun banyak rintangannya. Mereka
dinasehati agar meniru teladan para Rasul dalam pewartaan Injil; memasuki
pelosok-pelosok dengan berjalan kaki tanpa membawa uang dan makanan, dan
bergaul rapat dengan rakyat yang sudah sesat. Diego dan Dominikus dengan setia
menemani mereka dalam kegiatan pewartaan itu. Hasil yang dicapai cukup lumayan,
meskipun masih ada juga kegagalan. Uskup Diego dan Dominikus serta Uskup Fulk
dari Tolouse, Prancis Utara terus mendampingi para pewarta dalam perjuangan
besar memberantas pengaruh jahat Albigensianisme.
Pada tahun 1214, Dominikus mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari Tolouse. Uskup Fulk memberi restunya.
Pada tahun 1214, Dominikus mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari Tolouse. Uskup Fulk memberi restunya.
Pandangan hidup yang
dianut Ordo Dominikan, yang dikenal dengan nama 'Ordo Predicatorum' atau 'Ordo
Pengkhotbah' ini merupakan sesuatu yang belum dikenal pada masa itu. Dominikus
menggabungkan corak hidup kontemplatif dengan kehidupan aktif: mewartakan Injil
di luar biara, kerja tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar dan
lain-lain. Misinya sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang baru, karena pada masa
itu hal pewartaan adalah tugas khas pada Uskup. Dengan kekhasan ini, Dominikus
bermaksud memberikan Gereja suatu Ordo Religius Imam yang berbobot dan handal.
Restu atas berdirinya
Ordo Dominikan ini diperoleh ketika Dominikus bersama Uskup Fulk mengikuti Konsili
Lateran IV di Roma pada tahun 1215. Sri Paus Innocentius III (1198-1216)
berjanji meneguhkan ordo itu apabila Dominikus sudah memiliki suatu aturan
hidup membiara yang terbukti ampuh dan sebuah gereja sebagai tempat Misa Kudus
dan upacara lainnya. Kedua tuntutan Paus ini akhirnya terpenuhi. Dominikus
bersama rekan-rekannya sepakat memilih aturan hidup Santo Agustinus dan
menyusun konstitusi ordo mereka. Uskup Fulk mempercayakan gereja Santo Romanus
di Tolouse kepada Dominikus. Di samping gereja itu, Dominikus mendirikan rumah
biaranya yang pertama.
Kekhasan Ordo
Dominikan ini diperkuat oleh suatu pengalaman mistik. Ketika berdoa di Basilik
Santo Petrus di Roma, Dominikus mengalami penglihatan berikut: Santo Petrus dan
Paulus mendatangi Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah kunci, dan
Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus dan Paulus berkata:
"Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah
untuk misi pelayanan itu". Kecuali itu, dalam penglihatan itu pun Dominikus
menyaksikan para imamnya mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Di Prancis Selatan sendiri, karya pewartaan itu sulit
sekali dilaksanakan karena kerusuhan politik dan militer. Karena itu, Dominikus
memutuskan untuk mewartakan Injil di wilayah Eropa lainnya seperti Spanyol dan
Paris sembil tetap menggalakkan pewartaan di Tolouse dan Prouille. Dari
wilayah-wilayah itu, Dominikus mulai melancarkan misi universal ordonya ke
berbagai daerah.
Untuk mempertegas ciri
khas ordonya, Dominikus mengundang imam-imamnya untuk membicarakan berbagai hal
penting seperti pendidikan para imam Dominikan, kegiatan pewartaan,
kepemimpinan ordo dan penghayatan kaul kemiskinan. Oleh imam-imamnya, Dominikus
sendiri diangkat sebagai pemimpin ordo pertama. Ia pun diangkat sebagai pemimpin
misi kePausan di Lombardia tatkala umat di wilayah itu diresahkan oleh ajaran
sesat. Bersama Kardinal Egolino, Dominikus melancarkan perlawanan gencar
terhadap berbagai ajaran sesat. Pekerjaan di Lombardia sangat menguras
tenaganya.
Dominikus meninggal
dunia di Bologna pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah menderita sakit keras.
Kesucian Dominikus sungguh luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar
makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata: "Ia terus
berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi sesamanya,
dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan". Sebelum meninggal ia berpesan:
"Tetaplah teguh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan
tinggalkan kemiskinan!" imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar