Jumat, 31 Agustus 2018

Berjaga-jaga dan Waspada


Jumat Pekan Biasa XXI (H)
1 Kor. 1:17-25
Mzm. 33:1-2,4-5,10ab,11
Mat. 25:1-13



1 Kor. 1:17-25

1:17 Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.
1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
1:19 Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan."
1:20 Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
1:21 Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
1:25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

Mat. 25:1-13

25:1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."



Berjaga-jaga dan Waspada

Saudara terkasih, hari ini kita masih melanjutkan permenungan kita kemarin mengenai kesiapsediaan, ketika berbicara mengenai keselamatan dan Kerajaan Surga. Hari ini berkaitan dengan berjaga-jaga dan waspada. Bagaimana ilustrasi yang Tuhan pergunakan adalah lima gadis ceroboh dan lima gadis bijaksana.
Kelima gadis ceroboh, dalam bacaan dinyatakan bodoh itu, tidak berpikir panjang, berpikir ke depan, dan memiliki antisipasi ke depannya. Dalam hidup ini, jika kita ceroboh juga demikian, tidak memikirkan ke depan, hanya berpikir tentang yang di depan mata. Tidak mau susah-susah, kalau dalam bahasa kekinian, yang penting viral, yang penting hari ini, nanti mana menjadi pertimbangan.
Sikap demikian akan diikuti ciri tidak banyak perhitungan, sehingga dalam ilustrasi tersebut mereka kekurangan minyak, bekal kurang karena lebih banyak main, dalam konteks kekinian. Lebih baik main games, jalan-jalan, dan bersuka ria, daripada susah-susah belajar dan menyiapkan masa depan.
Bijaksana juga berciri penuh perhitungan, bukan mati konyol. Bisa saja si ceroboh akan mengatakan para bijak tadi sebagai egois, tidak mau membantu, itu tidak egois, namun realistis, di mana sangat merugikan karena tidak cukup bagi mereka berdua, sampai tempatnya.
Jika berkaitan dengan keselamatan, pribadi yang ceroboh mengatakan, toh masih lama mati, masih muda, mengapa harus repot-repot, nanti saja kalau sudah tua, sudah pensiun, tabungan sudah banyak. Masa muda di mana waktu untuk bekerja, bersenang-senang, mengapa harus ribet dengan hari nanti. Yang penting sekarang ini. Sangat wajar di mana dunia sungguh menarik ini.
Pribadi dewasa dan bijaksana, tentu akan memberikan keseimbangan mana yang penting dan utama, ada spiritualitas yang terjaga. Berjaga-jaga dan waspada berbeda dengan paranoid dan ketakutan akan hidup yang akan datang. Serba takut membuat keadaan tidak mudah. Malah menjauhi dan memusuhi dunia, namun menghayati yang surgawi  secara salah. Hidup dan berjuang dari tengah dunia dengan oroentasi surgawi. Semua diarahkan ke kehidupan kekal, dengan berlaku bijak, baik, dan penuh cinta kasih. BD.eLeSHa.


Kamis, 30 Agustus 2018

Kesiapsediaan dan Kesetiaan


Kamis Biasa Pekan XXI (H)
1 Kor. 1:1-9
Mzm. 145:2-7
Mat. 24: 42-51



1 Kor. 1:1-9

1:1 Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita,
1:2 kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.
1:3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
1:4 Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.
1:5 Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan,
1:6 sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu.
1:7 Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.
1:8 Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.
1:9 Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

Mat. 24: 42-51

24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
24:45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
24:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."



Kesiapsediaan dan Kesetiaan

Saudara terkasih, hari ini kita  diajak untuk merenungkan sabda Tuhan yang membicarakan mengenai kesiapsediaan dan kesetiaan. Diilustrasikan dua sisi, di mana satu sebagai pribadi yang setia, siapsedia, dan menjalankan perintah tanpa adanya tuannya.
Pada sisi lain, pribadi yang diberikan kepercayaan, karena merasa tuannya tidak ada mereka menekan anak buahnya, menyiksa mereka, dan berbuat sesuka hati mereka. Hal yang sangat ironis sebenarnya. kepercayaan itu karena ketakutan.
Apa yang kita hadapi dalam hari-hari ini sebagai bangsa, bagaimana kita dididik untuk takut bukan sadar. Takut melanggar lalu lintas maka ada polisi yang mengawasi   ada CCTV, dan ketika polisi tidak ada bisa melanggar sesukanya. Hampir dalam segala hal, aparat negara yang bekerja seenaknya sendiri karena tidak ada sanksi tegas dan keras. Main pingpong atau catur, ibu-ibu belanja atau ngerumpi. Sekarang lebih asyik main hape padahal begitu banyak yang harus dilayani. Jangan salah, di Gereja pu demikian, meminta pastornya memberikan minyak suci atau misa, sebentar sedang asyik nonton siaran langsung, atau jadwal badminton. Merasa tidak akan ada sanksi dan pengawasan menjadi seenaknya sendiri.
Firman ribuan tahun lalu masih begitu relevan dan kontekstual. Mengambil milik negara dan bersama tidak merasa bersalah karena memang nuraninya telah tumpul. Mengaku khilaf namun besok mengulangi lagi.
Siap sedia itu mengandaikan kesetiaan. Kesetiaan itu bukan karena ketakutan. Kasih Tuhan itu membebaskan dan memerdekakan, bukan membelenggu dan mengikat. Ketika orang masih setia karena takut, siap hanya karena diawasi, apa gunanya?
Mohonkanlah kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan agar selalu setia dan siap sedia di dalam Tuhan. Tidak karena takut namun sebagai perwujudan kasih, sebagaimana Tuhan telah mengasihi. Kasih-Nya yang tak terbatas telah diberikan, sepatutnya kita juga mengasihi. BD.eLeSHa.


Rabu, 29 Agustus 2018

Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis


Pw. Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Mrt (M)
Yer. 1:17-19
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,17
Mrk. 6:17-29




Yer. 1:17-19

1:17 Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!
1:18 Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini.
1:19 Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."


Mrk. 6:17-29

6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.
6:18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
6:19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat,
6:20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.
6:21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
6:22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!",
6:23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!"
6:24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!"
6:25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!"
6:26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya.
6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.
6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.



Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis

Pada tanggal 24 Juni Gereja merayakan pesta kelahiran Yohanes Pembaptis; sedangkan pada hari ini, 29 Agustus, Gereja mengajak seluruh umat untuk memperingati kemartirannya. Kemartiran Yohanes berkaitan erat dengan tegurannya yang pedas kepada raja Herodes, karena ia memperistri Herodias, istri Filipus, saudaranya secara tidak sah. Herodes marah dan mencampakkan Yohanes kedalam penjara. Herodias pun marah dan tidak henti-hentinya berusaha mencari kesempatan untuk membunuh Yohanes.
Kesempatan emas itu akhirnya tiba juga. Pada hari ulang tahunnya, Herodes mengadakan jamuan makan untuk para petinggi kerajaan di seluruh Galilea. Kesempatan ini dimanfaatkan Herodias untuk melaksanakan niat jahatnya atas diri Yohanes. Ia menyuruh puterinya menari di hadapan para tamu. Tariannya sungguh menawan hati para tamu yang sudah mulai mabuk itu. Herodes tampak bangga dan gembira. Terdorong karena kebanggaannya itu, Herodes berkata kepada gadis itu: “Mintalah kepadaku apa saja menurut kehendakmu. Aku akan memberikannya kepadamu.” Herodes bahkan bersumpah di hadapan para tamu: “Apa saja yang kauminta, akan kuberikan, sekalipun separuh dari kerajaanku.” Gadis itu tidak tahu apa yang harus dimintanya. Karena itu ia berlari kepada ibunya Herodias untuk meminta pendapatnya. Tanpa banyak pikir, Herodias berkata: “Kepala Yohanes Pembaptis”.
Gadis itu segera menghadap Herodes dan berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di dalam sebuah talam.” Herodes sedih tetapi karena sumpahnya dan karena malu kepada tamu-tamunya, ia segera memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk memenggal kepala Yohanes pembaptis pada hari itu juga. Injil Matius 14 mengatakan bahwa kepala Yohanes itu diletakkan dalam sebuah talam dan diberikan kepada putri Herodias itu.
Karena kesetiaannya kepada Allah dan penggilannya sebagai nabi pendahulu Yesus, Yohanes meninggal dibawah kuasa kelaliman Herodes. Ia meninggal dibunuh pada tahun 31. Imankatolik.co.id


Selasa, 28 Agustus 2018

Belajar dari Agustinus


Pw. S. Agustinus, UskPujG (P)

2 Tes. 1-3,13-17
Mzm. 96:10-13
Mat. 23:23-26



2 Tes. 1-3,13-17

2:1 Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara,
2:2 supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba.
2:3 Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,
2:13 Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.
2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.
2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
2:16 Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
2:17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.


Mat. 23:23-26

23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
23:24 Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
23:26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.



Belajar dari Agustinus

Saudara terkasih, berbicara mengenai Agustinus, banyak hal bisa kita pelajari. Ia merupakan uskup sekaligus pembela iman yang jempolan. Buku-bukunya mendalam dan sangat bagus, menjadi rujukan bahkan hingga hari ini. selain karena pemikirannya yang cemerlang, namun juga dengan melibatkan nuraninya, refleksinya yang mendalam, berdasar pengalamannya bersama Allah dalam hidupnya.
Agustinus, awalnya adalah penganut agama kepercayaan kuno, bahkan ia hidup di luar nikah dan memiliki seorang anak. Ia juga pribadi yang gemar belajar dan mengedepankan sisi intelektualnya, akademis, dan selalu belajar, sesuai dengan masanya.
Titik balik hidupnya ialah ketika ia jalan-jalan di pantai dan mendapati anak kecil yang hendak memindahkan air laut ke dalam kubangan yang ia buat. Ia merasa tersentak ketika menyadari bahwa upayanya mengerti Tuhan Allah itu sebagai sebentuk kesombongan manusiawi yang sangat tidak patut. Bagaimana mungkin air dalam lautan bisa pindah ke dalam cekungan itu?
Keterbukaannya mendengarkan sapaan Tuhan, merasakan getaran atas kehadiran Tuhan yang menyapa hidupnya. Hal yang sangat susah untuk bisa diterima akal, karena ia adalah seorang terpelajar, yang memberikan porsi otak lebih, namun menyediakan sudut hatinya untuk merasakan kehadiran Tuhan.
Kemauan belajar itu dilengkapi dengan kejernihan hati untuk mendengarkan inspirasi Tuhan. Jadi karyanya sangat kaya dan mendalam. Pengetahuan lamanya dan kepercayaan barunya sangat membantu Gereja pada awal-awal yang begitu sering menerima serangan baik dari dalam atau dari luar. Ia jawab dengan lugas dan jelas.
Pertobatan itu berbalik arah  menuju kepada kebaikan. Meninggalkan apapun yang sudah lampau di belakang. Tidak terbebani dengan kesalahan masa lalu karena memang sudah memperoleh keselamatan dan hidup baru. Kesalahannya bukan menjadi beban namun menjadi pembelajaran penting dan melangkah lebih baik lagi.
Belajar dan bertobat itu tidak mengenal kata terlambat. Kapanpun dan siapapun bisa menjadi pendosa namun bisa juga menjadi pribadi baru. Berkat pengampunan itu menjadi berkat universal, namun memilih berubah menuju Allah itu pilihan. Dan mau memilih tetap berdosa atau menjadi anak Allah?Itu pilihan kita. BD.eLeSHa.


Senin, 27 Agustus 2018

Santa Monika


Pw. S. Monika, PrpKudus, ibu S. Agustinus
2 Tes. 1:1-5,11-12
Mzm. 96:1-5
Mat. 23:13-22



2 Tes. 1:1-5,11-12

:1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
1:3 Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu,
1:4 sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita:
1:5 suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu.
1:11 Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
1:12 sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.


Mat. 23:13-22

23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
23:14 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya.
23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.




Santa Monika

Monika, Ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.
Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis suaminya.
Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.
Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: “Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidupa, demikian pula anakmu, yang bagimu telah kaucurahkan banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu.” Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan hatinya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: “Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lalu dan menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci di surga… Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi kami. Ibu berkata: “Anakku, bagi ibu sudah ada sesuatu pun di dunia ini yang memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul”. Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: “Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata: “Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?”Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: “Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di Altar Tuhan.” Monika akhirnya meninggal dunia di Ostia, Roma. Teladan hidup santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.Imankatolik.co.id


Minggu, 26 Agustus 2018

Yesus Nanting


HARI MINGGU PEKAN BIASA XXI (H)
Yos. 24:1-2,15-17,18
Mzm. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23
Ef. 5:21-32
Yoh. 6:6-69




Yos. 24:1-2,15-17,18

24:1 Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah.
24:2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
24:16 Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!
24:17 Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,
24:18 TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."


Ef. 5:21-32

5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.


Yoh. 6:6-69

6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."



Yesus Nanting

Saudara terkasih, hari ini kita diajak Bunda Gereja untuk merenungkan sabda Tuhan untuk bersikap atas pengajaran-Nya. Para murid mengundurkan diri karena pernyataan-Nya keras. Keras dalam konteks ini bisa kita aplikasikan dalam hidup kita hari ini, kekinian, dan situasi dan kondisi masing-mmasing.
Pernyataan-Nya keras, siapa sanggup, sangat konkret ketika kita hidup di tengah bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, ketika kita diminta mengampuni padahal bisa kita lihat, saksikan, dan alami bagaimana perilaku, ketidakdilan, dan diskriminasi. Tetap setia, sekaligus mengampuni yang menistakan kita, dan apakah mampu? Jelas banyak yang tidak tahan bukan?
Tidak mudah juga karena ketidakmauan untuk berusaha lebih jauh. Sering kita ditanya mengenai Gereja kita, dan tidak mampu mnjawab, lebih mudah ikut arus, diam saja, atau malah berpindah keyakian, karena kita tidak tahan dan tidak mampu mempertahankan keyakinan sendiri.
Sering juga menjadi pilihan, adalah, pokoke pejang gesang ndherek Gusti. Masih lumayan, karena pokoknya ikut Yesus, mau hidup atau mati. Militansi minus malum, yang cukup baik untuk bisa bertahan dalam iman dan kepercayaannya pribadi.
Saudara  terkasih, untuk bisa mampu memahami sabda Tuhan, iman kepercayaan, dan pengetahuan keagamaan, terutama pengenalan akan Tuhan Yesus adalah banyak membaca, ikut dalam pendalaman iman, terutama adalah berdoa dan melakukan ibadat yang cukup baik, rutin, dan semakin mendalam mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
Dalam pernyataan terakhirnya dalam bacaan ini, Yesus bertanya kepada para murid, bagaimana sikap mereka, apakah mereka juga tidak pergi? Dan tantingan, pertanyaan Yesus ini masing-masing untuk kita, apakah kita mau pergi karena kita tidak paham akan Tuhan dan ajaran-Nya? Atau berusaha untuk semakin mengenal-Nya dengan berusaha, dan Tuhan juga akan selalu memberikan bimbingan, inspirasi, dan hadir secara khusus untuk memampukan kita mengenal-Nya dan paham pada-Nya. Kita perlu dan harus berpasrah untuk mampu. BD.eLeSHa.