Sabtu, 19 September 2015

Perumpamaan tentang Penabur

Sabtu Biasa Pekan XXIV (H)
1 Tim. 6:13-16
Mzm. 100:2,3,4,5
Luk. 8:4-15


1 Tim. 6:13-16

6:13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:
6:14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,
6:15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
6:16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Luk. 8:4-15

8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:
8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.
8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.



Perumpamaan tentang Penabur

Saudara terkasih, perumpamaan mengandaikan adanya kreatifitas dan interpretasi akan makna dari perumpamaan yang disampaikan. Hal ini berkaitan pula dengan apakah yang dimaksudkan oleh pendengar sama dengan pembicara. Apa yang menjadi kebingungan para murid kelihatannya juga pada taraf ini, apa yang dimaksud Yesus apakah sama dengan apa yang mereka pahami.
Perumpamaan agraris ini dipakai Yesus sesuai konteks saat itu, di mana para pendengar adalah hidup dari pertanian, yang tahu dengan persis mengenai menabur. Benih yang ditaburkan itu jatuh di berbagai tempat dan tanah yang berbeda-beda. Ada yang tidak tumbuh karena diinjak-injak, ada yang jatuh di tempat berbatu sehingga tumbuh sebentar, dan ada pula yang jatuh di tempat yang subur dan tumbuh serta hidup dengan baik.
Benih yang dimaksud Lukas, ialah Sabda Allah, yang ditaburkan oleh Allah sendiri. Ayat 15 dengan jelas dan tegas bagaimana maksug perumpamaan ini, yaitu, tanah yang baik ialah orang yang mendengar Sabda Tuhan dan menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan. Mendengar saja tidak cukup, menyimpannya saja belumlah cukup. Tuhan menghendaki, mendengarkan, menyimpan dalam hati yang baik dan menghasilkan buah. Menghasilkan buah bukan hanya menyimpannya. Buah dalam ketekunan, lihat bahwa Tuhan menghendaki kita bertekun agar Sabda itu tidak mati karena adanya himpitan sebagaimana jatuh di tanah yang berbatu.

Saudara terkasih, kita sering mendengarkan sabda Tuhan, menyimpannya dengan baik, namun untuk menghasilkan sering kita tidak mampu  karena kita mengikuti kata hati kita, mengikuti alur dunia yang sering tidak sama dengan jalan Tuhan. Kalau demikian, janganlah takut dan mintalah pada Tuhan kekuatan dan bimbingan agar memiliki hati yang bisa menyimpan Sabda-Nya untuk mengasilkan buah yang berlimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar