Sabtu
Biasa Pekan XXIV (H)
1
Tim. 6:13-16
Mzm.
100:2,3,4,5
Luk.
8:4-15
1
Tim. 6:13-16
6:13 Di hadapan Allah yang
memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah
mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan
kepadamu:
6:14 Turutilah perintah ini,
dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus
Kristus menyatakan diri-Nya,
6:15 yaitu saat yang akan
ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas
segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
6:16 Dialah satu-satunya yang
tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang
pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia.
Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.
Luk.
8:4-15
8:4 Ketika orang banyak
berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota
menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:
8:5 "Adalah seorang
penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih
itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara
memakannya sampai habis.
8:6 Sebagian jatuh di tanah
yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat
air.
8:7 Sebagian lagi jatuh di
tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai
mati.
8:8 Dan sebagian jatuh di
tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah
berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya
kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.
8:10 Lalu Ia menjawab:
"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi
kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun
memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan
itu: Benih itu ialah firman Allah.
8:12 Yang jatuh di pinggir
jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu
mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan
diselamatkan.
8:13 Yang jatuh di tanah yang
berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya
dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja
dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
8:14 Yang jatuh dalam semak
duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan
selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup,
sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
8:15 Yang jatuh di tanah yang
baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam
hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.
Perumpamaan
tentang Penabur
Saudara terkasih, perumpamaan mengandaikan adanya
kreatifitas dan interpretasi akan makna dari perumpamaan yang disampaikan. Hal ini
berkaitan pula dengan apakah yang dimaksudkan oleh pendengar sama dengan
pembicara. Apa yang menjadi kebingungan para murid kelihatannya juga pada taraf
ini, apa yang dimaksud Yesus apakah sama dengan apa yang mereka pahami.
Perumpamaan agraris ini dipakai Yesus sesuai
konteks saat itu, di mana para pendengar adalah hidup dari pertanian, yang tahu
dengan persis mengenai menabur. Benih yang ditaburkan itu jatuh di berbagai
tempat dan tanah yang berbeda-beda. Ada yang tidak tumbuh karena diinjak-injak,
ada yang jatuh di tempat berbatu sehingga tumbuh sebentar, dan ada pula yang
jatuh di tempat yang subur dan tumbuh serta hidup dengan baik.
Benih yang dimaksud Lukas, ialah Sabda Allah, yang
ditaburkan oleh Allah sendiri. Ayat 15 dengan jelas dan tegas bagaimana maksug
perumpamaan ini, yaitu, tanah yang baik ialah orang yang mendengar Sabda Tuhan
dan menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan. Mendengar
saja tidak cukup, menyimpannya saja belumlah cukup. Tuhan menghendaki,
mendengarkan, menyimpan dalam hati yang baik dan menghasilkan buah. Menghasilkan
buah bukan hanya menyimpannya. Buah dalam ketekunan, lihat bahwa Tuhan menghendaki
kita bertekun agar Sabda itu tidak mati karena adanya himpitan sebagaimana
jatuh di tanah yang berbatu.
Saudara terkasih, kita sering mendengarkan sabda
Tuhan, menyimpannya dengan baik, namun untuk menghasilkan sering kita tidak
mampu karena kita mengikuti kata hati
kita, mengikuti alur dunia yang sering tidak sama dengan jalan Tuhan. Kalau
demikian, janganlah takut dan mintalah pada Tuhan kekuatan dan bimbingan agar
memiliki hati yang bisa menyimpan Sabda-Nya untuk mengasilkan buah yang
berlimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar