Pw.
S. Kornelius, Paus dan S. Siprianus, UskMrt (M)
1
Tim. 3:14-16
Mzm.
111:1-2,3-4,5-6
Luk.
7:31-35
1
Tim. 3:14-16
3:14 Semuanya itu kutuliskan
kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau.
3:15 Jadi jika aku terlambat,
sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni
jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
3:16 Dan sesungguhnya
agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam
rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada
malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
Luk.
7:31-35
7:31 Kata Yesus: "Dengan
apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka
itu sama?
7:32 Mereka itu seumpama
anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling
bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu
tidak menangis.
7:33 Karena Yohanes Pembaptis
datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia
kerasukan setan.
7:34 Kemudian Anak Manusia
datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
7:35 Tetapi hikmat dibenarkan
oleh semua orang yang menerimanya."
Hikmat
dan Penolakan
Saudara terkasih, hari ini Gereja mengajak kita
merenungkan sabda-Nya yang berkaitan dengan hikmat dan penolakan. Penolakan
bisa berupa abai, acuh tak acuh, seenaknya sendiri, dan ada pula yang dengan
frontal menyatakan penolakan dan bahkan permusuhan. Kali ini Yesus
mengumpamakan umat waktu itu yang tidak mengikuti Yohanes maupun Yesus seperti
permainan anak-anak yang meniup seruling tetapi tidak ada yang menari, demikian
pun ketika ada kidung duka tidak ada yang menangis. Apapun bentuknya tidak
direspons atau ditanggapi dengan semestinya.
Yohanes Pembaptis dikatakan kerasukan setan karena
mati raganya yang keras. Yesus yang makan dan minum dinilai sebagai pelahap.
Orang yang tidak mau tahu dan abai akan sapaan Allah yang hadir dengan berbagai
cara.
Hari-hari ini, masa ini hal tersebut juga terjadi,
kata-kata suci disitir demi kepentingan sendiri dan kelompoknya. Kebenaran bisa
diatur seperti kepentingannya, asal untung dan selamat. Materi dan kuasa
sebagai pedoman sekaligus tujuan, sehingga cara tidak lagi dipedulikan. Seruan
kenabian bisa berujung pada pengucilan kalau tidak pembalasan yang jauh lebih
kejam.
Saudara, hikmat menjadi penting, sehingga kita bisa
melihat apa rencana Tuhan di tengah keadaan dunia yang kacau dan seenaknya
sendiri. Yesus menyampaikan hal itu hampir 2000 tahun lalu, namun tetap
kontekstual dengan kekinian. Bagaimana sikap kita, mau berhikmat atau acuh tak
acuh? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar