Pw.
Yohanes Bosko, Im (P)
Ibr.
11:1-2,8-19
Luk.
1:69-70,71-72,73-75
Mrk.
4:35-41
Ibr.
11:1-2,8-19
11:1 Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat.
11:2 Sebab oleh imanlah telah
diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
11:8 Karena iman Abraham
taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya
menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang
ia tujui.
11:9 Karena iman ia diam di
tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia
tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji
yang satu itu.
11:10 Sebab ia
menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh
Allah.
11:11 Karena iman ia juga dan
Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat,
karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka
dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan
besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak
terhitung banyaknya.
11:13 Dalam iman mereka semua
ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan
itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan
yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
11:14 Sebab mereka yang
berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
11:15 Dan kalau sekiranya
dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka
mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
11:16 Tetapi sekarang mereka
merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu
Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah
kota bagi mereka.
11:17 Karena iman maka
Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima
janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
11:18 walaupun kepadanya
telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut
keturunanmu."
11:19 Karena ia berpikir,
bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang
mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Mrk.
4:35-41
4:35 Pada hari itu, waktu
hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke
seberang."
4:36 Mereka meninggalkan
orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam
perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
4:37 Lalu mengamuklah taufan
yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu
itu mulai penuh dengan air.
4:38 Pada waktu itu Yesus
sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia
dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita
binasa?"
4:39 Ia pun bangun,
menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!"
Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
4:40 Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
4:41 Mereka menjadi sangat
takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini,
sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?
Mengapa
Kamu Tidak Percaya?
Saudara terkasih, mengenai angin ribut dan kuasa
Yesus yang mampu mengatasinya kita perlu mengenal tradisi Yahudi, bahwa angin
ribut dan alam raya secara keseluruhan adalah dalam kuasa Allah. Ketika Yesus
mampu meredakan alam yang sedang mengamuk, berarti Yesus adalah Allah itu
sendiri. Dialog dan peristiwa di dalam perahu tidak kalah pentingnya, di mana
bahwa para murid ternyata belum mengenal dan mengerti dengan baik siapa Yesus
itu. Akibat lebih jauh ialah mereka khawatir dan berteriak-teriak.
Saudara terkasih, sering kita berdoa kepada Tuhan
dengan berbagai cara dan lama, novena, ziarah, Ekaristi dan sakramen lainnya,
namun masih merasa kering, gersang, dan seolah Tuhan tidak mendengar kita.
Kalau demikian, mari kita tilik hati kita yang paling dalam, jangan-jangan kita
lupa dan tidak mengenal Yesus yang ada di depan kita, dan malah mencari-cari
sendiri dengan segala kemampuan dan daya kita sendiri yang sering justru lepas
dari kerinduan dari Tuhan untuk menyelamatkan kita.
Iman dan kepercayaan kita berkaitan dengan
relasional kita yang mendalam dengan Tuhan. Kalau ita asyik dengan diri sendiri
dan pencarian kita jangan-jangan kita malah jauh dari Tuhan. Bisa diumpamakan,
kita bersama-sama dan harusnya ngobrol dengan anak atau keluarga kita, namun
malah asyik browsing mengenai
membangun keluarga bahagia. BG.eLeSHa.