Selasa, 09 Juli 2019

Sembuhkanlah Saudaramu!


Selasa Pekan Biasa XIV (H)
Kej. 32:22-32
Mzm. 17:1,2-3,6-7,8b,15
Mat. 9:32-38



Kej. 32:22-32

32:22 Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok.
32:23 Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya.
32:24 Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
32:25 Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
32:26 Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."
32:27 Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub."
32:28 Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."
32:29 Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.
32:30 Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"
32:31 Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.
32:32 Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya


Mat. 9:32-38

9:32 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.
9:33 Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel."
9:34 Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan."
9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.



Sembuhkanlah Saudaramu!

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan tugas perutusan Tuhan di tengah dunia. IA memberikan penghiburan, kesembuhan, dan pulihnya orang bisu dan buta. Memulihkan keadaan menjadi kata kunci yang penting. Tuhan hadir untuk menjadikan keadaan yang buruk menjadi baik.
Tugas kita di duniapun sama. Membawa kepada kebaikan apa yang sekiranya buruk. Menemani orang yang kesepian, sedang menderita, merawat si sakit, menyembuhkan si buta dan tuli. Bisa dibayangkan betapa menderitanya mereka yang buta dan tuli itu, dan ketika dipulihkan, bagaimana mereka merasakan, melihat dan mendengar apa yang selama ini jauh dari jangkauan mereka.
Memberikan apa yang seolah sia-sia bisa menjadi alternatof di dalam alam modern ini. Betapa banyak orang  buta dan tuli akan dunia sekitarnya. Tuli dan buta atas kebenaran, menulikan diri atas kejahatan di sekitarnya. Membutakan hati dan budi atas ketamakan, kerakusan, mengubah persepsi demi kepentingan kelompok. Hal-hal yang jamak terjadi di era modern ini. Sama buruknya dengan  buta mata dan tuli telinga.
Literasi, memberikan pemahaman yang benar bagi masyarakat, membantu memberikan pemahaman yang benar bagi si tuli dan buta dalam konteks yang berbeda. Toh itu tidak kalah pentingnya, tidak kalah perannya membangun dunia dan mewartakan Tuhan dan karya-Nya.
Saudara terkasih, konsekuensi atas itu seua adalah penolakan, permusuhan, dan fitnah. Hal yang logis saja karena orang bisa terpengaruh, khawatir, takut pamornya kurang bahkan hilang. Kebenaran yang dinyatakan bisa membahayakan kedudukan, keberadaan, dan posisi pihak lain. Perlawanan yang sangat normal  jika itu terjadi.
Satu yang layak menjadi pedoman adalah, bagaimana suka cita itu terjadi, bukan menghasilkan ketakutan dan kekhawatiran. Jauh lebih banyak yang terbantu dan berbahagia itu adalah si pembeda. Sering kita takut melangkah, berbuat, dan melakukan karena khawatir penilaian orang, jangan-jangan nanti dianggap sebagai cari muka, jangan-jangan nanti malah dimusuhi, khawatir menimbulkan musuh dan kebencian. Jika demikian terus, jangan harap bisa melakukan karya Tuhan. Si jahat akan selalu mengulik dan mencari celah untuk melemahkan kita. Salah satunya dengan menuding kita sebagai pelaku keburukan atau kejahatan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar