Selasa
Pekan Biasa XV (H)
Kel.
2:1-15
Mzm.
69:3,14,30-31,33-34
Mat.
11:20-24
Kel.
2:1-15
2:1 Seorang laki-laki dari
keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2:2 lalu mengandunglah ia dan
melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik,
disembunyikannya tiga bulan lamanya.
2:3 Tetapi ia tidak dapat
menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan,
dipakalnya dengan gala-gala dan t'er, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan
ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
2:4 kakaknya perempuan
berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan
dia.
2:5 Maka datanglah puteri
Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di
tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau
itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
2:6 Ketika dibukanya,
dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah
ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
2:7 Lalu bertanyalah kakak
anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang
inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan
puteri?"
2:8 Sahut puteri Firaun
kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
2:9 Maka berkatalah puteri
Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka
aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu
dan menyusuinya.
2:10 Ketika anak itu telah
besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya,
dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari
air."
2:11 Pada waktu itu, ketika
Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja
paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang
dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini
dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan
disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
2:13 Ketika keesokan harinya
ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya
kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya:
"Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?
Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang
Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu
telah ketahuan."
2:15 Ketika Firaun mendengar
tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa
melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia
duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
Mat.
11:20-24
11:20 Lalu Yesus mulai
mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat-mujizat-Nya:
11:21 "Celakalah engkau
Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi
mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka
bertobat dan berkabung.
11:22 Tetapi Aku berkata
kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan
dari pada tanggunganmu.
11:23 Dan engkau Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan
sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang
telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari
ini.
11:24 Tetapi Aku berkata
kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari
pada tanggunganmu.
Bertobatlah,
dan Perbaiki Diri
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak
kita merenungkan mengenai pertobatan dan memperbaiki diri. Tuhan Yesus
menggunakan ilustrasi dalam bacaan Injil kali ini adalah kecaman-Nya terhadap
kota-kota yang penuh dengan mukjizat dan perbuatan ajaib atau luar biasa dari
Tuhan. Apa yanag terjadi adalah tidak berhenti pada mukjizat, namun kemauan
untuk berubah dan berbenah.
Tuhan menghendaki kita untuk bertobat itu memperbaiki
diri, berubah, dan ada balik arah menuju kepada yang lebih baik. Jika sudah
baik menjadi lebih baik lagi. Pertobatan itu bukan hanya kata sesal atau
memukul diri, mencambuk diri, atau dengan mengikat diri, lebih dalam dari itu
adalah perubahan sikap batin. Ada gerak berbalik arah menuju kepada yang benar,
baik atau lebih baik lagi.
Tuhan Allah sudah menganugerahkan keselamatan, itu
benar. Tanggapan pihak manusia juga harus sepadan. Mengapa demikian? jelas
bahwa ada tanggapan positif itu juga penting, agar perilaku manusia juga
selaras dengan apa yang Tuhan anugerahkan. Bayangkan jika hidup kita seenaknya
saja, melakukan kejahatan dengan sadar, merasa tidak apa-apa karena toh sudah
dijamin keselamatannya. Tentu tidak demikian juga. Allah mau menganugerahkan
keselamatan kepada bangsa, orang, dan pribadi yang berlaku dan hidup seturut
kehendak Tuhan. Apakah ini berarti Tuhan
memaksakan kehedak? Tidak juga. Perlu kita lihat lebih jernih, begini,
apakah adil bagi orang yang hidup baik, lurus-lurus saja, ringan tangan untuk
membantu, akan menerima yang sama dengan orang-orang yang jahat, hidupnya
merugikan orang lain, dan tidak melakukan kebaikan apapun, dan juga tidak
pernah bertobat? Jelas tidak adil bukan? Apalagi Tuhan adalah Mahaadil.
Allah sudah menganugerahkan keselamatan dengan cuma-cuma,
dan Tuhan hanya menghendaki kita berbuat
baik, jika masih teledor, jatuh, dan kalah dengan godaan dunia diberi
kesempatan untuk bertobat.
Tobat itu sarana memulihkan relasi dengan Tuhan
yang sempat rusak, retak, atau terganggu karena kesombongan, dosa, dan
kesalahan kita. Perilaku kita yang membuat kasih karunia Allah itu terhalang.
Tuhan selalu hadir, menawarkan kasih-Nya, namun kita menanggapi dengan
seenaknya, bahkan menolak. Itulah perlunya pertobatan, rekonsiliasi, dan
pemulihan kembali. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar