Selasa, 16 Juli 2019

Bertobatlah, dan Perbaiki Diri


Selasa Pekan Biasa XV (H)
Kel. 2:1-15
Mzm. 69:3,14,30-31,33-34
Mat. 11:20-24




Kel. 2:1-15

2:1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.
2:3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan t'er, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.


Mat. 11:20-24

11:20 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya:
11:21 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
11:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.
11:23 Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.
11:24 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.



Bertobatlah, dan Perbaiki Diri


Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan mengenai pertobatan dan memperbaiki diri. Tuhan Yesus menggunakan ilustrasi dalam bacaan Injil kali ini adalah kecaman-Nya terhadap kota-kota yang penuh dengan mukjizat dan perbuatan ajaib atau luar biasa dari Tuhan. Apa yanag terjadi adalah tidak berhenti pada mukjizat, namun kemauan untuk berubah dan berbenah.
Tuhan menghendaki kita untuk bertobat itu memperbaiki diri, berubah, dan ada balik arah menuju kepada yang lebih baik. Jika sudah baik menjadi lebih baik lagi. Pertobatan itu bukan hanya kata sesal atau memukul diri, mencambuk diri, atau dengan mengikat diri, lebih dalam dari itu adalah perubahan sikap batin. Ada gerak berbalik arah menuju kepada yang benar, baik atau lebih baik lagi.
Tuhan Allah sudah menganugerahkan keselamatan, itu benar. Tanggapan pihak manusia juga harus sepadan. Mengapa demikian? jelas bahwa ada tanggapan positif itu juga penting, agar perilaku manusia juga selaras dengan apa yang Tuhan anugerahkan. Bayangkan jika hidup kita seenaknya saja, melakukan kejahatan dengan sadar, merasa tidak apa-apa karena toh sudah dijamin keselamatannya. Tentu tidak demikian juga. Allah mau menganugerahkan keselamatan kepada bangsa, orang, dan pribadi yang berlaku dan hidup seturut kehendak Tuhan. Apakah ini berarti Tuhan  memaksakan kehedak? Tidak juga. Perlu kita lihat lebih jernih, begini, apakah adil bagi orang yang hidup baik, lurus-lurus saja, ringan tangan untuk membantu, akan menerima yang sama dengan orang-orang yang jahat, hidupnya merugikan orang lain, dan tidak melakukan kebaikan apapun, dan juga tidak pernah bertobat? Jelas tidak adil bukan? Apalagi Tuhan adalah Mahaadil.
Allah sudah menganugerahkan keselamatan dengan cuma-cuma,  dan Tuhan hanya menghendaki kita berbuat baik, jika masih teledor, jatuh, dan kalah dengan godaan dunia diberi kesempatan untuk bertobat.
Tobat itu sarana memulihkan relasi dengan Tuhan yang sempat rusak, retak, atau terganggu karena kesombongan, dosa, dan kesalahan kita. Perilaku kita yang membuat kasih karunia Allah itu terhalang. Tuhan selalu hadir, menawarkan kasih-Nya, namun kita menanggapi dengan seenaknya, bahkan menolak. Itulah perlunya pertobatan, rekonsiliasi, dan pemulihan kembali. BD.eLeSHa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar