Jumat, 05 Juli 2019

Belajar Percaya dari Thomas


Pesta S. Thomas, Ras (M)
Ef. 2:19-22
Mzm. 117:1,2
Yoh. 20:24-29



Ef. 2:19-22


2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh



Yoh. 20:24-29

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.




Belajar Percaya dari Thomas

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan pesta Santo Thomas. Peristiwa Thomas dengan Tuhan Yesus usai kebangkitan adalah fenomenal. Apa yang dapat kita pelajari dari sana? Kualitas Thomas, yang berani menyatakan berbeda, namun juga secara sportif dan spontan mengatakan, ya Tuhanku dan Allahku. Spontanitas dalam iman dan hidup kita, tidak dibuat-buat, tidak mencari kemegahan diri.
Dua hal satu paket dengan kesiapannya untuk segera, spontan, dan sesegera mungkin. Ini yang membedakan dengan yang ada. Thomas langsung menjatuhkan diri begitu tahu dan melihat bahwa itu adalah Tuhan. Jauh sebelum itu, ketika ia tidak ada, dengan sengit ia menyatakan tidak akan percaya sebelum mencucukan jarinya sendiri ke dalam luka-luka Tuhan.
Kritik yang disampaikan Yesus adalah berbahagialah yang tidak melihat namun percaya. Hal yang sangat penting bagi kita hari ini. Bagaimana jika kita hari ini juga seperti Thomas itu, maunya melihat, merasakan, dan menyaksikan secara langsung 2000 tahun lebih. Minimal membendakan Tuhan dalam kehidupan kita. Menantang Tuhan untuk membuktikan eksistensinya, meminta Tuhan untuk melakukan hal luar biasa untuk membuat kita percaya. Tidak ada gunanya bagi hidup kita, pun tidak menambah apapun bagi keberadaan Tuhan.
Saudara terkasih, kedudukan iman, pemahaman iman, kualifikasi iman kita berbeda-beda. Ada yang tenang dan percaya, ada yang meledak-ledak demi menyatakan iman, namun ada pula yang tenang namun mudah meminta tanda dan bukti kehadiran Tuhan. Itu lah manusia. Masing-masing memiliki kadar, mempunyai kemampuan, dan kondisi masing-masing. Para murid pun demikian, Petrus yang meledak-ledak dan sering ditegur Tuhan. Thomas yang percaya dengan menggunakan inderanya.
Percaya menjadi penting sebagaimana Tuhan katakan. Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya. Gerak batin dan nurani yang jernih sangat membantu manusia untuk melihat rencana Tuhan di sana. Tidak mesti apa yang kita saksikan, apa yang kita rasakan itu sama dengan apa yang Tuhan kehendaki. Di sanalah peran iman dan keyakinan sehingga kita percaya. Iman dan kepercayaan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allahku. Titik. Tidak ada lagi syarat atau prasyarat untuk kita percaya. Kita diajak untuk pasrah bongkokan atas apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Percaya di dalam hidup kita akan Tuhan dan Allah. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar