Selasa
Pekan Biasa XVII (H)
Kel.
33:7-11, 14:5-9,28
Mzm.
103,6-7,8-9,10-11,12-13
Mat.
13:36-43
Kel.
33:7-11, 14:5-9,28
33:7 Sesudah itu
Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar perkemahan, jauh dari
perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap orang yang mencari TUHAN,
keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar perkemahan.
33:8 Apabila Musa
keluar pergi ke kemah itu, bangunlah seluruh bangsa itu dan berdirilah mereka,
masing-masing di pintu kemahnya, dan mereka mengikuti Musa dengan matanya,
sampai ia masuk ke dalam kemah.
33:9 Apabila Musa
masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan
berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana.
33:10 Setelah
seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka
mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya.
33:11 Dan TUHAN
berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun,
seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu.
34:5 Turunlah
TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN.
34:6 Berjalanlah
TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
34:7 yang
meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan,
pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang
bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan
cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."
34:8 Segeralah
Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah
34:9 serta
berkata: "Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan,
berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu
bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah
kami menjadi milik-Mu."
34:28 Dan Musa
ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam
lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu
segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.
Mat.
13:36-43
13:36
Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang
dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang
lalang di ladang itu."
13:37
Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak
Manusia;
13:38
ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak
si jahat.
13:39
Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman
dan para penuai itu malaikat.
13:40
Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada
akhir zaman.
13:41
Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan
segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari
dalam Kerajaan-Nya.
13:42
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan
dan kertakan gigi.
13:43
Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam
Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Pilih
Jadi Gandum atau Lalang?
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita
merenungkan bagaimana penjelasan lalang dan gandum yang ada di ladang. Bahasa
simbol khas agraris yang Yesus gunakan dalam pengajaran-Nya. Para murid meminta
penjelasan karena bagi mereka cukup susah untuk diketahui. Yesus dengan segala
keterbukaan menjelaskan apa makna, maksud, dan apa saja yang dimaksudkan di
dalam pengajaran-Nya itu.
Penabur benih yang baik adalah Tuhan sendiri, karya
Roh Baik yang menaburkan benih di laang, agar bertumbuh kembang dan berbuah
melimpah. Jelas siapa yang Tuhan maksudkan adalah Diri-Nya yang memberikan
kehidupan bagi orang dan pribadi. Namun toh ladang yang baik itu ditaburi juga
oleh i jahat dengan benih yang buruk, benih jahat yang merasuki benih yang
baik.
Mereka tumbuh bersama di dalam satu ladang yang
sama, yaitu dunia ini. Ladang yang memberikan kehidupan baik untuk yang baik
ataupun yang buruk adalah dunia ini. Dunia memberikan kebebasan dan semua
dihidupi olehnya.
Siapa pemanen itu adalah malaikat Tuhan yang akan
memisahkan mana gandum sebagai hasil yang baik dan mana lalalng yang layak
dibuang dan dibakar di dalam api yang bernyata. Keduanya tumbuh bersama, dan
pada akhir zaman, ketika ada penghakiman, ujungnya berbeda.
Saudara terkasih, sejatinya penghakiman dan ke mana
kita akan bermuara adalah sebentuk konsemuensi logis atas pilihan kita. Bagaimana
kita hidup di dalam dunia ini, bagaimana kita menghidupi kehedak Tuhan Allah
dalam hidup sehari-hari. Apakah yang kita cintai dan kasihi itu, dua-duanya ada di tegah-tengah kita kog. Tidak
ada yang jauh dari jangkauan kita, hanya kemauan dan pilihan kita saja yang
membedakan.
Mau jadi lalang atau hgandum itu pilihan manusiawi.
Memilih dunia yang gemerlap namun bisa bermuara pada api yang bernyala, atau
memilih jalan berliku namun menuju kepada kebahagaiaan abadi dan kekal? Tuhan Allah sudah menunjukkan semuanya, tidak
ada yang ditutup-tutupi. Memang kadang susah untuk dapat berserah, mengikuti
kehendak dan rancangan Tuhan. Sering terlena dengan gambaran dan rancangan kita
sendiri.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar