Pw.
S. Ignasius dari Loyola, Im. (P)
Kel.
34:29-35
Mzm.
99:5,6,7,9
Mat.
13:44-46
Kel.
34:29-35
34:29 Ketika Musa turun dari
gunung Sinai -- kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari
gunung itu -- tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia
telah berbicara dengan TUHAN.
34:30 Ketika Harun dan segala
orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka
mendekati dia.
34:31 Tetapi Musa memanggil
mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa
berbicara kepada mereka.
34:32 Sesudah itu mendekatlah
segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang
diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai.
34:33 Setelah Musa selesai
berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.
34:34 Tetapi apabila Musa
masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung
itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel
apa yang diperintahkan kepadanya
Mat.
13:44-46
13:44 "Hal Kerajaan
Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu
dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh
miliknya lalu membeli ladang itu.
13:45 Demikian pula hal
Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46 Setelah ditemukannya
mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu
membeli mutiara itu.
Perjumpaan
yang Mengubah dan Menghidupkan
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita
merenungkan Santo Ignasius dari Loyola. Seorang santo pendiri Serikt Jesus, yang
cukup ternama terutama di Keuskupan Agung Semarang. Karya pendidikan mereka
menempati posisi atas di kota-kota, di mana mereka berkarya. Jakarta ada Kolose
Canisius yang demikian jaya hinggi kini, Semarang dengan Loyola dan Seminari
Mertoyudan di Magelang. Jogyakarta dengan John de Britto, sekolah paling bebas.
Ignasius awalnya adalah perwira militer. Cita-cita
sejak awal adalah mengabdi pada rtu Spanyol. Ketika berperang ia terluka dan
harus mendapatkan perawatan. Ketika dalam perawatan itu ia mengisi waktu dengan
membaca-baca. Dan malah berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan yang mengubahnya
menjadi bersemangat untuk mengabdi Yesus, tidak cukup hanya mengabdi kerajaan
Spanyol. Pengabdian yang kurang baginya, ketika kerajaan itu adalah kerajaan
dunia ini. Ia memutuskan menjadi pengabdi Kerajaan Surga.
Sering kita berkutat dengan Gereja, hidup rohani,
namun apakah sampai berjumpa dengan Tuhan? Ataukah hanya menjumpai diri dan
obsesi pribadi saja? Tidak jarang kita seolah mengabdi Tuhan dan
Gereja, namun kita hanya mengabdi pada luka batin kita, memuja diri dan capaian
kita semata. Bagaimana membaca bahwa kita sudah berjumpa dengan Tuhan?
Perubahan gerak batin dan langkah hidup kita. Kita menjadi
pribadi yang lebih baik, lebih dekat pada Tuhan dan sesama. Contoh dari
Ignasius, ia lebih mementingkan yang rohani, ia tinggalkan cita-cita awalnya
demi mengabdi pada Yesus yang ia temukan kemudian.
Hidup rohani dan perjumpaan dengan Tuhan mengubah
pribadi yang keras dan penuh nafsu menjadi pribadi kalem, tenang, dan hidup
dalam kasih sayang, baik terhadap sesama, lingkungan, dan terutama dengan
Tuhan. Tidak akan mungkin orang yang imannya mendalam itu membenci saudaranya,
tidak menghargai lingkungan, apalagi merendahkan Tuhan.
Tuhan itu sebagai tujuan, bukan sarana, tidak
dijadikan alat untuk kekuasaan, kekayaan dan materi, nama diri yang lebih kuat.
Tuhan malah direndahkan karena menjadi alat diri di dalam mendapatkan apa yang
ia inginkan. Pengabdian tulus bagi sesama dan Tuhan. Sampaikan kita ke sana?
BD. eLeSHa.