Senin,
11 Agustus 2014, Pw. St. Klara
Yeh.1:2-5,24-2:1
Mat.
17:22-27
Yeh.1:2-5,24-2:1
1:2 Pada tanggal lima bulan
itu, yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang,
1:3 datanglah firman TUHAN
kepada imam Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar,
dan di sana kekuasaan TUHAN meliputi dia.
1:4 Lalu aku melihat,
sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar
dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam,
di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat.
1:5 Dan di tengah-tengah itu
juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka:
mereka menyerupai manusia
1:24 Kalau mereka berjalan,
aku mendengar suara sayapnya seperti suara air terjun yang menderu, seperti
suara Yang Mahakuasa, seperti keributan laskar yang besar; kalau mereka
berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.
1:25 Maka kedengaranlah suara
dari atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka; kalau mereka berhenti,
sayapnya dibiarkan terkulai.
1:26 Di atas cakrawala yang
ada di atas kepala mereka ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti
permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu ada yang kelihatan
seperti rupa manusia.
1:27 Dari yang menyerupai
pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api
yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke
bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar.
1:28 Seperti busur pelangi,
yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang
mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku
melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman
2:1 Firman-Nya kepadaku:
"Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara
dengan engkau."
Mat. 17:22-27
17:22 Pada waktu Yesus dan
murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak
Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
17:23 dan mereka akan
membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati
murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.
17:24 Ketika Yesus dan
murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada
Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham
itu?"
17:25 Jawabnya: "Memang
membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan
pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini
memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?"
17:26 Jawab Petrus:
"Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah
rakyatnya.
17:27 Tetapi supaya jangan
kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan
pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan
menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah
kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."
Suadara terkasih, mengikuti Tuhan Yesus sebagaimana
telah Dia nyatakan, harus memikul salib dan mengikuti-Nya, hari ini kita
disuguhi kecerdasan Tuhan di dalam melihat apa yang akan dilihat dan menjadi
persoalan berkaitan dengan hal yang kecil dan itu benar. Ketika diminta uang
atau bea, Tuhan Yesus tahu dan sama sekali tidak bersalah, namun Tuhan memilih
tetap membayar, karena apa? Karena Tuhan sudah tahu akan ada persoalan yang akan
timbul kalau tidak mengikutinya. Bukan persoalan takut berkonfrontasi, namun
melihat keuntungan apa yang diperoleh dengan tindakan tersebut. Kontraproduksi
dengan apa yang hendak Dia ajarkan menjadi hal yang Tuhan hindari.
Hari-hari ini media sosial, youtube fb, dan lainnya sedang hangat dan ramai dengan perbincangan
seorang uskup menampar dan memaki imamnya. Saya tidak hendak berpolemik
terhadap peristiwa tersebut, namun bagaimana ketika uskup tersebut bertindak,
beliau ingat tidak perikopa ini? Tuhan mengajak agar hidup kita bukan menjadi
batu sandungan bagi yang lain. Batu sandungan berarti penghambat bagi seseorang
saat melakukan perjalanan. Banyak pro dan kontra yang menyertai pemberitaan
tersebut, hujat cela, namun ada juga pembelaan malah akan menjadi batu
sandungan yang baru.
Bijak dan berfikir jauh sebelum bertindak merupakan
dasar yang sangat penting bagi hidup kita sehari-hari. Menimbang baik buruknya,
manfaat dan kerugian akan tindakan sangat berguna bagi kehidupan kita bersama.
Hari ini Gereja Katolik memperingati St. Klara,
perempuan kudus yang sungguh saleh. Kesalehan tersebut ditunjukkan dengan hidup
miskin dan sederhana bagi kehidupan dunia yang lebih baik. Kesederhanaan
tersebut diwujudnyatakan dalam kehidupan komunitas susternya yang hanya
mengandalkan hidup dengan derma. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar