Kamis, 09 Januari 2020

Tuhan dan Hantu, Beda Tipis Makna Bertolak Belakang



Rabu Setelah Penampakan Tuhan (P)
1 Yoh. 4:11-18
Mzm. 72:1-2,10,12-13
Mar. 6:45-52




1 Yoh. 4:11-18

4:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
4:12 Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
4:13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.
4:14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
4:15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.
4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih


Mar. 6:45-52

6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
6:46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.
6:47 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat.
6:48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
6:49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
6:50 sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
6:51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung,
6:52 sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil



Tuhan dan Hantu, Beda Tipis Makna Bertolak Belakang

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai kekhawatiran yang membutakan. Kisah mencekam dalam perahu yang terombang-ambingkan angin memang sangat mencekam. Dalam perjalanan naik kapal pertama kali, saya bersama teman yang sudah sangat sering bepergian dengan kapal, karena memang luar pulau dan banyak kepulauan dalam kehidupannya. Dia bertanya apa yang terjadi jika kecelakaan tengah laut, saya jawab sudah selesai dan tidak ada harapan.
Ia tertawa dan mengatakan, jangan pesimis, tidak bisa renangpun masih ada pelampung, yang dipersyaratkan sama banyak atau sejumlah pemumpang. Ayo kita cek keliling kapal, ada di mana pelampung disimpan. Dan tidak ada sama sekali menemukan pelampung tersedia. Ini sudut pandang, realitis dan idealis.
Para murid ternyata memiliki paradigma yang lagi-lagi ini masih masa orientasi nampaknya. Melihat Tuhan mereka sangka hantu. Hanya berbeda penempatan hurufnya, maknanya sangat jauh berbeda. Tuhan dan hantu berbeda susunan hurufnya, namun arti dan esensinya jauh berbeda, panik bisa memisahkan rasionalitas, iman, dan kepercayaan menjadi turun drastis. Mereka yang telah bersama dengan Tuhan itu ternyata masih salah sangka, pengenalan yang belum sepenuhnya berhasil.
Sudut pandang ini berasal dari banyak aspek, sangat mungkin adalah masa lalu, kecemasan, ketakutan, atau keyakinan. Dan ternyata para murid ini karena ketakutan mereka bisa salah mengenali Tuhan. Pengenalan akan pribadi Tuhan itu menjadi penting, bagaimana kita bisa meyakini Juru Selamat jika kita tidak kenal dan apalagi akrab kepada-Nya.
Saudara terkasih, jika kita mengenal Tuhan dengan baik, kita akan melibatkan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Kita datang dalam seluruh dinamikan kehidupan kita. Dalam kesulitan, kita memohon kekuatan untuk menemukan jalan keluar. Saat mendapatkan berkat kita ingat Tuhan dan sesama bahwa itu adalah berkat dan karunia Allah dan patut dirayakan bersama dengan sesama.
Melibatkan Tuhan bukan berarti bahwa kita tidak bebas. Justru kebebasan kita mendapatkan intinya, jika kita bisa melepaskan keangguhan diri dan mengikatkan dan melibatkan Tuhan dalam hidup kita. Atau malah kita salah sangka dan salah mengenali gerak aktif Tuhan dalam hidup kita, karena mengandalkan diri sendiri? BD.eleSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar