Kamis, 16 Januari 2020

Belas Kasih itu Uluran Tangan


Kamis Biasa Pekan I (H)
1 Sam. 4:1-11
Mzm. 44:10,11,14-15,24-25
Mrk. 1:40-45



1 Sam. 4:1-11

4:1a Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel.
4:1b Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek.
4:2 Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu.
4:3 Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."
4:4 Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu.
4:5 Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar.
4:6 Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: "Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?" Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN telah sampai ke perkemahan itu,
4:7 ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan itu," dan mereka berkata: "Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu.
4:8 Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun.
4:9 Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!"
4:10 Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki.
4:11 Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.


Mrk. 1:40-45

1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.



Belas Kasih itu Uluran Tangan


Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai kasih karunia dan belas kasih itu hingga mengulurkan tangan bahkan kepada yang tersingkir sekalipun. Belas kasih Allah itu nyata dengan mengutus Putera-Nya masuk dalam dunia manusia. Merasakan suka dan duka anak-anak dunia sesungguhnya. Tidak hanya melihat dari luar, namun benar-benar terlibat.
Hari ini dalam bacaan Injil kita merenungkan, bagaimana si penderita kusta itu hadir dengan rasa terbuang. Penderita kusta itu kemanusiaannya terenggut. Mereka harus meninggalkan kampung mereka, termasuk juga keluarganya. Mereka terasing di luar kampung. Kusta lambang kutukan dan manusia yang tidak terberkati. Keadaan ini membuat mereka putus asa, tidak ada lagi harapan.
Jika Engkau mau, pernyataan yang penuh dengan perasaan tidak patut, kepercayaan sangat tinggi namun juga merasa tidak pantas. Gambaran utuh pribadi beriman di hadapan Allah seharusnya adalah demikian. Ada unsur percaya dan tidak berdaya sekaligus. Dan jawaban Yesus justru di luar dugaan, IA menunduk dan mengusap si penderita dengan belas kasih. Hati yang selembut sutera itu menyembuhkan, menahirkan, dan mengembalikan kemanusiaan si kusta.
Hal kedua yang layak direnungkan adalah, perbuatan baik, prestasi, capaian positif itu tidak perlu ribet dan ribut pasti akan tersiar. Perlakuan Yesus yang mengembalikan kemanusiaan itu tersiar ke mana-mana. Padahal sudah ada larangan. Mengapa? Karena perbuatan baik itu akan berdampak dan itu pasti tersiarkan dengan sendirinya.
Saudara terkasih, di dalam hidup kita hari ini, di dalam hidup bersama, begitu banyak orang yang kehilangan kemanusiaannya. Hakikat, jati diri, dan kepribadian sebagai manusia menjadi hilang karena perilaku jahat dan tidak adil manusia. Keberadaan manusia yang tersingkir, terdiskriminasi, dan terasingkan, perlu mendapatkan perhatian. Bukan malah memisah-misahkan kemanusiaan atas dasar pilihan pribadi atau kelompok.
Manusia yang kehilangan jati dirinya jika ia terasing dan diramas kebebasannya. Manusia masih bisa tahan lapar, namun apakah juga ia tahan sepi dan sendiri? Dengan label terkutuk lagi. Eh di masa modern ini, ketika perbudakan sudah dihapus, aneka macam mendeskreditkan, mengasingkan pihak lain menjadi-jadi.
Pilihan Yesus adalah memulihkan, bukan memisahkan. Mengulurkan tangan, bukan menepiskan tangan, dan menyembuhkan sekaligus mengembalikan martabat manusia.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar