Sabtu, 18 Januari 2020

Ikutlah AKU! Menuju Kesempurnaan Hidup



Sabtu Pekan Biasa I (H)
1 Sam. 9:1-4,17-19
Mzm. 21:2-3,4-5,6-7
Mrk. 2:13-17




1 Sam. 9:1-4,17-19

9:1 Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada.
9:2 Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
9:3 Kish, ayah Saul itu, kehilangan keledai-keledai betinanya. Sebab itu berkatalah Kish kepada Saul, anaknya: "Ambillah salah seorang bujang, bersiaplah dan pergilah mencari keledai-keledai itu."
9:4 Lalu mereka berjalan melalui pegunungan Efraim; juga mereka berjalan melalui tanah Salisa, tetapi tidak menemuinya. Kemudian mereka berjalan melalui tanah Sahalim, tetapi keledai-keledai itu tidak ada; kemudian mereka berjalan melalui tanah Benyamin, tetapi tidak menemuinya.
9:17 Ketika Samuel melihat Saul, maka berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku."
9:18 Dalam pada itu Saul, datang mendekati Samuel di tengah pintu gerbang dan berkata: "Maaf, di mana rumah pelihat itu?"
9:19 Jawab Samuel kepada Saul, katanya: "Akulah pelihat itu. Naiklah mendahului aku ke bukit. Hari ini kamu makan bersama-sama dengan daku; besok pagi aku membiarkan engkau pergi dan aku akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ada dalam hatimu.


Mrk. 2:13-17

2:13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.
2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.
2:15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
2:16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
2:17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.



Ikutlah AKU! Menuju Kesempurnaan Hidup

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan panggilan Lewi. Di mana hal ini juga berbicara mengenai keberadaan kita di dalam hidup dan relasi bersama dengan Tuhan. Pandangan kita terhadap kualitas dan kualifikasi dan cara pandang Allah terhadap apa yang ada di dalam kehidupan  manusiawi. Hal yang patut kita renungkan dan betapa bangga memiliki Allah yang demikian baik.
“Ikutlah AKU!” panggilan dari Yesus kepada pemungut cukai. Jawaban pun langsung demikian lugas, meninggalkan pekerjaannya. Pekerjaan artinya adalah segalanya dan mengikuti Yesus. Respons yang setimpal dengan inisiatif Tuhan di dalam menyapa kita. Hal yang patut kita cermati bersama.
Kita, di dalam menghadapi panggilan Tuhan sering banyak alasan, dalih, dan memikirkan kesempurnaan. Jangan dulu, nanti saja, biasanya sederhana untuk hidup rohani saja menantikan kalau sudah tua. Lha iya kalau hidup sampai tua. Dalam banyak kasus itu kita pun menolak kehendak dan panggilan Tuhan. Kita sering menilai kita atau sesama yang kita pakai adalah ukuran dan kaca mata manusiawi.
Contoh konkret adalah Farisi dan para ahli agama yang menuding Yesus makan bersama pemungut cukai. Kaca mata mereka melihat pemungut cukai sebagai orang berdosa. Tuhan membawa paradigma baru, bukan soal kualitas dan kualifikasi dalam pandangan dunia dan manusia. Manusia melihat yang tampak dan terlihat dari pandangan semata. Tuhan melihat hati dan motivasi dasar, bukan semata yang tampak dalam pandangan sekilas.
Saudara terkasih, dalam bacaan yang sama kita juga belajar bagaimana Tuhan itu hadir justru untuk orang berdosa. Lagi-lagi paradigma baru, sering kita bergaul dengan orang baik-baik saja, ternyata Tuhan hadir untuk orang berdosa. Mereka dibawa kembali dari kedosaan menjadi pribadi yang baik. Orang sehat tidak memerlukan dokter dan orang sakitlah yang perlu bantuan.
Kesempurnaan itu karena kita datang ke dalam kesatuan dengan Tuhan, bukan karena upaya kita. Di dalam Tuhan semua menjadi sempurna dan menuju kepada kesempurnaan karena Allah adalah sempurna. Kita memerlukan Tuhan bukan sebaliknya. Syukur bahwa Tuhan kita adalah kasih yang membuat kita sempurna. Tuhan Yang Mahabaik, bukan Tuhan pendendam yang menghukum dan marah atas kedosaan kita. Kebaikan-Nya yang menyelamatkan kita.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar