Senin
Pekan Biasa II (H)
1 Sam.
15:15-23
Mzm.50:8-9,16bc-17,21,23
Mrk.2:18-22
1 Sam.
15:15-23
15:15 Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang
Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik
dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi
selebihnya telah kami tumpas."
15:16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan
memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi malam."
Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
15:17 Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau,
walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas
suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas
Israel?
15:18 TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah,
tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan
mereka sampai engkau membinasakan mereka.
15:19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa
engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
15:20 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan
suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku
membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah
kutumpas.
15:21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk
mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
15:22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada
korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara
TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan,
memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
15:23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan
kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau
telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Mrk.2:18-22
2:18 Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang
Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus:
"Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi
murid-murid-Mu tidak?"
2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat
mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai
itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.
2:20 Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka,
dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
2:21 Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut
pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya,
yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya.
2:22 Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru
ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan
mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya
terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru
pula."
Iman
itu Perlu juga Logika
Saudara terkasih, hari ini kita belajar dan
merenungkan bersama Bunda Gereja mengenai penghayatan dan ritual beriman. Bagaimana
kita tidak semata ikut-ikutan atau karena banyak oran melakukan demikian, harus
juga yang sama. Bacaan Injil kali ini berbicara mengenai perihal puasa. Cukup baik
dan pas dalam hidup berbangsa di Indonesia.
Beberapa waktu ini negeri ini dikejutkan dengan
berbagai kejadian miris. Usai penggunaan agama dalam politik yang ugal-ugalan,
kemudian untuk menipu dalam banyak cara dan cabang usaha. Ada perumahan,
ibadah, dan juga perkebunan. Semua dengan labeling agama dan pemuka agama. Eh belum
usai dengan baik muncullah kerajaan demi kerajaan dengan segala keanehan dan
perilaku lucu bahkan maaf naif.
Seolah agama malah lepas dari yang namanya rasional
logis. Padahal dasar dari iman sejatinya, seharusnya, dan sebaiknya adalah
logika. Bagaimana logika juga melengkapi sisi spiritualitas, dan misteri iman. Mengapa
demikian? Jika agama atau iman sepenuhnya misteri, sangat mudah jatuh pada
penipuan, ada kekuasaan untuk membuat pihak lain sebagai obyek dan korban
karena kamuflase dan manipulator agama.
Fideistis,
orang yang selalu mengaitkan apa-apa pada iman dan agama, akhirnya abai usaha
dan malah menjadikan agama sebagai tameng dan kadang juga kambing hitam. Hati-hati,
orang bisa jatuh pada sisi sebaliknya, ketika terlalu berlaku logika yang
berbicara, jangan salah lahirlah orang yang hanya mengandalkan logika. Yang tidak
kelihatan berarti tidak ada. Ekstrem yang lain yang membuat kekacauan dan
keadaan sama buruknya.
Yesus ketika menjawab pertanyaan mengapa muridnya
tidak berpuasa bukan mengajarkan janji-janji surgawi, namun logika sederhana. ketika
kain baru digunakan untuk menambal kain lama, tidak akan bisa baik untuk
keduanya. Selain estestis, ekonomis, juga keduanya akan memberikan daya tarik
menarik yang malah merusak.
Keberadaan Yesus yang digambarkan sebagai mempelai,
membuat murid dan sahabatnya tidak bisa dan tidak patut berpuasa. Bagaimana bisa
suka cita harus dihadapi dengan duka cita. Ingat puasa adalah gambaran
prihatin, menyerukan kepada Allah dalam kondisi sedih, prihatin.
Para penanya itu bukan orang bodoh, namun mereka
hanya mau mempertanyakan bagaimana pertanggungjawaban Yesus atas puasa sebagai
tradisi itu tidak dilakukan. Jawaban rasional, logis, dan bukan jawaban janji
surgawi. Mereka tidak akan mau tahu dengan jawaban itu, karena mereka pastis
sudah tahu lebih baik.
Puasa sebagai sarana mati raga, sebagai sebuah
upaya memperbaiki tatanan hidup, mengelola nasfu dan keinginan, tentu bukan hal
yang buruk. Berbeda dengan pemahaman si penanya yang hanya karena kata tradisi,
kata gurunya, namun pemahaman dna esensinya tidak mereka pahami. BD.eleSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar