Jumat, 31 Januari 2020

Yang Terkecil pun Bisa Berdaya Guna


Pw. S. Yohanes Bosco, Im (P)
2 Sam. 11:1-4a, 5-10, 13-17
Mzm. 51:3-4,5-6a,6bcd-7,10-11
Mrk. 4:26-34



2 Sam. 11:1-4a, 5-10, 13-17

11:1 Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.
11:3 Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu."
11:4 Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia
11:5 Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: "Aku mengandung."
11:6 Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: "Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku." Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud.
11:7 Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang.
11:8 Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: "Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu." Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja.
11:9 Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya.
11:10 Diberitahukan kepada Daud, demikian: "Uria tidak pergi ke rumahnya
11:13 Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.
11:14 Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria.
11:15 Ditulisnya dalam surat itu, demikian: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati."
11:16 Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa.
11:17 Ketika orang-orang kota itu keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati.


Mrk. 4:26-34

4:26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,
4:27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
4:28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
4:29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."
4:30 Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?
4:31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
4:32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."
4:33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka.
4:34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.



Yang Terkecil pun Bisa Berdaya Guna

Saudara terkasih, hari ini bersama Bunda Gereja, kita merenungkan betapa kasih Allah itu besar dan luar biasa. Kerajaan Allah sejatinya adalah Allah itu sendiri, sebagaimana kita yang berbudaya Jawa memiliki pengganti untuk menghormati, seperti menyebut raja sebagai sampeyan dalem, yang artinya adalah tongkat.
Perumpamaan Kerajaan Surga itu seperti biji sesawi, biji yang paling kecil, yang paling tidak terlihat dibandingkan biji-bijian lain. Namun ketika sudah tumbuh bisa menjadi tempat bernaung burung sekalipun. Apa yang kecil itu belum tentu tidak berdaya guna, jika di dalam Tuhan. Mau bertumbuh dan membiarkan Tuhan menggunakan itu sebagai sarana bagi sesama.
Orientasi juga memegang penting, jangan berpikir demi diri sendiri, namun pergunakan itu untuk orang lain. Untuk apa gede, gagah, megah, ketika hanya untuk diri sendiri. Apalagi malah merugikan pihak lain. Jadi, jika  diri itu kecil, seolah tidak memiliki keunggulan apapun, jangan berkecil hati. Biarkan Tuhan memilihkan untuk dijadikan apa di dalam hidup bersama.
Saudara terkasih, hari ini Gereja juga merayakan peringatan S. Yohanes Bosko, seorang imam yang sangat sederhana. Dilahirkan dalam keluarga sederhana, masa kecilnya tidak boleh bersekolah karena harus bekerja di ladang. Namun karena desakan dan juga bantuan pendidikan dan pengajaran oleh imam tua di desanya,  orang tuanya sadar. Kemudian ia tertarik menjadi imam.
Yohanes Bosko mendedikasikan panggilannya pada pendidikan, dan ketrampilan bagi kaum muda. Berangkat dari pengalaman dan keprihatinannya sendiri, ia mengembangkan pendidikan khusus. Sekolah teknik pertama lahir karena karya dan buah pikirnya.
Ia mengubah dapur rumah ibunya menjadi bengkel dan cikal bakal sekolah teknik Katolik perdana. Salah seorang muridnya juga menjadi orang Kudus, yaitu Dominikus Savio. Bosko menjadi imam yang saleh dan pendengar pengakuan yang menyenangkan  bagi para remaja.
Saudara terkasih, kisah hidup Bosko sejatinya adalah faktualisasi atas Injil yang selalu ia renungkan. Menjadi kecil seperti biji sesawi pun bisa memberikan dampak dan naungan yang besar bagi lingkungannya. Ia mendirikan asrama dan sekolah bagi kaum muda miskin, telantar, dan tidak memiliki harapan. Naungan seperti biji sesawi yang sudah tumbuh menjadi pohon rindang. BD.eLeSHa.

Kamis, 30 Januari 2020

Kembangkanlah Diri dan akan Ditambahkan Terus


Kamis Biasa Pekan III (H)
2 Sam. 7:18-19,24-29
Mzm. 132:1-2,3-5,11,12,13-14
Mrk. 4:21-25



2 Sam. 7:18-19,24-29

7:18 Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
7:19 Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH
7:24 Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka.
7:25 Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu.
7:26 Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di hadapan-Mu.
7:27 Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepada-Mu.
7:28 Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu.
7:29 Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya.


Mrk. 4:21-25

4:21 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
4:22 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
4:23 Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
4:24 Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.
4:25 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.



Kembangkanlah Diri dan akan Ditambahkan Terus

Saudara terkasih, hari ini, kita belajar bersama Bunda Gereja untuk merenungkan mengembangkan dan menggunakan kemampuan, talenta, berkat itu dengan bijaksana dan penuh dengan rasa syukur.  Tuhan Allah menciptakan kita adalah baik adanya. Tuhan Allah menghendaki kita adalah sebagai baik, bukan sebagai yang sebaliknya. Oleh karena itu diperlengkapilah dengan segala sesuatu yang baik pula.
Kita diciptakan baik adanya, unik, dan memiliki pula kelemahan. Tuhan Allah Sang Maha Pencipta memunyai maksud dan kehendak dari itu. Manusia diharapkan untuk setia di dalam kelebihan dan di dalam kekurangannya mereka akan bekerja sama dan mengembangkan diri bersama dengan yang lain. Ini adalah kehendak Allah yang perlu kita camkan di dalam hidup bersama.
Dalam bacaan Injil kita belajar dari firman Tuhan, bagaimana Tuhan menyatakan meletakan lampu itu  pada alasnya, sehingga memberikan penerangan yang lebih luas. Tidak menempatkan lampu pada tempat yang tersembunyi, jika demikian untuk apa. Tidak ada daya gunanya. Malah sia-sia.
Dalam Injil yang sama Tuhan juga menyatakan, bagaimana orang yang tidak mengembangkan diri, tidak mau meningktkan kapasitas pribadi, maka tidak akan ada nilai tambah lain lagi yang dimiliki. Hal yang sebenarnya adalah logis, ini adalah konsekuensi logis. Sama sekali tidak ada yang aneh. Mana ada tanpa usaha mendapatkan hasil.
Barang siapa mempunyai kepadanya akan diberi. Hal yang berkaitan dengan kemarin-kemarin, orang iri, dengki, dan kemudian menebarkan fitnah. Mereka, model demikian itu jelas tidak akan berkembang. Fokus pada yang tidak dimiliki, bukan apa yang dipunyai dan dikembangkan. Berkat kasih karunia Tuhan setiap orang itu sama. Memang berbeda-beda dalam bentuk dan jenisnya. Itu untuk dikembangkan demi kebersamaan, bukan hanya demi kepentingan diri sendiri.
Apa yang ada itu digunakan Tuhan untuk memberikan pembelajaran, kita diajar untuk mau mengembangkan diri dan kemudian mau berbagi. Pernyataan bagi yang tidak memiliki akan diambil, ya jelas karena memang mereka tidak mau memperkembangkan diri. Fokus mereka salah dan keliru, menempatkan lampu pada bawah  meja, bukan di atas tatakan yang semestinya. Mengapa bisa demikian? Berbagai sebab dan alasan sangat mungkin. Yang perlu adalah mengembangkan dan menggunakan dengan semestinya, bukan sebaliknya. BD.eLeSHa.

Rabu, 29 Januari 2020

Buah Limpah dari Tanah yang Subur


Rabu Biasa Pekan III (H)
2 Sam. 7:4-17
Mzm. 89:4-5,27-28,29-30
Mrk. 4:1-20



2 Sam. 7:4-17

7:4 Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian:
7:5 "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?
7:6 Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman.
7:7 Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras?
7:8 Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.
7:9 Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi.
7:10 Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu,
7:11 sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu.
7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya.
7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.
7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."
7:17 Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.

Mrk. 4:1-20

4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
4:2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
4:3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4:4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
4:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
4:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
4:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
4:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
4:10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
4:11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
4:12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
4:13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
4:14 Penabur itu menaburkan firman.
4:15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
4:16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,
4:17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
4:18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
4:19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
4:20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."



Buah Limpah dari Tanah yang Subur

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai tanah yang subur bagi hidup beriman kita. Kitalah sebagai tanahnya dan bagaimana merespons dan menanggapi benih yang Tuhan taburkan. Bagaimana peran, tugas, dan perutusan kita di tengah dunia itu. Apakah memberikan dampak dan bermanfaat atau malah jadi batu sandungan dan  masalah bagi hidup bersama?
Benih yang sama, yang ditaburkan Tuhan Allah, hidup kita itu sama anugerah, berkat, dan pemberian dari Tuhan dengan cuma-cuma,  dan bagaimana kita mengembangkan diri dari bekal yang sama itu. Tuhan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Perbedaan itu hanya soal warna, jalan, atau tempat semata. Manusia sebagai sebuah insan ciptaan itu sama. Dan dari yang sama itu jatuh ke mana?
Ada yang tepi jalan sehingga mudah terkoyak dan mati. Jika mati benih, mana bisa berdampak dan apalagi malah menghasilkan. Sangat mudah dan rentan ketika jatuh pada tanah yang tidak kondusif. Relatif akan mudah untuk tidak menghasilkan. Boro-boro berbuah, hidup belum tentu.
Ada pula yang jatuh pada tempat yang penuh dengan gulma, onak dna duri, dan terjepit yang kemudian mematikan. Lagi-lagi jangan mengharapkan buah jika demikian. Apalagi jika diperparah dengan sikap apatis dan malah menjeratkan diri pada onak dan duri. Hal yang sangat mungkin di era modern seperti ini.
Godaan, tawaran, dan indahnya dunia bisa menjadi mala petaka iman, jika tidak disadari dan direnungkan dengan masak-masak. Kadang seolah-olah itu adalah kehendak Allah, tampak seolah itu baik, namun ternyata adalah belitan ular dan akar semak yang akan membawa kepada kematian.
Tanah yang subur itu perlu pemeliharaan. Kesiapsediaan kita untuk memberikan diri dibentuk Tuhan, kesiapan kita merenungkan firman Tuhan melalui Kitab Suci, dan kebersamaan di dalam merayakan sakramen-sakramen adalah berkat luar biasa yang akan menggemburkan tanah dan iman kita bisa bertumbuh dan berkembang serta akhirnya berbuah melimpah.
Salah satu buah yang bisa kita camkan sebagai bukti adalah ketika banyak orang mengingat kita sebagai orang yang bisa memberikan bantuan. Orang nyaman dengan keberadaan kita. Ketulusan dan kerendahan hati bisa menjadi salah satu tolok ukur buah kita adalah baik. Tuhan menciptakan kita baik adanya, selayaknya juga kita berbuat baik pada sesama dan lingkungan kita. BD.eLeSHa.


Selasa, 28 Januari 2020

Kecemasan Seorang Ibu dan Kehendak Allah


Pw. S. Thomas Aquino, ImPujG (P)
2 Sam. 6:12-15,17-19
Mzm. 24:7,8,9,10
Mrk. 3:31-35



2 Sam. 6:12-15,17-19

6:12 Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: "TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu." Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.
6:13 Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan.
6:14 Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan.
6:15 Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala.
6:17 Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN.
6:18 Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam.
6:19 Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya.


Mrk. 3:31-35

3:31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia.
3:32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau."
3:33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?"
3:34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
3:35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."



Kecemasan Seorang Ibu dan Kehendak Allah

Saudara terkasih, hari ini kita belajar bersama Bunda Gereja mengenai kehendak Allah dan kecemasan manusiawi. Bacaan Injil mengatakan bagaimana Ibu Maria, sebagai ibu dari Yesus mencemaskan kata orang atas diri Yesus. Manusiawi, sangat wajar, ketika seorang ibu cemas, takut, dan khawatir atas penilaian oang atas puteranya.
Hal yang sama tentu juga sering kita alami, rasakan, dan menjadi beban dalam kehidupan kita. Cukup sering, kata orang menjadi beban dan pemikiran kita. Injil juga mengajarkan dalam bagian yang sama, pada sisi berbeda, bagaimana Yesus dan kehendak Allah. Kehendak Allah yang nomor satu, kata orang bukan yang utama. Ini perlu menjadi perhatian, sehingga orang tidak takut dan cemas lagi, ketika menjalankan perutusan di tengah dunia.
Penilaian orang itu bukan yang paling benar karena masih terbatas. Pandangan, penilaian, dan wawasan manusiawi itu terbatas. Nah itu yang menjadikan penilaian juga bisa keliru. Allah memiliki pandangan menyeluruh. Bahkan ketika manusia yang menjalani tidak tahu, Allah pun paham. Ini yang Tuhan dan manusia berbeda, lain, dan kadang bertolak belakang.
Gambaran manusia yang tampak di depan mata. Panca indera sebagai pedoman dalam menilai kebersamaan dan relasi bersama. Tidak salah, namun tidak juga sepenuhnya tepat dan belum tentu benar.
Saudara terkasih, hari ini juga kita memperingatai PW. Santo Thomas Aquino, Pujangga Gereja yang berasal dari keluarga bangsawan. Ia yang cerdas dalam pendidikan dan didikan Rahib Benediktin. Masa kuliahnya bahkan ia lebih pintar dari para pendidiknya. Aristoteles sangat berperan dalam  pemikirannya. Ia tertarik pada hidup membiara, Ordo Dominikan yang tinggal dekat dengan kampusnya menarik baginya. Hidup dunia yang korup dan hedonis sangat meresahkannya.
Keluarganya tidak ingin ia menjadi Dominikan, bahkan karena pengaruh keluarganya, ia diberi jabatan Abbas di biara Monte Cassino, dalam biara Benediktin. Thomas tidak suka dan memilih pindah ke Paris untuk studi. Namun malah ditangkap dan dipenjara atas permintaan keluarganya.
Keteguhan hatinya tidak bisa diubah, dan akhirnya keluarganya menyerah. Thomas dengan segala kecerdasan, segala kerendahan hatinya, memberikan Gereja harta karun pemikiran, bahkan hingga hari ini. Thomas meninggal dalam perjalanannya menuju Konsili Lyon.
Kehendak Allah mengalahkan kecemasan, dan juga paksaan manusiawi. Di dalam Tuhan segalanya adalah mungkin, dan itu yang perlu dan sangat penting. Melakukan kehendak Tuhan akan menyingkirkan karang penghalang. BD.eLeSHa.

Senin, 27 Januari 2020

Iri Hati Membuahkan Fitnah, Karena Ketidakmampuan


Senin Pekan Biasa III (H)
2 Sam. 5:1-7,10
Mzm. 89:20,21-22,25-26
Mrk. 3:22-30





2 Sam. 5:1-7,10

5:1 Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: "Ketahuilah, kami ini darah dagingmu.
5:2 Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel."
5:3 Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel.
5:4 Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
5:5 Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda.
5:6 Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: "Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!" Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari.
5:7 Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud.
5:10 Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertainya.


Mrk. 3:22-30

3:22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."
3:23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?
3:24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan,
3:25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
3:26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.
3:27 Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.
3:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan.
3:29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."
3:30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat



Iri Hati Membuahkan Fitnah, Karena Ketidakmampuan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana sikap dan pola pikir iri hati dan dengki itu bisa merembet ke mana-mana. Dalam bacaan Injil kita merenungkan, bagaimana ahli Taurat dan para penguasa yang takut tersaingi menuding Yesus bersekutu dengan kuasa jahat dalam melakukan karya-Nya. Secara logis saja, bagaimana mungkin mengusir setan dengan kuasa pembesar setan itu sendiri?
Hal yang sama juga sering kita hadapi atau kadang kita lakukan. Iri hati, dengki, membuat kita abai akan moral dan juga logika. Dalam politik kita menyaksikan bagaimana orang bisa memutarbalikan fakta, demi bisa meraih simpati. Jelas ini adalah keliru, mana ada orang bisa simpati dengan hal yang jelek. Namun toh juga dilakukan. Pun dalam hidup bersama dalam masyarakat, ada orang maju sedikit diisukan dengan menggunakan pesugihan, atau maju dalam karir menggunakan pelet atau susuk.
Mengapa perilaku demikian ada, bahkan sepanjang sejarah ada saja model dan coraknya? Karena fokusnya pada apa yang tidak dimiliki. Apa yang kita lihat adalah yang merupakan kepemilikan orang atau pihak lain. Padahal kita bisa kog fokus dengan apa yang kita miliki dan itu dikembangkan. Mengapa malah ngulik milik pihak lain. Apa yang kita teropong itu yang tidak kita miliki, ini selain membuat iri dan dengki, juga membuat hidup tidak nyaman.
Padahal kita pun memiliki, mempunyai, dan dianugerahi dengan cara dan bentuk yang berbeda. Nah karena kita abai melihat ini, menjadikan kita pengin. Keinginan yang tidak tercapai itu membuat kita berpikir buruk, sehingga bisa menimbulkan fitnah, caci maki, hoax, dan menjadi dengki, susah melihat kelebihan dan kesuksesan pihak lain.
Saudara terkasih, kadang kita itu sebagai anak Allah namun malah perilakunya seperti ahli Taurat, lebih banyak iri hati dari pada bersyukur, ketika mendapatka tudingan menjadi marah. Lihat Yesus tidak marah, namun menjawab dengan logis dan kritis. Ini penting, karena kita sering dihadapkan dengan tuduhan-tuduhan yang senada dengan itu. Kadang kita menjadi marah atau membalas dengan tudingan yang sama.
Iman memerlukan juga pertanggungjawaban logis  kritis, sehingga tidak malah menimbulkan pertikaian, namun juga menjawab dengan jernih, baik, dan bisa dipertanggungjawabkan. Bersama Tuhan semuanya mungkin. BD.eLeSHa.

Minggu, 26 Januari 2020

Belajar Bijak untuk Mengantar Semakin Banyak Orang kepada Bapa


HARI MINGGU BIASA III (H)
Yes. 8:23-9:3
Mzm. 27:1,2,13-14
1 Kor. 1:10-13,17
Mat. 4:12-23



Yes. 8:23-9:3

8:23 Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.
9:1 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
9:2 Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
9:3 Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.


1 Kor. 1:10-13,17

1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
1:11 Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloë tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
1:12 Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
1:13 Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
1:17 Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.


Mat. 4:12-23

4:12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
4:13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,
4:14 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
4:15 "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain,
4:16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."
4:17 Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
4:18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
4:20 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
4:23 Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu



Belajar Bijak untuk Mengantar Semakin Banyak Orang kepada Bapa

Saudara terkasih, hari ini kita belajar kebijaksanaan dari Sang Guru Agung, Yesus guru kita. Bagaimana IA menyingkir ke daerah Kapernaum. Konteks yang perlu kita pahami adalah, bahwa di sana, saat itu ada dua kawasan besar, Israel utara yang terkenal dengan keterbukaan dan kemajuan, dan kawasan selatan yang penuh dengan ahli Taurat dan imam kepala, namun berciri kolot, konservatif, dan puritan.
Kematian Yohanes Pembaptis menjadi inspirasi bagi Yesus bahwa kondisi perutusan-Nya menemui tembok yang tidak mudah. Adanya penguasa politik yang sama beratnya dengan penguasa agama yang demikian tertutup. Dua kekuatan yang perlu untuk disikapi dengan bijaksana, bukan dihadapi dengan frontal sehingga malah merugikan semuanya.
Yesus menyingkir, memilih di tempat IA memang diterima. Ini pilihan yang bijak, bagaimana pewartaan malah ditolak bahkan ada dua kekuatan penentang namun memaksakan diri, itu namanya menantang dan tidak berguna. Kadang kita maunya adalah terlihat gigih, keren, dan bangga jika bisa mengatasi kekuatan lain. Menang atas pihak lain sebagai sebuah kebanggaan. Padahal tidak mesti demikian.
Menang-menang perlu menjadi gaya hidup yang baru, bukan menang-kalah. Orang atau pihak yang dikalahkan sangat mungkin merasa tersakiti, itu yang malah tidak menjalankan perutusan bukan? Apa yang mau dituju dengan perilaku itu?
Perutusan Yesus yang kini juga menjadi perutusan kita, karena pembaptisan adalah membawa orang kepada Tuhan Allah, mengatasi kelemahan manusiawi, menyembuhkan yang sakit, dan itulah Khabar Suka Cita. Itulah tugas perutusan yang hakiki dan utama. Orang bukan mengejar kemenangan, bukan menjadikan pembaptisan sebagai yang utama, namun sampai kepada Allah atau tidak.
Medan perutusan dan lahan karya kita semakin banyak, berat, dan tidak mudah, ketika itu adalah aksi kita manusiawi. Kita perlu melibatkan Tuhan dan kita hanya menjadi alat-Nya semata. Kita ada di dalam satu karya perutusan Yesus. Era modern ini kelemahan manusiawi demikian banyak. Hambatan untuk sampai kepada Tuhan demikian beragam. Hedonisme mungkin gampang kita atasi. Namun ketika ranah spiritual, ranah rohani, dan merasa diri sebagai yang paling saleh, merasa lebih dekat pada Tuhan itu hinggap dalam diri kita, itulah kelemahan yang perlu kita atasi. Kita perlu kesembuhan untuk itu.
Panggilan para murid adalah estafet atas perutusan Yesus yang tidak selamanya ada di dalam dunia. Pun para murid mengajar dan memanggil penggantinya hingga hari ini. Pembaptisan menjadikan kita memiliki tugas dan perutusan yang sama. Menjadi murid perlu bijaksana hingga mampu mengantar semakin banyak orang kepada Allah Bapa.BD.eLeSHa.

Sabtu, 25 Januari 2020

Pertobatan dan Khabar Suka Cita


Pesta Pertobatan S Paulus Rasul (P)
Kis. 22:3-16
Mzm. 117:1,2
Mrk. 16:15-18



Kis. 22:3-16

22:3 "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.
22:4 Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.
22:5 Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum.
22:6 Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku.
22:7 Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?
22:8 Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.
22:9 Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
22:10 Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
22:11 Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.
22:12 Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ.
22:13 Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia.
22:14 Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.
22:15 Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.
22:16 Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan


Mrk. 16:15-18

16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
16:17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,
16:18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.



Pertobatan dan Khabar Suka Cita

Saudara terkasih, hari ini kita belajar dan merenungkan bersama Bunda Gereja mengenai Pertobatan Paulus. bagaimana Saulus yang menjadi pemuka di dalam pengejaran para pengikut Yesus yang telah bangkit itu, tiba-tiba menjadi pribadi baru bernama Paulus dan berubah untuk menjadi pembela dan penyebar iman Kekristenan, di mana sama semangat dan kuatnya ia melakukan tugas yang awalnya bertolak belakang.
Pertobatan itu ada dua segi pertam dari Allah, yang menangkap si pendosa, atau mengerakan hati si pendosa untuk berubah. Tuhan Allah menangkap Saulus di tengah perjalanan untuk mengejar anak-anak Tuhan. Bayangkan semangat untuk membinasakan, malah tertangkap dan diubah menjadi pekerja dan pelaku yang awalnya hendak ia kejar. Jika bukan karena Allah, mana mungkin Saulus, yang termasuk kalangan terpelajar, karir bagus, dan semangat muda itu  mengorbankan segalanya.
Balasan yang jauh lebih ngeri dapat ia terima, lihat dan renungkan saja bagaimana kehidupan ia selanjutnya. Ia diburu, dikejar-kejar, dan itu sangat mungkin adalah rekan atau duluny anak buahnya. Toh ia jalani dengan suka cita dan keterbukaan diri pada kehendak Allah.
Kedua, dari sisi manusia, pertobatan adalah gerak langkah, balik arah dari kedosaan menuju kepada kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari. Tangkapan Allah mendapatkan respons, tanggapan, dan reaksi senada. Perubahan arah dan berbalik kembali kepada jalan kebenaran di dalam Tuhan. Kembali kepada kesatuan dengan Sumber Hidup.
Pilihan yang tidak mudah, di tengah arus dunia yang demikian menggoda. Tawaran yang menggiurkan atas dunia, viral, tenar, karir, atau materi. Berani tidak untuk mengabdi keada Tuhan, dan biarkan Tuhan yang memberikan semuanya. Konsekuensi logis atas kerja adalah upah, dan itu biar Tuhan yang mengatur, bukan kita yang menentukan dan menjadi pilihan apalagi prioritas kita.
Buah dari pertobatan itu bisa dirasakan, bukan semata oleh klaim kita, namun karena pernyataan dan sikap dari piahk di luar kita. Buah yang bermanfaat, berdaya guna, dan memberikan dampak bagi lingkungan terdekat minimal.
Wartakanlah Injil, khabarkanlah suka cita, dan bawa damai sejahtera. Apakah kini pembaptisan itu menjadi yang utama? Sekarang bukan yang ini, kini yang utama adalah pewartaan dan kesaksian diri, dengan keberadaan kita yang bisa menjadi teladan bagi lingkungan kita, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Khabar suka cita dari Allah itu kini menjadi tugas kita untuk disampaikan kepada seluruh dunia. Diri kita menjadi tanda dan kehadiran khabar suka cita, jika kita menebarkan kasih karunia. BD.eLeSHa.