Sabtu, 29 Desember 2018

Terang yang Melegakan


Sabtu, Hari Kelima Oktaf Natal (P)
1 Yoh. 2:3-11
Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6
Luk. 2:22-25




1 Yoh. 2:3-11

2:3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
2:4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
2:5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.
2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
2:7 Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
2:8 Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.
2:9 Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
2:10 Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.
2:11 Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.



Luk. 2:22-25

2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
2:35 -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."



Terang yang Melegakan

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan, bagaimana Terang Sejati yang memberikan kelegaan. Paling tidak kelegaan itu dirasakan oleh Simeon. Kelegaan karena melihat yang dinantikan, lebih dari apapun juga. Bagaimana tidak, yang dinantikan sekian lama dengan penuh kerinduan ada di dalam bopongannya. Sang Terang dan Suka Cita Sejati telah hadir.
Kita yang telah mendapatkan status baru sebagai anak-anak Allah dengan pembaptisan juga bisa menjadi pemberi terang, menjadi terang di mana bukan malah menjadi sumber kegelapan. Kasih dan saling mencintai satu sama lain, tidak ikut-ikutan gaya dunia, terutama di dalam bermedia sosial. Di mana di sana biasa saling caci-maki, memfitnah sebagai sebuah gaya hidup baru, dan memaki sebagai jawaban atas perbedaan.
Posisi dan status anak-anak Allah, kita tidak patut jika sama dengan dunia dan gaya dunia ini.  Apa patut anak Allah memaki? Atau anak Allah memfitnah? Pembeda sebagai konsekuensi status yang naik level, di mana selaku anak Allah. Kita patut menjadi pemberi terang bukan kegelapan sebagaimana sebagian besar anak dunia.
Terang itu bisa kita lakukan dengan memberikan kasih, menebarkan kebaikan, di mana di tengah orang saling curiga kita bisa memberikan keyakinan serta kepercayaan. Di antara kecemasan, bisa memberikan ketenangan batin karena sikap yang menerima perbedaan dengan kerendahan hati. Ada tabiat saling hujat dan cela, memberikan komunikasi yang hangat dan terbuka karena cinta kasih. Sikap yang berbeda dengan dunia itu yang membedakan dan memberikan perbedaan anak-anak Allah.
Saudara terkasih, sering kita akan merasa berat jika berbeda dengan dunia, karena berbeda, bagaimana energi itu bisa lebih guna melawan egoisme diri yang bisa sangat memberatkan. Jika sudah menjadi kebiasaan sebenarnya semua akan menjadi biasa, pembiasaan akan meringankan beban. Ada kelegaan di mana sebagaimana Simeon yang menerima kedatangan Bayi Yesus.
Bagaimana peran anak Allah jika malah menjadi beban dan membuat berat bagi saudara kita. Ini menjadi penting bagi peran kita di dalam hidup bersama. Apakah kedatangan atau keberadaan kita selama ini menjadi kelagaan atau malah menjadi beban? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar