Sabtu, Hari Kelima Oktaf Natal (P)
1 Yoh. 2:3-11
Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6
Luk. 2:22-25
1 Yoh. 2:3-11
2:3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau
kita menuruti perintah-perintah-Nya.
2:4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak
menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada
kebenaran.
2:5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu
sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada
di dalam Dia.
2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib
hidup sama seperti Kristus telah hidup.
2:7 Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang
kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari
mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
2:8 Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah
ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap
dan terang yang benar telah bercahaya.
2:9 Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi
ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
2:10 Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam
terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.
2:11 Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam
kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena
kegelapan itu telah membutakan matanya.
Luk. 2:22-25
2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran,
menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk
menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan:
"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut
apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua
ekor anak burung merpati.
2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama
Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi
Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh
Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang
diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus.
Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan
kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya
sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan
yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan
segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan
segala apa yang dikatakan tentang Dia.
2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata
kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk
menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu
tanda yang menimbulkan perbantahan
2:35 -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Terang
yang Melegakan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan, bagaimana Terang Sejati yang memberikan kelegaan. Paling tidak
kelegaan itu dirasakan oleh Simeon. Kelegaan karena melihat yang dinantikan,
lebih dari apapun juga. Bagaimana tidak, yang dinantikan sekian lama dengan
penuh kerinduan ada di dalam bopongannya. Sang Terang dan Suka Cita Sejati
telah hadir.
Kita yang telah mendapatkan status baru sebagai
anak-anak Allah dengan pembaptisan juga bisa menjadi pemberi terang, menjadi
terang di mana bukan malah menjadi sumber kegelapan. Kasih dan saling mencintai
satu sama lain, tidak ikut-ikutan gaya dunia, terutama di dalam bermedia
sosial. Di mana di sana biasa saling caci-maki, memfitnah sebagai sebuah gaya
hidup baru, dan memaki sebagai jawaban atas perbedaan.
Posisi dan status anak-anak Allah, kita tidak patut
jika sama dengan dunia dan gaya dunia ini. Apa patut anak Allah memaki? Atau anak Allah memfitnah?
Pembeda sebagai konsekuensi status yang naik level, di mana selaku anak Allah. Kita
patut menjadi pemberi terang bukan kegelapan sebagaimana sebagian besar anak
dunia.
Terang itu bisa kita lakukan dengan memberikan
kasih, menebarkan kebaikan, di mana di tengah orang saling curiga kita bisa
memberikan keyakinan serta kepercayaan. Di antara kecemasan, bisa memberikan
ketenangan batin karena sikap yang menerima perbedaan dengan kerendahan hati. Ada
tabiat saling hujat dan cela, memberikan komunikasi yang hangat dan terbuka
karena cinta kasih. Sikap yang berbeda dengan dunia itu yang membedakan dan
memberikan perbedaan anak-anak Allah.
Saudara terkasih, sering kita akan merasa berat
jika berbeda dengan dunia, karena berbeda, bagaimana energi itu bisa lebih guna
melawan egoisme diri yang bisa sangat memberatkan. Jika sudah menjadi kebiasaan
sebenarnya semua akan menjadi biasa, pembiasaan akan meringankan beban. Ada kelegaan
di mana sebagaimana Simeon yang menerima kedatangan Bayi Yesus.
Bagaimana peran anak Allah jika malah menjadi beban
dan membuat berat bagi saudara kita. Ini menjadi penting bagi peran kita di
dalam hidup bersama. Apakah kedatangan atau keberadaan kita selama ini menjadi
kelagaan atau malah menjadi beban? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar