Rabu, 26 Desember 2018

Natal dan Kita


HARI RAYA NATAL (P)
Yes. 9:1-6
Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13
Tit. 2:11-14
Luk. 2:1-14


Yes. 9:1-6

9:1 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
9:2 Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
9:3 Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.
9:4 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.
9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
9:6 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini

Tit. 2:11-14

2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini
2:13 dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,
2:14 yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik



Luk. 2:1-14

2:1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud --
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."




Natal dan Kita

Saudara terkasih, Natal itu memberikan banyak hal inspiratif bagi kita, sekaligus bahwa itu adalah Karya keselamatan Allah sudah menjadi nyata. Penjelasan teologis sudah cukup banyak dan sering kita pelajari dan renungkan. Pada sisi lain, kita perlu melihat dengan lebih mendalam.
Salah satu yang perlu kita renungkan dalam hidup bersama sebagai sebuah bangsa adalah, pro-kontra dan ribet soal ucapan selamat Natal. Hal yang malah bisa mengganggu persiapan menyambut Sang Penebus. Sejatinya tidak ada yang penting karena sama sekali tidak menambah kualitas iman kita. Yang ada hanya mengganggu kualitas iman kita jika tidak kita sadari dengan baik. Perasaan jengkel, marah, dan tidak jarang bisa berharap terlalu banyak pada hal-hal yang tidak mendasar.
Kemampuan kita untuk memahami esensi Natal yang sejati sering hanya sekadar pesta Natal, kemeriahan di dalam lagu-lagu, dan kadang kita sering fokus pada itu, namun lupa kalau ada hal lain yang tidak kalah  lebih penting. Bagaimana kedatangan-Nya itu untuk menyelamatkan bukan merepotkan manusia.
Ada pula keasyikan kita di dalam mempersiapkan dalam segi fisik, menghias gedung gereja, rumah, pohon Natal, dan seterusnya malah membuat kita kecapekan dan bisa kecapekan dan tidak ingat apa yang seharusnya kita lakukan. Bagaimana kita abai akan rekonsiliasi, merenungkan Kitab Suci, berkegiatan di lingkungan untuk menambah kekayaan dan keindahan batin kita.
Saudara terkasih, Natal yang sejati adalah Khabar Suka Cita di mana kita menerima Penyelamat Dunia, bukan karena jasa kita semata. Ada Kekuatan Yang Jauh lebih besar, di mana Allah yang berkenan melawat umat-Nya, di antaranya adalah kita. Kita yang sempat tersesat, di mana kita pernah salah jalan, dan hilang dari kesatuan dengan Tuhan Allah kita. IA berupaya menyatukan dan mengembalikan kesatuan dan relasi yang sempat terkoyak itu. Kesatuan yang direkatkan oleh kehadiran Yesus, Allah yang melawat anak-anak-Nya.
Kasih karunia Allah yang hadir dan melawat umat-Nya, perlu jawaban yang setimpal, dan itu jawaban yang diharapkan Allah adalah “YA” dan itu juga perlu. Mengapa demikian? Jawaban yang sangat diharapkan Tuhan Allah sebagai balasan yang sepadan, tanggapan yang sebanding atas sapaan, lawatan, dan rancangan Tuhan. Ungkapan iman dari pihak manusia sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban setara atas kasih Allah. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar