Sabtu
Biasa Adven II (U)
Sir.
48:1-4,9-11
Mzm.
80:2ac,3,15-16,18-19
Mat. 17:10-13
Sir.
48:1-4,9-11
48:1 Lalu tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya
laksana obor membakar.
48:2 Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka
dijadikannya sedikit berkat semangatnya.
48:3 Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api
diturunkannya sampai tiga kali.
48:4 Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu,
dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?
48:9 Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan
kuda-kuda berapi.
48:10 Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan
untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada
anaknya serta memulihkan segala suku Yakub.
48:11 Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang
meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula.
Mat. 17:10-13
17:10 Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau
demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?"
17:11 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan
segala sesuatu
17:12 dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang
tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga
Anak Manusia akan menderita oleh mereka."
17:13 Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia
berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
Gambaran
Allah dan Gambaran Manusia
Saudara terkasih,
hari ini kita diajak merenungkan firman Tuhan mengenai gambaran akhir yang ada
dalam dua gambaran dari sisi Allah dan sisi manusia. Sering Allah terlah
mengatakan, Allah hadir, dan Allah mengatakan ini dan itu, namun karena manusia
dari dasarnya sudah sok tahu dan merasa paling hebat, akhirnya malah lewat dan
tidak mengerti apa yang Tuhan nyatakan dan kehendaki.
Salah satu
hal yang membuat demikian, sering datang sikap untuk merasa paling benar,
merasa paling suci, dan paling mengerti ajaran Tuhan, namun dinyatakan sebagai
kehendak Tuhan. Menafsirkan dengan atas nama Tuhan dan kehendak-Nya secara
langsung. Padahal di dalam melihat dan menilai tafsiran, rekam jejak dan waktu
bisa sangat menentukan.
Orang sering
mabuk agama dan rakus akan surga, menyingkirkan orang lain demi kesenangan
sendiri. Semua diaku milik sendiri, semua harus hanya menjadi kepunyaan mereka
saja, dan orang lain tidak boleh menyempil sekalipun.
Demikian juga
dalam konteks kedatangan penyelamat, mereka didahului oleh para pendahulu, ada
para pembuka jalan yang mengembalikan
tatanan untuk kesiapan menerima Mesias. Namun karena kesombongan manusiawi, merasa
diri paling mengerti kehendak dan rancangan Tuhan, malah akhirnya utusan itu
tidak dikenali, bahkan disiksa, dibunuh, dan disingkirkan. Mereka tidak mau
tahu, karena yang dikedepankan itu gambarannya sendiri. Memiliki konsep sendiri
siapa itu utusan, gambaran yang diberikan melalui Kitab Suci pun dibantah oleh
kesombongan mereka.
Tuhan yang hadir pun tidak dianggap, tidak disambut
dengan semestinya, karena mereka asyik dengan gambaran mereka sendiri. Hal ini
sama dengan perilaku kita dalam hidup sehari-hari. Bagaimana kita sering
menolak apa yang Tuhan anugerahkan karena tidak sesuai dengan apa yang kita
rancangkan. Padahal Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita.
Saudara terkasih,
apa yang perlu kita lakukan adalah memohon anugerah-Nya, berkat-Nya, kasih-Nya
sehingga memampukan kita selalu rendah hati, terbuka terhadap bimbingan Tuhan,
bukan kesombongan dan kehendak kita semata yang ada. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar