Pw. S.
Vinsensius a Paulo, Im (P)
Ezr. 9:5-9
Tb.
13:2,3-4a, 4bcd,5,8
Luk. 9:1-6
Ezr. 9:5-9
9:5 Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa
diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil
menadahkan tanganku kepada TUHAN, Allahku,
9:6 dan kataku: "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela,
sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa
kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke
langit.
9:7 Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami
besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan
imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa
pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan di depan umum,
seperti yang terjadi sekarang ini.
9:8 Dan sekarang, baru saja kami alami kasih karunia dari pada
TUHAN, Allah kami yang meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan
memberi kami tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami
membuat mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam
perbudakan kami.
9:9 Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam
perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi
oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun
rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok
pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.
Luk. 9:1-6
9:1 Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan
tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit.
9:2 Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan
untuk menyembuhkan orang,
9:3 kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam
perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai
baju.
9:4 Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah
di situ sampai kamu berangkat dari situ.
9:5 Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah
dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan
terhadap mereka."
9:6 Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa
sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.
Santo
Vinsensius a Paulo, Pengaku Iman
Vinsensius a Paulo terkenal sebagai rasul cintakasih bagi kaum miskin dan penghibur orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Prancis pada tanggal 24 April 1581. Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang.
Vinsens dikenal cerdas, namun
tidak bisa bersekolah karena ketidak mampuan orangtuanya membiayai sekolah.
Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia menyekolahkan dia. Pada umur
15 tahun, Vinsens mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk
Seminari. Orangtuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya mereka
pun meluluskan permintaannya. Mula-mula Vinsens belajar di sebuah kolese
Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Toulouse.
Karena kecerdasannya, ia dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat.
Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam, sambil
melanjutkan studi hingga meraih gelar Sarjana Teologi di Universitas Toulouse
pada tahun 1604.
Pada tahun 1605, dalam perjalanan
pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya disergap bajak-bajak laut dari
Turki di Laut Tengah. Vinsens ditangkap dan digiring ke pasar budak Tunisia. Di
sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama dua tahun,
Vinsens mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun
dia dengan sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya
akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa
dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsens berhasil meloloskan
diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia belajar lagi Teologi
selama dua tahun sebelum kembali ke Prancis.
Di Prancis, ia bekerja di paroki
Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbingan Pater Pierre de Berulle,
seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi Kardinal, ia menjadi seorang imam
yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia menjadi pengajar
pribadi putera tertua Philippe Gondi, seorang bangsawan terkemuka dari Prancis.
Dalam keluarga bangsawan ini Vinsens mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia
tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani
yang bekerja, di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy.
Kepada mereka, Vinsens mengajarkan kebajikan-kebajikan iman Kristen dan
mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama Komuni Kudus serta
kembali kepada praktek iman Kristen yang benar dalam hidup sehari-hari.
Pada tahun 1617, Vinsens diangkat
sebagai pastor paroki ChatillonLes-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat
karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsens
ternyata orang hebat. Ia berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam
waktu satu tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup
mematahkan kedegilan hati umat. Di paroki itulah, Vinsens mulai merintis
pendirian tarekat Persaudaraan Cintakasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita
yang dengan sukarela mengunjungi orang-orang sakit dan para fakir miskin di
seluruh wilayah paroki.
Menyaksikan prestasi Vinsens, Jean
Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi,
meminta Vinsens mendirikan sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan
melayani sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner
ini kemudian dikenal luas dengan nama 'Kongregasi Imam untuk Karya Misi' atau
Kongregasi Misi. Imam-imam dalam kongregasi ini lazim juga disebut 'Imam-imam
Lazaris'. Pada mulanya mereka bermarkas di Kolese des Bos-Enfants, yang
dipercayakan kepada Vinsens oleh Uskup Agung Jean Francois de Gondi.
Masalah besar yang dihadapi
Vinsens ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Prancis untuk tugas-tugas
pastoral. Untuk mengatasinya, Vinsens mulai melancarkan program pembinaan rohani
khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan. Untuk itu, ia memindahkan
pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu.
Di biara itu, Vinsens memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan,
dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim-piatu dan para fakir miskin. Melalui
pertemuan mingguan itu, ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Prancis,
seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jacques Olier, pendiri Serikat Santo
Sulpice.
Bagi para miskin dan orang sakit,
ia mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cintakasih, yang telah dimulainya di
paroki Chatillon-LesDombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang
kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu.
Orangorang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang
miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk
menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya
menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cintakasih.
Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa
ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikannya diilhami oleh
pandangannya tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah
Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang
mengucur dari wajahmu!" Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada
tanggal 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII,
ia digelari 'kudus' pada tahun 1737, dan oleh Paus Leo XIII diangkat sebagai pelindung
semua karya dan perkumpulan cintakasih. Imankatolik.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar