Senin, 04 September 2017

Nabi Tidak Pernah Dihargai di Tempat Asalnya

Senin Pekan Biasa XXII (H)
1 Tes. 4:13-17a
Mzm. 96:1,3,4-5,6,8-9
Luk. 4:16-30



1 Tes. 4:13-17a

4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.


Luk. 4:16-30

4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.



Nabi Tidak Pernah Dihargai di Tempat Asalnya

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan apa yang dilakukan Yesus di kampung halaman-Nya, Nazareth. Di mana justru Ia ditolak. Pengantar bacaan ini menyatakan Yesus sebagaimana biasanya, berarti Ia biasa mengajar di sana, namun kali ini mengenai mukjizat yang dilakukan di  Kapernaum. Yesus mengambil tema dari Yesaya yang akan Ia alami sendiri.
Penolakan dan mukjizat jarang dilakukan di tempat asalnya, karena sikap iri, dengki, dan sok tahu manusiawi. Hal ini  jamak terjadi, bahkan hingga kini, era modern sekalipun. Kepribadian manusia yang sangat purba ini pun masih dibawa. Bagaimana kita bisa mengapresiasi prestasi saudara sendiri coba? Namun jangan kaget kalau menyaksikan mereka fasih akan budaya lain. Mudah merasa tidak modern jika tidak ikut apa yang dari luar, padaha di dalam juga banyak hal baik.
Apa yang dialami Yesus merupakan pengajaran teologis, yang sangat jelas sehingga Ia mengajar jauh lebih luas, dan hingga ke sini sampai hari  ini. Penolakan yang membawa berkah. Sikap ragu pendengar Yesus juga merupakan wakil dari apa yang kita perbuat. Kita sering lebih melihat siapa yang berbicara bukan apa yang ia bicarakan. Dalam hal ini para pendengar berfokus pada Yesus di masa lalu, bukan mengenai apa yang IA ajarkan. Pengajaran yang luar biasa bisa hilang karena sikap pribadi yang telah menutup, merasa tahu, dan yang berbicara tidak pantas. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar