Sabtu, 08 Agustus 2015

Yesus Menyembuhkan Anak Menderita Ayan

Pw. S. Dominikus, Pendiri Ordo Pengkhotbah, Im   (P)
Ul. 6:4-13
Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab
Mat. 17:14-20


Ul. 6:4-13

6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
6:10 Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu -- kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan;
6:11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami -- dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,
6:12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.
6:13 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.


Mat. 17:14-20

17:14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,
17:15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.
17:16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya."
17:17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"
17:18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga.
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.


Yesus Menyembuhkan Anak Menderita Ayan

Saudara terkasih, hari ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan iman kita. Bagaimana kita memiliki iman dan menggunakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman bukan semata kata-kata, rumusan, atau kefasihan kita menerangkan siapa Dia, apa yang Ia lakukan, namun satu yang pasti ialah  jawaban kita atas tawaran kasih Alllah. Kita sering mampu menenrangkan dengan baik apa kebaikan-Nya, kuasa-Nya, pengorbanan-Nya, atau apapun tentang Dia. Namun mengenal Pribadi-Nya secara utuh lalai dan kita lupa yang pokok ini.
Orang yang anaknya ayan ini merupakan lambang, simbol, dan keterwakilan para murid dan kita semua yang membatasi diri akan kuasa Allah yang akan bekerja. Kita telah membuat dan menjatuhkan vonis, ah itu tidak mungkin, sangat sulit hal itu bagiku, tidak akan bisa karena bla...bla...bla... Pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi bisa saja tidak mampu menyelesaikan. Jangan lupa ada Tuhan yang tak terbatas akan mampu menyelesaikannya.
Kita bisa mengatakan aku tahu, namun sebatas otak, sedangkan hati kita sendiri ragu dan cemas bahwa hal itu terlalu besar untuk bisa diatasi. Tentu kita paling tidak pernah mendengar dokter, rumah sakit, dan semua daya upaya untuk kesembuhan mengangkat tangan,, dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah dan sembuh. Inilah wujud iman. Hari ini Tuhan mengajak kita sampai pada tataran ini, para murid pun “gagal” mencapai taraf ini, mereka tahu bahwa mereka memiliki kuasa, namun mereka ragu dan lupa ada Tuhan yang akan menyempurnakan kekerungan mereka.

Iman itu berarti pasrah sepenuhnya kepada Allah, usaha, upaya, dan tindakan kita sebatas pada proses bukan hasil. Ingat ada Tuhan yang akan memberikan sentuhan akhir atas usaha kita.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar