Pesta
S. Laurensius, DiakMrt. (M)
2
Kor. 9:6-10
Mzm.
112:1-2,5-6,7-8,9
Yoh.
12:24-26
2
Kor. 9:6-10
9:6 Camkanlah ini: Orang yang
menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan
menuai banyak juga.
9:7 Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena
paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
9:8 Dan Allah sanggup
melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis:
"Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya
tetap untuk selamanya."
9:10 Ia yang menyediakan
benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih
bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
Yoh.
12:24-26
12:24 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap
satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
12:25 Barangsiapa mencintai
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
12:26 Barangsiapa melayani Aku,
ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan
berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Ia
Mati untuk Menghasilkan Banyak Buah
Saudara terkasih, berhektar sawah bisa menghasilkan
sekian kuintal gabah. Namun tahukah bahwa asal dari yang beratus kilogram itu
hanya berasal dari beberapa kilogram saja. Kayafas mengatakan lebih baik satu
orang mati untuk memberikan jaminan hidup bagi banyak orang. Yesus menyatakan
diri sebagai bulir dan biji gandum yang jatuh dan mati sebagai biji agar
menjadi benih, tanaman muda, dan tanaman dewasa yang akan berbunga dan berbuah
melimpah. Buah sangat jarang yang hanya satu biji saja, namun pasti lebih dari
satu.
Yesus hendak menyatakan bahwa kematian-Nya tersebut
sebagai sarana untuk menjamin kehidupan kita. Tanpa kematian-Nya tidak akan
hidup bagi kita semua. Semuanya sia-sia. Jaminan kematian yang tidak lagi
sebagai kehancuran dan akhir atas segalanya justru awal kemuliaan dan kehidupan
yang sehati.
Apa yang dilakukan Yesus juga menjadi bagian dari
para pengikutnya. Panggilan-Nya menggundang para murid untuk memilih cara
perutusan yang sama, yaitu untuk tidak sayang akan nyawa sendiri. Bagaimana kalau
kita sayang untuk tetap mempertahankan nyawa kita dapat berjumpa dengan Allah
Bapa di surga. Sayangnya kita dengan nyawa kita di dunia tidak akan membantu
apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kesatuan dan mengikuti-Nya berarti
melepaskan nyawa demi hidup yang kekal tersebut.
Saudara terkasih, sering kita menyatakan menyayangi
orang, pasangan, keluarga, dan Tuhan bahkan, namun sering sejatinya adalah
sayang akan diri sendiri yang diterapkan pada orang lain atau pihak lain
tersebut. Rasa sayang tidak akan memaksakan, memarahi setiap saat, dan menuntut
ini itu. Apa yang kita inginkan dilakukan pihak lain bagi kita. Yesus mengajak
yang berbeda yaitu dengan tidak segan-segan akan nyawa sendiri
demi kepentingan yang jauh lebih besar.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar