Selasa, 28 April 2020

Roti Kehidupan


Selasa  Paskah Pekan III (P)
Kis. 7:51-8:1
Mzm. 31:3c-4,6ab, 7b, 8a, 21ab
Yoh. 6:30-35




Kis. 7:51-8:1

7:51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.
7:52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.
7:53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya."
7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.
7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
7:56 Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."
7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."
7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
 8:1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.


Yoh. 6:30-35

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."
6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."
6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi



Roti Kehidupan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan sabda Tuhan mengenai roti hidup. hari-hari ini pula  sedang banyak perbincangan mengenai pangan dan beras dalam konteks kita. Sumbangan dari pemerintah menjadi perbincangan hangat dan kadang panas. Ada yang merasa tidak cukup, atau protes karena merasa kurang namun tidak mendapatkan bantuan.
Pagi-pagi ada tetangga yang relatif mampu, pekerjaan masih, dan mengatakan listrik gratis dan masih menunggu bantuan tunai Rp. 600.000,00. Tidak salah sih menerima bantuan, namun apakah mau tahu ketika ada yang lebih membutuhkan namun tidak memperolehnya? Yang diajak bicara itu pamannya yang pekerjaannya pemulung. Ini soal kepantasan dan itu ranah spiritual.
Tuhan menghendaki kita mencari roti hidup, makanan yang membuat selamat, bukan sekadar pengganjal perut yang bermuara ke jamban. Konsep kekinian, dalam masa modern ini, makanan bisa membawa pula kematian, ketika makanan itu tidak sehat. Enak namun memberikan dampak dan efek buruk bagi kesehatan. Makanan ini juga bukan makanan atau roti hidup. kehidupan di tengah dunia yang tidak baik.
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita untuk berfokus pada hal-hal yang Ilahiah, surgawi, dan kesejatian, tidak hanya sekadar makanan, roti yang merupakan kebutuhan dasar namun sebatas duniawi. Itu semua boleh dicari, namun jangan mengabaikan yang lebih berdaya guna. Sering kita jatuh demi mendapatkan makanan, materi, dan kekayaan, namun mengorbankan hidup. Demi makanan dan gaya hidup namun melakukan tindakan melawan hukum dan kejahatan demi itu semua.
Saudara terkasih, makanan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Benar bahwa tanpa makan manusia tidak bisa hidup, namun untuk apa jika hidup namun tidak sehat. Mengedepankan egoisme, demi bisa makan mengalahkan iman dan keyakinan.
Miris lagi, jika di mana-mana, dalam akun media sosial memampang gambar makan-makan, tidak habis, dan kemudian banyak orang yang tidak mampu namun abai saja. Dalam sebuah survey bangsa ini menghasilkan maaf sampah makanan termasuk terbesar di dunia. Mirisnya dalam  kondisi begini teriak tidak bisa makan juga menggema. Solidaritas dan ungkapan syukur menjadi penting. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar