MINGGU
PALMA MENGENANG SENGSARA TUHAN (M)
Yes.
50:4-7
Mzm.
22:8-9,17-18,19-20
Flp.
2:6-11
Mat.
26:14-27:66
Minggu
Palma dan Konsistensi Perutusan
Saudara terkasih, hari ini adalah Minggu Palma,
awal dari Pekan Suci yang paling memilukan. Lagi gagah meriah, menyambut Yesus
di gerbang Yerusalem itu kini sunyi dan sepi. Pandemi yang membuat orang untuk
tetap diam di dalam rumah. Sorak sorai dan kibaran daun palma itu tidak ada
lagi. Hamparan baju, jubah, mantel, dan duan-daunan bagi Sang Raja, kini tiada.
Ada hal yang sangat menarik, dalam bacaan dan
peristiwa ini, ini adalah fakta, di mana
Yesus menaiki keledai dan memasuki Yerusalem. Tanggapan umat sangat besar. Antusiasme
di dalam menyambut Yesus memberikan gambaran bagaimana mereka sangat
menghormati, menanti-nantikan, sehingga mereka menghamparkan pakaian dan daun
di mana Yesus lewat. Kini karpet merah yang digelar untuk jalan tamu agung.
Pada sisi lain, umat mengharapkan, namun elit itu
cemas. Mereka terganggu kepentingan dan keinginan mereka. Umat demikian percaya
pada Yesus. Ini masalah, pengaruh dan juga perut mereka. Ketakutan mereka akan
masa depan sendiri, dikaitkan dengan penjajah dan hujatan pada Allah. Hal yang seolah benar, namun sejatinya melindungi
kepentingan diri.
Saudara terkasih, hal yang sangat baik untuk kita
renungkan. Bagaimana Tuhan tetap konsisten atas perutusan Allah Bapa-Nya. Bagaimana
IA tidak jatuh pada kehendak massa. Sangat
mungkin IA itu melakukan tindakan demi memuaskan publik. Tidak demikian. Pilihan
Yesus fokus menjalankan perutusan dari Allah.
Tekanan publik tidak mengubah Yesus untuk bersikap
yang berbeda. Kebebasan Yesus memang sudah pada sisi yang luar biasa. Mengalahkan
diri, bukan demi penghargaan dan nama sendiri. Hal yang tidak mudah, apalagi
ada kesempatan untuk itu.
Publik yang jatuh pada kekecewaan, ketika mereka
mengelu-elukan pada hari ini, Minggu, nannti Kamis malam, hingga Jumat siang,
sikap yang jauh berbeda. Mereka kecewa karena Yesus berbeda dengan harapan mereka.
Dan juga karena lebih mendengarkan
provokasi dari elit untuk memusuhi Yesus. Mereka mudah terombang-ambingkan.
Hari-hari ini, kita juga menghadapi hal yang
demikian. Bagaimana ketakutan, kecemasan, dan keberadaan pandemi mempengaruhi
peri hidup kita. Ada provokasi untuk merusak tatanan apik bernegara. Kelompok lain
kecewa karena pilihan pemerintah berbeda. Aneka bentuk keadaan yang
membingungkan ini terjadi dengan masif.
Yesus yang datang dan disambut sebagai raja,
ternyata tidak membuat Yesus lupa diri. Perutusan-Nya tetap sebagaimana adanya.
Inilah yang perlu kita contoh, berani menghadapi tekanan, tetap konsisten atas perutusan
yang telah kita terima. BD.eleSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar