Minggu, 05 April 2020

Minggu Palma dan Konsistensi Perutusan


MINGGU PALMA MENGENANG SENGSARA TUHAN (M)
Yes. 50:4-7
Mzm. 22:8-9,17-18,19-20
Flp. 2:6-11
Mat. 26:14-27:66



Minggu Palma dan Konsistensi Perutusan

Saudara terkasih, hari ini adalah Minggu Palma, awal dari Pekan Suci yang paling memilukan. Lagi gagah meriah, menyambut Yesus di gerbang Yerusalem itu kini sunyi dan sepi. Pandemi yang membuat orang untuk tetap diam di dalam rumah. Sorak sorai dan kibaran daun palma itu tidak ada lagi. Hamparan baju, jubah, mantel, dan duan-daunan bagi Sang Raja, kini tiada.
Ada hal yang sangat menarik, dalam bacaan dan peristiwa ini, ini adalah  fakta, di mana Yesus menaiki keledai dan memasuki Yerusalem. Tanggapan umat sangat besar. Antusiasme di dalam menyambut Yesus memberikan gambaran bagaimana mereka sangat menghormati, menanti-nantikan, sehingga mereka menghamparkan pakaian dan daun di mana Yesus lewat. Kini karpet merah yang digelar untuk jalan tamu agung.
Pada sisi lain, umat mengharapkan, namun elit itu cemas. Mereka terganggu kepentingan dan keinginan mereka. Umat demikian percaya pada Yesus. Ini masalah, pengaruh dan juga perut mereka. Ketakutan mereka akan masa depan sendiri, dikaitkan dengan penjajah dan hujatan pada Allah. Hal yang  seolah benar, namun sejatinya melindungi kepentingan diri.
Saudara terkasih, hal yang sangat baik untuk kita renungkan. Bagaimana Tuhan tetap konsisten atas perutusan Allah Bapa-Nya. Bagaimana IA tidak jatuh  pada kehendak massa. Sangat mungkin IA itu melakukan tindakan demi memuaskan publik. Tidak demikian. Pilihan Yesus fokus menjalankan perutusan dari Allah.
Tekanan publik tidak mengubah Yesus untuk bersikap yang berbeda. Kebebasan Yesus memang sudah pada sisi yang luar biasa. Mengalahkan diri, bukan demi penghargaan dan nama sendiri. Hal yang tidak mudah, apalagi ada kesempatan untuk itu.
Publik yang jatuh pada kekecewaan, ketika mereka mengelu-elukan pada hari ini, Minggu, nannti Kamis malam, hingga Jumat siang, sikap yang jauh berbeda. Mereka kecewa karena Yesus berbeda dengan harapan mereka. Dan juga  karena lebih mendengarkan provokasi dari elit untuk memusuhi Yesus. Mereka mudah terombang-ambingkan.
Hari-hari ini, kita juga menghadapi hal yang demikian. Bagaimana ketakutan, kecemasan, dan keberadaan pandemi mempengaruhi peri hidup kita. Ada provokasi untuk merusak tatanan apik bernegara. Kelompok lain kecewa karena pilihan pemerintah berbeda. Aneka bentuk keadaan yang membingungkan ini terjadi dengan masif.
Yesus yang datang dan disambut sebagai raja, ternyata tidak membuat Yesus lupa diri. Perutusan-Nya tetap sebagaimana adanya. Inilah yang perlu kita contoh, berani menghadapi tekanan, tetap konsisten atas perutusan yang telah kita terima. BD.eleSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar