HARI
KAMIS PUTIH (P)
Kamis
Putih, Pelayanan dan Kerendahhatian
Saudara terkasih, hari ini, dalam Tri Hari Suci
yang pertama ini, kita bersama Bunda Gereja sedang mengalami keadaan yang
memilukan. Misa tidak bisa diselenggarakan, hanya mengandalkan teknologi untuk
mampu bisa merayakan dalam keadaan benar-benar prihatin. Kesunyian dunia
sungguh terjadi. Gereja-gereja di Jawa mungkin tidak menjadi persoalan, namun
apakah sama dengan di pedalaman-pedalaman sana?
Kamis Putih itu memberikan banyak segala
nilai-nilai inspiratif. Komplit, ada pelayanan, kerendahan hati, sikap
melayani, dan juga penghianatan. Paket komplit ada dalam permenungan Kamis
Suci. Penegasan Keillahian sangat jelas terjadi. Orang yang mau belajar menjadi Ilahiah harus mampu
menjalankan perilaku dan sikap sebagaimana diperlihatkan Yesus pada malam ini.
Kerendahan
hati. Bagaimana IA sebagai Guru dan Tuhan namun menjadi tuan rumah yang
menyelenggarakan pesta perjamuan malam. Tidak hanya menjamu para murid, bahkan
IA juga membasuh kaki para murid. Ini sekaligus pelayanan. Mencuci kaki itu dilakukan hamba, budak, pelayan, bukan
tuan rumah. Di sinilah kualitas Yesus. Guru dan Tuhan namun mencuci kaki murid
dan umat-Nya sendiri.
Penghianatan
ada pada renungan kemarin, toh dalam konteks ini ada juga, ketika orang bisa
menjawab kebaikan Tuhan dengan kejahatan. Dicuci kakinya dan merasa baik-baik
saja, dalam hatinya merencanakan kejahatan. Hal yang sangat mungkin kita
lakukan juga membalas kebaikan dengan kejahatan.
Saudara terkasih, hal yang paling patut kita
renungkan dan teladani adalah sikap Yesus yang tetap fokus pada kehendak Allah
Bapa kita. Pilihan yang sangat tidak mudah, pantas kita bersama Tuhan Yesus
berdoa semalaman untuk taat dalam jalan Bapa. Jalan panjang, sulit, dan terjal
yang harus IA lalui. IA tahu kondisi terburuk yang sebentar lagi akan dihadapi.
Sikap-Nya tetap, bahwa ini adalah kehendak Allah Bapa, demi cinta-Nya kepada
manusia.
Pengorbanan luhur yang tiada bandingnya. Pengorbanan
hingga nyawa itu luar biasa. Lihat saja kita untuk berkorban materi saja
susahnya minta ampun. Apalagi sampai kematian. Menyongsong kematian dengan
yakin karena cinta yang besar. Menanggung apa yang tidak IA lakukan. Itu semua
dipahami dengan baik oleh Yesus. Semua dijalani karena menjalani kehendak Allah
Bapa yang telah mengutus. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar