Sabtu, 13 Oktober 2018

Sumber Kebahagiaan


Sabtu Pekan Biasa XXVII (H)
Gal. 3:22-29
Mzm. 105:2-7
Luk. 11:27-28



Gal. 3:22-29

3:22 Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.
3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.


Luk. 11:27-28

11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."
11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."



Sumber Kebahagiaan


Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan apa dan bagaimana sumber kebahagiaan itu. Dalam bacaan hari ini, kita disuguhi pandangan dan penilaian yang sangat wajar, lumrah, normal, dan biasa kita hadapi, peroleh, dan yakini. Kebahagiaan itu karena kesuksesan anak, orang tua, saudara, kekayaan atau materi, atau memiliki pengaruh, status sosial karena kedekatan relasional atau emosional dengan pribadi yang berkaitan darah atau bahkan kadang hanya daerah.
Tidak heran orang berlomba-lomba mengejar materi, mengejar status, pangkat, dan apapun yang bisa menjadi sarana untuk orang melirik, bahkan melotot karena kagum. Demi itu semua orang bisa mengaku-aku berdarah biru. Menglaim keturunan ini dan itu, atau juga melakukan korupsi demi menjadi kaya. Memilih kolusi dan nepotis demi mendapatkan jabatan atau pekerjaan.
Pilihan lain yang senada, membeli ijzah atau gelar apapun demi menaikan gengsi dan gaya di hadapan sesama. Apakah benar bisa berbahagia dengan itu semua? Benar bisa, namun apakah itu langeng dan terus demikian?
Tidak akan bisa. Mengapa? Karena kebahagiaan itu seharusnya adalah siapapun yang mau mendengarkan Sabda Tuhan. Mereka mendengarkan firman Tuhan dengan penuh kesetiaan, merenungkannya dan mengidupi perihidupnya di dalam terang Firman Tuhan tersebut.
Bacaan Kitab Suci secara harian telah disediakan oleh Gereja. Renungan pun akan sangat mudah diperoleh melalui internet, itu semua juga gratis. Kemauan lah yang memberikan pilihan itu. Mau atau tidak.
Bunda Maria itu berbahagia bukan pertama-tama karena ia Ibu Yesus, karena ia mengandung dan menyusui Yesus, namun karena ia mendengarkan kehendak Tuhan dan melakukannya dengan penuh kerendahan hati. Maria menyatakan, aku ini hamba Tuhhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu. Coba bayangkan betapa beratnya pilihan ini, perawan namun harus menanggung beban mengandung Yesus. Hukuman rajam bisa menimpanya. Jika orang takut hukuman masyarakat, tentu membuat Maria takut dan memiih tidak sangggup mati muda.
Maria tidak memikirkan itu karena ia percaya Allah yang menghendaki, Allah pula yang akan memberikannya jalan keluar. Pilihan yang berdasarkan iman yang mendalam dan kepasrahan total pada Allah yang memilihnya. Pilihan Allah yang tidak mengubah juga kerendahhatian Maria. Ini adalah teladan yang sangat layak menjadi inspirasi. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar