Pesta S.
Teresia dr Kanak-kanak Yesus, PrwPujG,
Pld-Misi (P)
Yes.
66:10-14
Mzm.
131:1,2,3
Mat.
18:1-5
Yes.
66:10-14
66:10 Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah
karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia
segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!
66:11 supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang
menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.
66:12 Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan
kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang
air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di
pangkuan.
66:13 Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini
akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.
66:14 Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan
seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan TUHAN akan nyata
kepada hamba-hamba-Nya, dan amarah-Nya kepada musuh-musuh-Nya.
Mat.
18:1-5
18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan
bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka
18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika
kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga.
18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti
anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam
nama-Ku, ia menyambut Aku."
Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus,
Perawan dan Pelindung Karya Misi
Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementra kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku."
Semenjak
itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula
bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk
bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian
hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus'
dan Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan
melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!' Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru tujuh tahun.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!' Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru tujuh tahun.
Orangtua
Theresia baik sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka
semua - ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika
pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di
hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya
akan 'memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar
banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa
Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa
menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah salib sesaat
sebelum menjalani hukuman.
Kerinduan
Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus
sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah
lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru
14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia. berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam
audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa
Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk
biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di
Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan
tahun lamanya, ia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya,
ia melaksanakan tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung,
marah, rasa iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir
maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan sederhana'
berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak kecil, penuh cinta dan
iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri yang total dengan perasaan
gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban
sehari-hari dengan penuh tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada
Allah Bapa di surga.
Ia
sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus dengan berbuat dosa dan
tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan orangorang berdosa itu, ia
mempersembahkan dirinya sebagai korban penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan
melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris
dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia.
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah. Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah. Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia
meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan
riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu
Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh
siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh
cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit
yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai
'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya
Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat
sebagai 'Pelindung Prancis'.Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar