HARI
MINGGU BIASA XXX (H)
Yer.
31:7-9
Mzm.
126:1-2ab, 2cd, 3,4-5,6
Ibr. 5:1-6
Mrk.
10:46-2
Yer.
31:7-9
31:7 Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub
dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah,
pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa
Israel!
31:8 Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan
akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan
lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang
melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
31:9 Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan
membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata,
di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel,
Efraim adalah anak sulung-Ku.
Ibr. 5:1-6
5:1 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia,
ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia
mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
5:2 Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang
yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,
5:3 yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa,
bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.
5:4 Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi
dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah
terjadi dengan Harun.
5:5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan
menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya:
"Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",
5:6 sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau
adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."
Mrk.
10:46-2
10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan
ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang
banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama
Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret,
mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras
ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!"
Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu,
berdirilah, Ia memanggil engkau."
10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi
mendapatkan Yesus.
10:51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya
Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat
melihat!"
10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah
menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti
Yesus dalam perjalanan-Nya.
Belas
Kasih Tuhan
Saudara terkasih hari ini kita diajak merenungkan Sabda
Tuhan yang berkaitan dengan belas kasih. Bagaimana ilustrasi penginjil yang
kita renungkan hari ini adalah Bartimeus, si buta yang menderita kebutaan sejak
lahirnya.
Ia yang mendengar kalau Yesus lewat, ia
berteriak-teriak mohon belas kasihan. Para murid, termasuk juga orang lain yang
ingin juga merasakan, memperoleh mukjizat dari Tuhan tentu menghalanginya. Menyuruhnya
diam. Hal yang sangat normal, biasa, alamiah, ketika lebih mudah kita
menghardik keinginan orang yang memerlukan bantuan. Tuhan bersikap yang cukup
berbeda. Apa yang ditampilkan Tuhan ini adalah soal kepemimpinan.
Kita juga diundang Tuhan untuk berlaku yang sama. Berbelas kasih pada orang yang
membutuhkan bantuan kita. Kita diajak untuk mengulurkan tangan bukan malah
menarik tangan dan pura-pura tidak tahu. Kita diajak untuk memberikan
perhatian, bukan malah menutup akses dan kesempatan untuk orang lain yang
memerlukan bantuan.
Paus Fransiskus berlaku demikian secara tegas,
jelas, dan tidak peduli soal politis, agamis, namun bagaimana berlaku
sebagaimana Tuhan kehendaki. Paus memerintahkan Eropa menerima pengungsi dari
Timur Tengah, dengan tidak mau tahu potensi kerusuhan dan terorisme yang
mendompleng di sana. Ia juga mengutuk presiden AS, D. Trump yang akan membuat
tembok pemisah. Karena kekristenan itu membuat jembatan bukan malah tembok
pemisah. Apa yang diajarkan Yesus dan dilakukan oleh Paus Fransiskus ini pun
menjadi tugas kita di dalam kapasitas kita masing-masing.
Belas kasih itu ditunjukan dalam aksi nyata,
dilakukan, bukan semata diwacanakan, dan dalam gagasan semata. Pemberian diri
semampunya, bukan menyembunyikan kemampuan karena berhitung untuk rugi. Apa yang
kita lakukan itu karena belas kasih Tuhan telah kita terima terlebih dahulu.
Tuhan telah melakukannya dan kita merasakan belas kasih itu yang tidak kurang
suatu apapun. Apa iya, kita akan menjadi pribadi egois dan tamak dengan menahan
berkat dan kasih ilahi itu hanya bagi kita? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar