Selasa, 16 Oktober 2018

Pribadi Otentik dan Pencitraan Semata


Selasa Pekan Biasa XXVIII (H)
Gal. 4:31-5:6
Mzm. 119:41,43,44,45,47,48
Luk. 11:37-41



Gal. 4:31-5:6

4:31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
5:6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.


Luk. 11:37-41

11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.
11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.




Pribadi Otentik dan Pencitraan Semata

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan sabda Tuhan  yang mengajak kita untuk melakukan kebaikan itu secara tulus, otentik, dan benar-benar keluar dari hati, bukan semata karena mencari perhatian, agar dipuji, atau agar mendapatkan sanjungan atau dalam  politik agar dipilih untuk menjadi ini dan itu.
Taat hukum bukan karena takut polisi atau karena tidak mau dihukum, namun sadar dan mengerti bahwa dengan menaati hukum, berarti menghargai sesama dan Tuhan. Hukum dibuat untuk manusia bukan manusia harus mengabdi apalagi menjadi budak hukum. Pribadi yang otentik tidak semata legalis dan menjadikan hukum sebagai tuntutan lebih. Pribadi otentik menjadikan hukum sebagai garis batas minimal. Jauh lebih menuntut kualitas diri tidak semata hukum.
Era modern ini, penampilan bisa dengan mudah dibuat menjadi sangat berbeda. Fashion, make up, applikasi bahkan bisa mengubah banyak hal dan orang bisa menjadi pangling dengan tampilan kita. Namun apakah itu mengubah hati? Jelas tidak. Otentik itu tidak tergantung atas aplikasi, tampilan, atau busana. Asli keluar dari kedalaman hati.
Sering kita menilai orang dari tampilan saja, padahal kembali lagi, bahwa itu bisa dibuat, akting pun termasuk. Apa yang dilakukan itu hanya demi menyembunyikan diirnya yang sebenarnya. mengelabui dan menutupi yang sesungguhnya.
Persepsi bisa dibuat, banjirnya informasih sesat dan palsu bisa mengubah banyak hal. Yang awalnya buruk karena membanjiri dengan informasi-informasi palsu, orang bisa menjadi kacau, bingung, dan penilaian menjadi sumir.
Apa yang bisa kita jadikan rujukan, jika itu otentik adalah konsistensi. Perilaku yang konsisten susah itu adalah pencitraan. Itu pasti otentik. Orang bisa bertahan karena jati dirinya, bukan yang buatan. Berakting dalam hidup nyata itu capek, dan pasti akan terasa.
Waktu yang akan membuktikannya. Konsistensi tentu membuktikannya perlu waktu. Itu yang sering orang abai dan lupa karena enggan untuk melihat rekam jejak dan mudah lupa. Waktu itu sakti dalm konteks ini benar. Kenyataan yang konsisten dalam waktu lama tidak mudah.
Bisa dirasakan dalam seluruh segi kehidupan. Tidak hanya dalam waktu atau kesempatan tertentu. Otentik itu akan mewarnai seluruh segi hidup. tidak kog saat ini begini esok begitu, berkaitan dengan konsistensi namun porsi ini adalah dalam keseluruhan, bukan kronologisnya. Misalnya dalam keluarga baik, beragama baik, bekerja juga, bukan hanya ketika menguntungkan saja baiknya.
Kita layak berdoa agar kita mampu memilih untuk bersikap dan bertindak secara otentik. Menilai orang dengan menyeluruh bukan  hanya sebagian. Mampu untuk membedakan mana yang otentik, separo otentik, dan mana yang penuh kepalsuan. BD.eLeSHa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar