Selasa Pekan
Biasa XXVIII (H)
Gal. 4:31-5:6
Mzm.
119:41,43,44,45,47,48
Luk.
11:37-41
Gal. 4:31-5:6
4:31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba
perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah
memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan
kuk perhambaan.
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu
menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan
dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran
oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran
yang kita harapkan.
5:6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal
bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang
bekerja oleh kasih.
Luk.
11:37-41
11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia
untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus
tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang
Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu
penuh rampasan dan kejahatan.
11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian
luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan
sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Pribadi Otentik dan Pencitraan Semata
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan sabda Tuhan yang mengajak
kita untuk melakukan kebaikan itu secara tulus, otentik, dan benar-benar keluar
dari hati, bukan semata karena mencari perhatian, agar dipuji, atau agar
mendapatkan sanjungan atau dalam politik
agar dipilih untuk menjadi ini dan itu.
Taat hukum bukan karena takut polisi atau karena
tidak mau dihukum, namun sadar dan mengerti bahwa dengan menaati hukum, berarti
menghargai sesama dan Tuhan. Hukum dibuat untuk manusia bukan manusia harus
mengabdi apalagi menjadi budak hukum. Pribadi yang otentik tidak semata legalis
dan menjadikan hukum sebagai tuntutan lebih. Pribadi otentik menjadikan hukum
sebagai garis batas minimal. Jauh lebih menuntut kualitas diri tidak semata
hukum.
Era modern ini, penampilan bisa dengan mudah dibuat
menjadi sangat berbeda. Fashion, make up, applikasi bahkan bisa mengubah banyak
hal dan orang bisa menjadi pangling dengan tampilan kita. Namun apakah itu
mengubah hati? Jelas tidak. Otentik itu tidak tergantung atas aplikasi,
tampilan, atau busana. Asli keluar dari kedalaman hati.
Sering kita menilai orang dari tampilan saja,
padahal kembali lagi, bahwa itu bisa dibuat, akting pun termasuk. Apa yang
dilakukan itu hanya demi menyembunyikan diirnya yang sebenarnya. mengelabui dan
menutupi yang sesungguhnya.
Persepsi bisa dibuat, banjirnya informasih sesat
dan palsu bisa mengubah banyak hal. Yang awalnya buruk karena membanjiri dengan
informasi-informasi palsu, orang bisa menjadi kacau, bingung, dan penilaian
menjadi sumir.
Apa yang bisa kita jadikan rujukan, jika itu
otentik adalah konsistensi. Perilaku
yang konsisten susah itu adalah pencitraan. Itu pasti otentik. Orang bisa
bertahan karena jati dirinya, bukan yang buatan. Berakting dalam hidup nyata
itu capek, dan pasti akan terasa.
Waktu yang
akan membuktikannya. Konsistensi tentu membuktikannya perlu waktu. Itu yang
sering orang abai dan lupa karena enggan untuk melihat rekam jejak dan mudah
lupa. Waktu itu sakti dalm konteks ini benar. Kenyataan yang konsisten dalam
waktu lama tidak mudah.
Bisa dirasakan
dalam seluruh segi kehidupan. Tidak hanya dalam waktu atau kesempatan
tertentu. Otentik itu akan mewarnai seluruh segi hidup. tidak kog saat ini
begini esok begitu, berkaitan dengan konsistensi namun porsi ini adalah dalam
keseluruhan, bukan kronologisnya. Misalnya dalam keluarga baik, beragama baik,
bekerja juga, bukan hanya ketika menguntungkan saja baiknya.
Kita layak berdoa agar kita mampu memilih untuk
bersikap dan bertindak secara otentik. Menilai orang dengan menyeluruh
bukan hanya sebagian. Mampu untuk
membedakan mana yang otentik, separo otentik, dan mana yang penuh kepalsuan.
BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar