HARI
MINGGU PEKAN BIASA XXVIII (H)
Hari Pangan Sedunia
Keb. 7:7-11
Mzm.
90:12-13,144-15,16-17
Ib.
4:12-13
Mrk.
10:17-27
Keb. 7:7-11
7:7 Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon
lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku.
7:8 Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan
takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.
7:9 Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan
dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak
dianggap lumpur belaka di sampingnya.
7:10 Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku
lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak
kunjung hentinya.
7:11 Namun demikian besertanya datang pula kepadaku segala harta
milik, dan kekayaan tak tepermanai ada di tangannya.
Ib.
4:12-13
4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada
pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran
hati kita.
4:13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di
hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang
kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Mrk.
10:17-27
10:17 Pada waktu Yesus
berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari
mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang
baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
10:18 Jawab Yesus:
"Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada
Allah saja.
10:19 Engkau tentu mengetahui
segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan
ibumu!"
10:20 Lalu kata orang itu
kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
10:21 Tetapi Yesus memandang
dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi
kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku."
10:22 Mendengar perkataan itu
ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.
10:23 Lalu Yesus memandang
murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah
sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
10:24 Murid-murid-Nya
tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
10:25 Lebih mudah seekor unta
melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan
Allah."
10:26 Mereka makin gempar dan
berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?"
10:27 Yesus memandang mereka
dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian
bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.
Jangan
Mengurangi Hak Orang Lain
Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Hari
Pangan Sedunia. Bacaan Injil hari ini pun selaras dengan hal itu. Bagaimana Yesus
menjawab pertanyaan orang yang ingin
selamat. Perintah dalam dunia PL jelas. Sepuluh Perintah Allah dan aturan
Taurat ditaati dengan baik, itu bisa menjadi harapan besar atas keselamatan.
Ternyata Yesus menambahkan jangan mengambil/mengurangi hak orang lain. Hal yang berbeda secara signifikan. Orang itu menjawab bahwa ia telah melakukan sejak mudanya. Sangat dipahami, dalam adat Yahudi
ketatnya melakukan 10 Perintah Allah jangan ditanya, jadi ia bisa diandaikan
demikian. hal yang sangat lumrah.
Namun apakah ia mengambil hak orang lain, tanpa ia
sadari? Ini bisa saja terjadi. Karena apa? Dosa atau kesalahan struktural. Kita
sering menyaksikan, jelas-jelas UU menyatakan itu tindak pidana korupsi, namun
ada yang bersikukuh bahwa itu rezeki. Ini jelas bahwa ada yang salah dalam
pemahaman mengenai korupsi. Ia tidak lagi merasa bahwa itu melanggar hukum. Karena
banyak orang melakukan dianggap benar, padahal belum tentu.
Berkaitan dengan Hari Pangan Sedunia, jadi ingat, ketika ada perjamuan dalam
berbagai bentuknya, pesta pernikahan, ibadat kematian, atau apapun bentuknya,
hingga makan bersama di rumah makan, atau membeli nasi di mana pun berada. Pernah
tidak menyaksikan orang makan dengan banyak menyisakan nasi, lauk, atau makanan
apapun bentuknya. Orang bisa saja berdalih bahwa budayanya memang harus
menyisakan sedikit sebagai bentuk ketidakrakusan. Namun apakah itu tepat?
Jika kita mau berpikir dan merenungkan betapa
panjangnya rantai proses nasi ada di atas piring, betapa banyak orang berperan
di sana, dan ketika itu tersia-siakan, bagaimana penghargaan kita atas orang
lain. Ini berbicara atas penghargaan kinerja orang lain.
Bagaimana masih banyaknya orang kelaparan, masih
mencari-cari, mengais sisa-sisa makan orang lain dan dimakan. Jelas kita sudah
berlaku tidak adil atas ini semua. Dua sisi kemanusiaan telah kita abaikan dan
lukai.
Apalagi jika mau membawa kepada penghargaan atas
Pencipta. Dari sana kita belajar
bagaimana menyatakan syukur dengan menghabiskan makanan. Meskipun itu kita beli
dengan uang sendiri. Sang Pencipta yang kita kecewakan.
Kita bisa melakukan dengan memulai dari keluarga
masing-masing. Membiasakan mengambil secukupnya dan menghabiskannya. Jika kurang
bisa menambah, sehingga tidak ada sisa
apalagi membuang makanan apapun bentuknya. Jika tidak habis bisa dibagikan kepada orang-orang yang
membutuhkan. Apakah itu telah menjadi gaya hidup? Atau malah masih gaya lama
dengan membuang makanan atas nama toh uang-uangku sendiri? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar