Senin
Pekan Biasa XXIX (H)
Ef. 2:1-10
Mzm.
100:2-5
Luk.
12:13-21
Ef. 2:1-10
2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu.
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini,
karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang
bekerja di antara orang-orang durhaka.
2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka,
ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus
dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya
yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun
kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu
diselamatkan --
2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga
dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita
kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya
terhadap kita dalam Kristus Yesus.
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.
2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya.
Luk.
12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus:
"Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan
aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang
telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah
hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan,
kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat,
sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan
merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku
akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada
padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah,
makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada
malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan,
untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta
bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Kaya di Dalam Tuhan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana Tuhan
mengajarkan kita akan harta kekayaan. Kekayaan dalam hidup bisa membuat kita bahagia atau menderita. Kebahagiaan dan
penderitaan dalam konteks kekinian, dalam dunia ini, ataupun di dalam alam
nantinya.
Jika kita bijak di dalam memilih, kita akan berbahagia dengan kekayaan
kita. Kekayaan yang menyelamatkan. Sikap mau berbagi bisa membantu kita tidak menjadi tamak. Orang banyak sering
merasa selalu kurang, sehingga menjadi rakus, gaji sudah besar, bisnis banyak,
namun masih juga berlaku tidak adil dengan memberikan upah murah pada
karyawannya. Menyuap pejabat untuk mendapatkan proyek. Orang demikian, jarang
bisa diyakini mau berbagi, mereka akan mengumpulkan dan merasa kurang.
Sadar bahwa itu pemberian Tuhan. Semua adalah anugerah Tuhan semata-mata, upaya
kita hanyalah sebuah upaya dan keharusan semata. Jika merasa bahwa karena kerja
keras kitalah harta itu, selesailah hidup kita. Kesesatan atau keselamatan yang
menjadi pilihan.
Di balik itu, kekayaan dan materi bisa menjadi
kesia-siaan, ketika kita menjadi budak atas materi. Hidup konsumeris, hedonis,
dengan memuja barang-barang dan harta sebagai segalanya. Hidupnya berorientasi
hanya pada pemenuhan materi, melupakan keberadaan Tuhan dan sesama. Seluruh hari
dan waktunya hanya untuk bekerja. Hidup sosial dan spiritual dinilai sebagai
penghambat mencari uang dan mengumpulkan materi.
Saudara terkasih, Tuhan tidak menyalahkan orang
kaya dan kekayaan, namun bagaimana orang
menyikapi kekayaan. Harta benda yang menjauhkan manusia kepada Tuhan dan
sesama, itu yang menjadi keprihatinan Tuhan. Materi yang digunakan untuk
mendekatkan diri pada sesama dan Tuhan tentu lebih baik. Kebersamaan di dalam
Tuhan yang akan membuat semuanya menjadi lebih baik dan materi pun akan menjadi
sarana kebaikan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar