Senin, 22 Oktober 2018

Kaya di Dalam Tuhan



Senin Pekan Biasa XXIX (H)
Ef. 2:1-10
Mzm. 100:2-5
Luk. 12:13-21




Ef. 2:1-10

2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan --
2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.


Luk. 12:13-21

12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."



Kaya di Dalam Tuhan

Saudara terkasih, hari ini  kita diajak untuk merenungkan bagaimana Tuhan mengajarkan kita akan harta kekayaan. Kekayaan dalam hidup bisa membuat kita bahagia atau menderita. Kebahagiaan dan penderitaan dalam konteks kekinian, dalam dunia ini, ataupun di dalam alam nantinya.
Jika kita bijak di dalam memilih, kita akan berbahagia dengan kekayaan kita. Kekayaan yang menyelamatkan. Sikap mau berbagi bisa membantu kita tidak menjadi tamak. Orang banyak sering merasa selalu kurang, sehingga menjadi rakus, gaji sudah besar, bisnis banyak, namun masih juga berlaku tidak adil dengan memberikan upah murah pada karyawannya. Menyuap pejabat untuk mendapatkan proyek. Orang demikian, jarang bisa diyakini mau berbagi, mereka akan mengumpulkan dan merasa kurang.
Sadar bahwa itu pemberian Tuhan. Semua adalah anugerah Tuhan semata-mata, upaya kita hanyalah sebuah upaya dan keharusan semata. Jika merasa bahwa karena kerja keras kitalah harta itu, selesailah hidup kita. Kesesatan atau keselamatan yang menjadi pilihan.
Di balik itu, kekayaan dan materi bisa menjadi kesia-siaan, ketika kita menjadi budak atas materi. Hidup konsumeris, hedonis, dengan memuja barang-barang dan harta sebagai segalanya. Hidupnya berorientasi hanya pada pemenuhan materi, melupakan keberadaan Tuhan dan sesama. Seluruh hari dan waktunya hanya untuk bekerja. Hidup sosial dan spiritual dinilai sebagai penghambat mencari uang dan mengumpulkan materi.
Saudara terkasih, Tuhan tidak menyalahkan orang kaya dan  kekayaan, namun bagaimana orang menyikapi kekayaan. Harta benda yang menjauhkan manusia kepada Tuhan dan sesama, itu yang menjadi keprihatinan Tuhan. Materi yang digunakan untuk mendekatkan diri pada sesama dan Tuhan tentu lebih baik. Kebersamaan di dalam Tuhan yang akan membuat semuanya menjadi lebih baik dan materi pun akan menjadi sarana kebaikan. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar