Rabu, 31 Oktober 2018

Keselamatan, Berkat dan Upaya


Rabu Biasa Pekan XXX (H)
Ef. 6:1-9
Mzm. 145:10-14
Luk. 13:22-30




Ef. 6:1-9

6:1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
6:3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
6:5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,
6:6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,
6:7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.
6:8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.
6:9 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.


Luk. 13:22-30

13:22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
13:23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.
13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
13:28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
13:29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
13:30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."




Keselamatan, Berkat dan Upaya

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan sabda Tuhan mengenai keselamatan. Keselamatan itu dipandang sulit, sebagaimana ditanyakan pendengar Yesus. Jawaban Yesus  juga menegaskan hal tersebut, ketika IA menyatakan bahwa mereka harus berusaha untuk masuk pada pintu yang sesak. Semua ingin masuk, namun pintu sesak. Jadi kalau ada yang menilai susah bisa dipahami.
Konteks yang berbeda, dalam sabda ini juga menyatakan bahwa ternyata Tuhan tidak demikian saja menyelamatkan orang yang hanya mengandalkan kebersamaan fisik bersama Tuhan. Dalam firman hari ini dinyatakan orang yang pernah makan bersama dengan Tuhan pun tidak dibukakan pntu.
Saudara terkasih, jika kita hendak  melihat konteks makan dan perilaku kekinian, paling tidak dapat kita saksikan bagaimana sering kita menyebut nama Tuhan, merasa telah beribadah dengan baik, namun tidak menghidupi ibadahnya itu. Kedekatan relasional yang tidak mengubah keadaan. Kebersamaan di dalam ibadah, namun perilaku sehari-hari masih jauh dari kehendak Tuhan.
Tuhan tentu bukan kejam dan penuh kekejian jika menyatakan bahwa masuk Kerajaan Surga itu susah. Itu adalah berkat, pemberian cuma-cuma dari Tuhan. Karunia yang telah melekat, namun kita sebagai manusia juga mendapatkan tanggung jawab karena kebebasan anak-anak Allah tidak memaksakan kehendak untuk tetap setia. Pilihan untuk berhadapan dengan Tuhan, memilih untuk berpisah dengan Tuhan itu dimungkinkan. Inilah yang membuat orang bisa tertutup pintu. Mengetuk sudah terlambat karena mereka asyik dengan dunia, ketika mendapatkan panggilan, mereka telah lupa.
Kesiapsediaan sering menjadi abai karena merasa Tuhan Mahabaik dan Mahamurah. Namun tidak juga demikian, jangan salah bahwa berkat itu bisa lepas karena telah kita tolak, kita abaikan, dan itu jelas tidak menyalahi kodrat Allah. berkat yang ada kita abaikan sendiri.
Ada tinbal balik antara berkat dan upaya untuk tetap menjadi milik kita. Usaha agar kita tidak berlaku seenaknya sendiri atas nama berkat. BD.eLeSHa.

Selasa, 30 Oktober 2018

Komunitas Cinta



Selasa Biasa Pekan XXX (H)
Ef. 5:21-33
Mzm. 128:1-5
Luk. 13:18-21



Ef. 5:21-33

5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.


Luk. 13:18-21

13:18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
13:21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."




Komunitas Cinta

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan sabda Tuhan mengenai ragi dan biji sesawi dalam iman kita. Apa yang Tuhan kehendaki adalah bukan hal yang megah, besar, tampil dengan glamor, dan tenar, agung. Tuhan menghendaki ragi yang tidak tampak namun berdampak. Biji sesawi yang paling kecil namun bisa menjadi tempat bernaung burung-burung.
Viral kekinian pun tampaknya termasuk yang Tuhan tidak kehendaki. Orang menjadi berbondong-bondong demi tenar, tampil, dan terkenal. Padahal apa yang Tuhan nyatakan dalam bacaan hari ini berkebalikan.
Keluarga bisa menjadi sarana itu, ada sebuah istilah yang pas, bagaimana keluarga adalah Ecclesia Domestica, atau Gereja mini. Keluarga juga dipandang sebagai etalase masyarakat dan bangsa. Bagaimana citra keluarga, bagaimana kualitas keluarga itu adalah kualitas bangsa dan masyarakat. dalam konteks Gerejani, rupa  keluarga juga rupa Gereja. Keluarga yang baik dan menjadi komunitas cinta adalah Gereja yang berpengharapan.
Dalam bacaan pertama, Paulus  memberikan gambaran dan simbol perkawinan sebagai relasi Gereja dan Yesus. Di mana saling menghargai dan mengasihi satu sama lain. masing-masing harus taat dan tunduk bukan saling mengalahkan, namun karena kasih.
Komunitas cinta dan kasih dalam keluarga akan membuat orang lain nyaman, lihat gambaran burung yang bernaung dalam pohon sesawi tadi. Komunitas kasih juga tidak mencari kemegahan diri, yang viral, namun yang vital yang dikembangkan. Komunitas cinta juga akan menarik orang untuk datang karena damai, nyaman, dan menjanjikan ketenangan dan kesejukan. Jika alam lingkungan sekitar sedang demam dan bangga dengan hoax, tentu bahwa komunitas kasih tidak ikut menjadi agen yang menyebarkan kebohongan. Jika tidak mampu mematahkan khabar bohong, paling tidak, bukan menjadi penyebar atau terlibat di sana.
Komunitas kasih dan cinta perlu dikembangkan sehingga orang tidak saling curiga, namun saling merindukan satu sama lain. Hal  yang sekian lama ternyata mulai luntur di dalam masyarakat kita. Tugas kitalah untuk mengembangkannya. BD.eLeSHa.

Senin, 29 Oktober 2018

Keselamatan vs Prosedural


Senin Biasa Pekan XXX (H)
Ef. 4:32-5:8
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 13:10-17



Ef. 4:32-5:8

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
5:3 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
5:4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono -- karena hal-hal ini tidak pantas -- tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.
5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.
5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.
5:7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.
5:8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,

Luk. 13:10-17

13:10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.
13:11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.
13:12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."
13:13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.
13:14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."
13:15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
13:16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"
13:17 Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.



 Keselamatan vs Prosedural

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan kebaikan dan kasih Tuhan yang mengulurka tangan untuk menyembuhkan. Tuhan tahu dan paham bahwa penyembuhan-Nya itu akan menjadi masalah karena terjadi pada hari Sabat. Namun Tuhan tidak takut, karena yang ia lakukan jauh lebih penting dan mendasar daripada sekadar aturan Sabat. Ingat bahwa ini bukan berarti peraturan atau aturan Sabat dalam  konteks itu salah dan buruk. Tidak demikian melihat dan memaknainya.
Penyembuhan memberikan pujian.  Apa yang dilakukan Yesus itu ternyata menggerakkan hati perempuan yang disembuhkan. Ungkapan syukur terbebas dari belenggu penyakit selama puluhan tahun. Sikap yang sama yang perlu kita lakukan di dalam Tuhan, karena Tuhan sudah berkarya dalam hidup kita setiap hari.
Kebaikan belum tentu diterima dengan baik. Orang sering jatuh dalam aturan-aturan yang dibuat manusia. Orang cenderung memilih taat aturan tanpa mau tahu esensi aturan itu dibuat. Aturan Sabat sebenarnya disusun agar orang tidak sibuk akan urusan sehari-hari dan rutinitas duniawi, memfokuskan diri pada Tuhan. Alasan ini dipenggal dan pokoknya Sabat  itu tidak boleh apa-apa.
Prosedural juga sering merusak kemanusiaan. Orang bisa berdalih sesuai dengan prosedur padahal orang lain menderita. Ikuti aturan asal aman dan nyaman, padahal ada yang tersiksa bukan menjadi pertimbangan. Tuhan mengubah kebiasaan itu.
Keselamatan vs aturan manusiawi. Tuntutan pemuka jemaat itu menjadi kesempatan Tuhan  untuk mengajar. Kesempatan Tuhan untuk memberikan pengetahuan yang lebih utama, urgen, dan mendesak. Dalam hal ini Tuhan juga mengajarkan yang utama adalah keselamatan. Aturan dibuat untuk mengarahkan orang lebih menghargai manusia lain. menjamin kebebasan dan kemerdekaan masing-masing orang itu ada.
Saudara terkasih, sering kita jatuh pada pemikiran dan pilihan yang sudah ada, tanpa berpikir kritis lagi. Menjadikan itu seolah dogma dan harga mati. Tuhan Yesus membawa kebaruan dan perbedaan yang signfikan. BD. eLeSHa.

Belas Kasih Tuhan


HARI MINGGU BIASA XXX (H)
Yer. 31:7-9
Mzm. 126:1-2ab, 2cd, 3,4-5,6
Ibr. 5:1-6
Mrk. 10:46-2



Yer. 31:7-9

31:7 Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!
31:8 Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
31:9 Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.


Ibr. 5:1-6

5:1 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
5:2 Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,
5:3 yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.
5:4 Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.
5:5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",
5:6 sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."


Mrk. 10:46-2

10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau."
10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
10:51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.




Belas Kasih Tuhan

Saudara terkasih hari ini kita diajak merenungkan Sabda Tuhan yang berkaitan dengan belas kasih. Bagaimana ilustrasi penginjil yang kita renungkan hari ini adalah Bartimeus, si buta yang menderita kebutaan sejak lahirnya.
Ia yang mendengar kalau Yesus lewat, ia berteriak-teriak mohon belas kasihan. Para murid, termasuk juga orang lain yang ingin juga merasakan, memperoleh mukjizat dari Tuhan tentu menghalanginya. Menyuruhnya diam. Hal yang sangat normal, biasa, alamiah, ketika lebih mudah kita menghardik keinginan orang yang memerlukan bantuan. Tuhan bersikap yang cukup berbeda. Apa yang ditampilkan Tuhan ini adalah soal kepemimpinan.
Kita juga diundang Tuhan untuk berlaku  yang sama. Berbelas kasih pada orang yang membutuhkan bantuan kita. Kita diajak untuk mengulurkan tangan bukan malah menarik tangan dan pura-pura tidak tahu. Kita diajak untuk memberikan perhatian, bukan malah menutup akses dan kesempatan untuk orang lain yang memerlukan bantuan.
Paus Fransiskus berlaku demikian secara tegas, jelas, dan tidak peduli soal politis, agamis, namun bagaimana berlaku sebagaimana Tuhan kehendaki. Paus memerintahkan Eropa menerima pengungsi dari Timur Tengah, dengan tidak mau tahu potensi kerusuhan dan terorisme yang mendompleng di sana. Ia juga mengutuk presiden AS, D. Trump yang akan membuat tembok pemisah. Karena kekristenan itu membuat jembatan bukan malah tembok pemisah. Apa yang diajarkan Yesus dan dilakukan oleh Paus Fransiskus ini pun menjadi tugas kita di dalam kapasitas kita masing-masing.
Belas kasih itu ditunjukan dalam aksi nyata, dilakukan, bukan semata diwacanakan, dan dalam gagasan semata. Pemberian diri semampunya, bukan menyembunyikan kemampuan karena berhitung untuk rugi. Apa yang kita lakukan itu karena belas kasih Tuhan telah kita terima terlebih dahulu. Tuhan telah melakukannya dan kita merasakan belas kasih itu yang tidak kurang suatu apapun. Apa iya, kita akan menjadi pribadi egois dan tamak dengan menahan berkat dan kasih ilahi itu hanya bagi kita? BD.eLeSHa.

Sabtu, 27 Oktober 2018

Penghakiman dan Kualitas Diri


Sabtu Biasa Pekan XXIX (H)
Ef. 4:7-16
Mzm. 122:1-5
Luk. 13:1-9



Ef. 4:7-16

4:7 Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
4:8 Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."
4:9 Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?
4:10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.
4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
4:13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
4:15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
4:16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih


Luk. 13:1-9

13:1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.
13:2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?
13:3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?
13:5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."
13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,
13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"




Penghakiman dan Kualitas Diri

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan firman Tuhan yang berbicara mengenai penghakiman kita dan berkaitan dengan kualitas hidup kita. Sering dalam benak kita memiliki penilaian yang berbeda, bertolak belakang dengan apa yang kita berikan pada pihak lain dan kepada kita sendiri.
Jika menilai diri selalu baik, bagus, lebih daripada yang lain, berlainan kalau menilai pihak lain. Salah, kurang, dan  dengan gampang menemukan kesalahan dan yang buruk. Tuhan menghendaki kita bersikap tidak demikian. Tuhan menghendaki kita lebih berfokus untuk memperbaiki dan memperkembangkan diri.
Bagaimana kita bertumbuh sebagai pribadi dalam Tuhan. Bersikap untuk berkembang lebih dekat pada Tuhan dan makin beriman kalau konsentrasi kita hanya pada kekuarangan orang lain. Kita tidak akan  bertindak dengan kritis dan sebagaimana mestinya jika demikian.
Kualitas diri itu yang jauh lebih penting, kualitas bukan karena penilaian kita, namun karena memang kita berkualitas. Pengetahuan baik, menggunakan pengetahuan untuk kebaikan, dan menebarkan cinta kasih tanpa memandang bulu. Bertumbuh di dalam iman tidak akan sempat untuk menilai orang, baik karena capaian positif atau negatifnya. Akan mampu ikut bersyukur jika pihak lain sukses dan akan memberikan motivasi dan dorongan jika ada rekan yang sedang mengalami kegagalan dan kegundahan.
Memang mudah menuding dan menilai pihak lain sebagai lebih jelek, susah mengatakan kita juga ada kekurangan. Namun perlu juga hati-hati agar tidak jatuh pada keadaan yang ekstrem berbeda, antara minder dan sombong. Hal yang perlu kita cermati kalau ingin bertumbuh di dalam Tuhan dan iman kita . BD.eleSHa.


Tanda-tanda dan Pengalaman


Jumat Biasa Pekan XXIX (H)
Ef. 4:1-6
Mzm. 24:1-6
Luk. 12:54-59



Ef. 4:1-6

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.


Luk. 12:54-59

12:54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.
12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."




Tanda-tanda dan Pengalaman

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk mengerti kehendak Tuhan dari kebiasaan, pengalaman, dan kemampuan membaca tanda-tanda alam. Ada orang yang membaca awan akan adanya hujan, adanya hewan yang turun dari gunung berapi akan adanya letusan, atau perbintangan yang akan mengantar mereka pada tujuan dan arah tertentu.
Dalam bacaan hari ini Tuhan menghendaki orang yang memiliki kepekaan dan kemamuan di dalam melihat fenomena alam ini juga menghayati dan mengerti kehendak dan apa yang menjadi rencana Tuhan. Salah satu yang Tuhan kehendaki adalah mengenai hidup damai.
Apa yang mereka lakukan  justru sebaliknya, mereka malah memilih untuk menjadi kompor atau provokasi dalam bahasa hari ini bagi hidup bersama mereka. Perilaku mereka, kemampuan mereka, dan pengalaman mereka tidak digunakan sebagaimana mestinya. Mereka malah menuduh Yesus dan berbuat  buruk bagi apa yang Yesus tawarkan.
Mereka melakukan itu karena mereka takut dan iri kalau kedudukan mereka terdesak dan kalah pamor. Apa yang mereka pikirkan hanya soal diri mereka sendiri dan keberadaan mereka saja.
Apa yang kita miliki itu anugerah Tuhan, selayaknya kita kembalikan kepada Tuhan. Memberikan kepada Tuhan dan sesama itu konsekuensi bukan karena hakatau kewajiban. Konsekuensi atas apa yang kita miliki berasal dari-Nya semata. Sering kita abai karena sifat tamak kita.
Memilih untuk memperbesar perselisihan dan pertikaian, padahal persaudaraan tidak demikian. Apa yang Tuhan kehendaki adalah damai sejahtera dan cinta kasih tanpa syarat/ BD.eleSHa.

Konsekuensi dan Pilihan


Kamis Biasa Pekan XXIX (H)
Ef. 3:14-21
Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19
Luk. 12:49-53



Ef. 3:14-21

3:14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
3:15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.
3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
3:21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

Luk. 12:49-53

12:49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!
12:50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!
12:51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.
12:52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.
12:53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."



Konsekuensi dan Pilihan

Saudara terkasih, kali ini kita diajak untuk merenungkan sabda Tuhan yang cenderung keras. Hari ini sabda-Nya tidak lagi lembut, menenangkan, dan membuat orang nyaman dan bisa terlena. Jangan salah bahwa yang lembut itu juga bisa melenakan dan  membuat ribet.
Iman juga terkadang mengharuskan hal-hal yang tegas, konsisten, dan membutuhkan keberanian di dalam menentukan sikap dan pilihan. Iman tidak bisa ya dan tidak, iman perlu ketegasan ya atau tidak. Pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kemantaban jiwa dan raga, bukan ketika senang ingat Tuhan atau kalau butuh saja datang kepada-Nya dan beriman. Tidak demikian.
Dalam bacaan Injil hari ini tentu bukan bermaksud memilih antara iman dan keluarga, atau melihat keluarga sebagai penghambar iman. Keluarga harus dibangun di atas iman, iman menjadi pewarna atas keluarga, sehingga menjadi keluarga beriman. Tuhan menjadi nomor satu,  Tuhan menjadi rujukan keluarga. Keluarga tidak boleh mengalahkan dan menghambar hidup beriman dan menggereja.
Sering kita terllau fokus akan hidup di dalam keluarga, era kekinian tentu bahwa ekonomi sering menjadi yang utama. Waktu-waktunya penuh demi mengejar materi. Ini tentu memang sudah seharusnya, namun tidak boleh bahwa demi ekonomi mengalahkan hidup bersama dan beriman di dalam Tuhan.
Pun di dalam kasih dan cinta, bagaimana menjadikan Tuhan adalah segalanya. Sering kita terpaku hanya pada pasangan, anak, keluarga, dan mengabaikan Tuhan. Tuhan disepelekan karena merasa bahwa mencintai keluarga dan sesama sudah cukup. Tidak demikian, Tuhan terlebih dahulu. Memang mengasihi sesama juga mengasihi Tuhan, namun ketika mengabaikan Tuhan, kasih terhadap sesama bisa jatuh pada egoisme dan cinta yang sempit. BD.eLeSHa.