Pesta Kelahiran
SP. Maria (P)
Mik. 5:1-4
Mzm.
13:6ab,6cd
Mat.
1:18-23
Mik. 5:1-4
5:1 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di
antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan
memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
5:2 Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan
yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya
akan kembali kepada orang Israel.
5:3 Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam
kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap,
sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,
5:4 dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri
kita dan apabila ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan
dia tujuh gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.
Mat.
1:18-23
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu
Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh
Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan
diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan
nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah
engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan
Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa
mereka."
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh
nabi:
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel"
-- yang berarti: Allah menyertai kita.
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Hari ini Gereja seluruh dunia merayakan
“Pesta kelahiran Santa Perawan Maria”. Pesta ini sesungguhnya menunjukkan
betapa Gereja mengasihi dan menghormati Bunda Maria sebagai wanita yang punya
peranan besar di dalam karya keselamatan Allah. Sehubungan dengan pesta ini
mungkin terlintas dalam benak kita pertanyaan berikut: “Landasan pemikiran apa
yang melatarbelakangi pesta ini?”
Kita tidak bisa langsung menjawab pertanyaan
ini dengan membeberkan peristiwa kelahiran Maria secara lengkap dan obyektif
berdasarkan informasi dari dokumen – dokumen terpercaya Gereja seperti Alkitab.
Yang mungkin bagi kita ialah melihat peranan dan kedudukan Maria di dalam
rencana dan karya keselamatan Allah di dalam sejarah.
Tentang hal ini Gereja mengajarkan bahwa
Allah – setelah kejatuhan manusia – menjanjikan seorang Penebus bagi umat
manusia. Penebus itu adalah AnakNya sendiri. Untuk maksud luhur itu Allah
membutuhkan kerjasama manusia; Allah membutuhkan seorang perempuan untuk
mengandungkan dan melahirkan AnakNya. Kebeneran iman ini dikatakan Santo Paulus
dalam suratnya kepada Galatia: “…Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan…” (Gal 4:4).
Siapa perempuan itu? Perempuan itu adalah
Maria, seorang puteri keturunan Abraham. Dari sini Gereja mengajarkan bahwa
Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan
AnakNya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa
asal.
Dalam konteks pengakuan iman inilah, Gereja
merasa perlu menentukan suatu hari khusus (yaitu: 8 September) untuk merayakan
peristiwa kelahiran Maria. Dasar pertimbangan disini – barangkali sangat
sederhana – ialah bahwa sebagai manusia, Maria tentu pernah lahir pada waktu
dan tempat tertentu, dari orangtua dan suku tertentu. Injil – injil sendiri
tidak mengatakan secara jelas bahwa Maria juga adalah keturunan Daud,
sebagaimana Yusuf suaminya. Yang penting disini bukanlah ketepatan hari
kelahiran itu tetapi ungkapan iman Gereja akan Maria sebagai perempuan yang
ditentukan Allah untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya.
Seturut sejarah, mulanya pesta ini dirayakan
di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan – tulisan apokrif
pada abad ke – 6; pada akhir abad ke – 7, barulah pesta ini diterima dan
dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar