Sabtu
Biasa Pekan XXIV (H)
1
Kor. 15:35-37
Mzm.
56:10-14
Luk.
8:4-15
1
Kor. 15:35-37
15:35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah
orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang
kembali?"
15:36 Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak
akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.
15:37 Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan
tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.
Luk.
8:4-15
8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu
orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia
dalam suatu perumpamaan:
8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya.
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak
orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh
ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh
bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh
berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru:
"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan
itu.
8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu
diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat
dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah
mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam
hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang
setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu
tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka
murtad.
8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar
firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran
dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang
matang.
8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah
mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah
dalam ketekunan."
Perutusan
Kita adalah untuk Berbuah
Saudara terkasih, hari ini kkita diajak untuk
merenungkan peran, fungsi, dan perutusan kita di dalam dunia. dalam bacaan
Injil yang berupa perumpamaan itu, itu adalah gambaran kita. Bagaimana biji
yang jatuh itu adalah hidup kita. Tuhan menghendaki kita untuk dapat berperan,
berdayaguna, dan bermanfaat bagi sesama dan dunia.
Sering kita merasa gamang, takut, dan merasa tidak
berguna. Padahal tidak demikian, sepanjang kita mau mengikatkan diri pada
Tuhan. Tanah yang subuh bagi benih yang ditaburkan Tuhan. Di mana kita tidak
takut dalam banyak hal baik, namun boleh menjadi khawatir jika kita sudah tidak
berani menyatakan kebenaran. Kita takut di dalam menghadapi kejahatan, dan kita
diajak untuk ciut nyali menyaksikan ketidakadilan dan ketidakbenaran.
Dalam konteks hidup bersama sebagai bangsa hal ini
sangat konkret, kita mendengarkan sabda Tuhan, merenungkannya, dan sering juga
tergerak oleh firman-Nya. Desakan hidup bersama bisa membuat kita jerih,
menyembunyikan identitas kita sebagai anak-anak Tuhan dan menyaru sebagai
kepercayaan lain, agar kita tidak mengalami kesulitan. Jika demikian kita patut
takut dan cemas, karena kita tidak mampu
menyatakan diri sebagai anak-anak Tuhan.
Hidup kita yang diciptakan baik adanya. Tuhan yang
mengasihi kita, menciptakan kita sebagai citra-Nya, gambaran Tuhan nampak dalam
hidup dan perilaku kita. Dari mana wajah Tuhan itu bisa dibaca, dinilai, dan dikenal
dunia? Dari buah hidup kita, perilaku apik, damai sejahtera, pengampunan, dan
kasih yang tidak memandang bulu. Berani menyatakan kebenaran sebagai kebenaran,
dan melihat kejahatan dengan kecut dan berupaya menjadi terang dan garam di
dalam kapasitas masing-masing. Tuhan bukan melihat banyaknya hasil, namun
bagaimana upaya kita untuk tetap setia dan berbuah itu.
Mencapai buah itu sangat jelas dan konkret. Menjadi
pendamai jika ada perselisihan, menemukan jembatan bagi keterasingan,
memberikan akses dan jalan bagi tembok pemisah yang sering kita jumpai dan
temui. Peran positif kita dituntut bukan karena kita adalah ciptaan, namun
karena kita sudah lebih dulu menerima segala hal baik dari Tuhan.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar