Sabtu, 22 September 2018

Perutusan Kita adalah untuk Berbuah


Sabtu Biasa Pekan XXIV (H)
1 Kor. 15:35-37
Mzm. 56:10-14
Luk. 8:4-15



1 Kor. 15:35-37

15:35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?"
15:36 Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.
15:37 Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.


Luk. 8:4-15

8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:
8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.
8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."



Perutusan Kita adalah untuk Berbuah

Saudara terkasih, hari ini kkita diajak untuk merenungkan peran, fungsi, dan perutusan kita di dalam dunia. dalam bacaan Injil yang berupa perumpamaan itu, itu adalah gambaran kita. Bagaimana biji yang jatuh itu adalah hidup kita. Tuhan menghendaki kita untuk dapat berperan, berdayaguna, dan bermanfaat bagi sesama dan dunia.
Sering kita merasa gamang, takut, dan merasa tidak berguna. Padahal tidak demikian, sepanjang kita mau mengikatkan diri pada Tuhan. Tanah yang subuh bagi benih yang ditaburkan Tuhan. Di mana kita tidak takut dalam banyak hal baik, namun boleh menjadi khawatir jika kita sudah tidak berani menyatakan kebenaran. Kita takut di dalam menghadapi kejahatan, dan kita diajak untuk ciut nyali menyaksikan ketidakadilan dan ketidakbenaran.
Dalam konteks hidup bersama sebagai bangsa hal ini sangat konkret, kita mendengarkan sabda Tuhan, merenungkannya, dan sering juga tergerak oleh firman-Nya. Desakan hidup bersama bisa membuat kita jerih, menyembunyikan identitas kita sebagai anak-anak Tuhan dan menyaru sebagai kepercayaan lain, agar kita tidak mengalami kesulitan. Jika demikian kita patut takut dan cemas, karena  kita tidak mampu menyatakan diri sebagai anak-anak Tuhan.
Hidup kita yang diciptakan baik adanya. Tuhan yang mengasihi kita, menciptakan kita sebagai citra-Nya, gambaran Tuhan nampak dalam hidup dan perilaku kita. Dari mana wajah Tuhan itu bisa dibaca, dinilai, dan dikenal dunia? Dari buah hidup kita, perilaku apik, damai sejahtera, pengampunan, dan kasih yang tidak memandang bulu. Berani menyatakan kebenaran sebagai kebenaran, dan melihat kejahatan dengan kecut dan berupaya menjadi terang dan garam di dalam kapasitas masing-masing. Tuhan bukan melihat banyaknya hasil, namun bagaimana upaya kita untuk tetap setia dan berbuah itu.
Mencapai buah itu sangat jelas dan konkret. Menjadi pendamai jika ada perselisihan, menemukan jembatan bagi keterasingan, memberikan akses dan jalan bagi tembok pemisah yang sering kita jumpai dan temui. Peran positif kita dituntut bukan karena kita adalah ciptaan, namun karena kita sudah lebih dulu menerima segala hal baik dari Tuhan.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar