Rabu Pekan
Biasa XXII (H)
1 Kor.
3:1-9
Mzm.
33:12-15,20-21
Luk.
4:38-44
1 Kor.
3:1-9
3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara
dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi,
yang belum dewasa dalam Kristus.
3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab
kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.
3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu
ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia
duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan
Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos,"
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang
olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan
kepadanya.
3:6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan.
3:7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang
menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
3:8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan
masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
3:9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang
Allah, bangunan Allah.
Luk.
4:38-44
4:38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah
Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus
supaya menolong dia.
4:39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam
itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan
melayani mereka.
4:40 Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya
orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan
tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.
4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak:
"Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan
tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah
Mesias.
4:42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat
yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha
menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.
4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain
Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku
diutus."
4:44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Penerimaan
Usai Penolakan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan bagaimana Yesus ditolak, dan kini ada sikap bermusuhan namun bisa menerima
keberadaan-Nya, minimal karena karya besar-Nya. Hal yang patut kita sadari
adalah, adanya penerimaan dan penolakan. Sering kia takut, galau, merasa gagal
jika mendapatkan penolakan. Ternyata Yesus saja juga mengalami. Di Nazareth
Yesus ditolak, dan ternyata di tempat lain memperoleh penerimaan.
Kedua, Yesus tidak terpengaruh dengan keadaan
penerimaan atau penolakan. Prioritas Yesus adalah mewartakan khabar gembira
dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan memberikan harapan bagi
yang putus asa. Di sinilah yang membedakan kita dan Tuhan, sering kita menjadi
bersemangat jika diterima dan akan menjadi lemah semangat, dan bisa menjadi
putus asa jika menerima penolakan. Tuhan mengajarkan kepada kita bukan
berbicara soal penerimaan, namun mengenai fokus atas tugas perutusan kita.
Ketiga, tidak ada yang akan kekal dan terus
menerus. Kadang mendapatkan penerimaan dan kadang juga akan mengalami penolakan. Ini yang perlu
kita sadari sehingga tidak menjadi putus asa dan masih akan ada waktu dan
kesempatan yang berbeda. Pun jika mendapatkan tanggapan baik, tidak kemudian
menjadi lekat dan lupa diri.
Yesus mengajar di rumah ibadat, bukan semata
mengajar, namun juga IA melakukan perbuatan baik dan perbuatan besar. Di sini lagi-lagi
khas dan berbeda. Mengapa dapat berlaku demikian?Kkarena guru-guru lain hanya
menjalankan perintah, sedang Yesus adalah pelaku atas perintah tersebut.
Saudara terkasih, dalam hal ini kita patut
bersyukur bahwa kita mampu melakukan perutusan kita, bukan karena kemampuan
kita. Semua mampu kita jalani karena Tuhan yang mengutus kita dan mendampingi
kita setiap waktu. Kita perlu optimis dan yakin bahwa karena Tuhan selalu
mendampingi kita, menjadikan kita mampu dan terus melakukan kehendak Tuhan itu.
BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar