Rabu, 05 September 2018

Penerimaan Usai Penolakan


Rabu Pekan Biasa XXII (H)
1 Kor. 3:1-9
Mzm. 33:12-15,20-21
Luk. 4:38-44



1 Kor. 3:1-9

3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.
3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
3:6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
3:7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
3:8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
3:9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.


Luk. 4:38-44

4:38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.
4:39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.
4:40 Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.
4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
4:42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.
4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
4:44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.



Penerimaan Usai Penolakan

Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana Yesus ditolak, dan kini ada sikap bermusuhan namun bisa menerima keberadaan-Nya, minimal karena karya besar-Nya. Hal yang patut kita sadari adalah, adanya penerimaan dan penolakan. Sering kia takut, galau, merasa gagal jika mendapatkan penolakan. Ternyata Yesus saja juga mengalami. Di Nazareth Yesus ditolak, dan ternyata di tempat lain memperoleh penerimaan.
Kedua, Yesus tidak terpengaruh dengan keadaan penerimaan atau penolakan. Prioritas Yesus adalah mewartakan khabar gembira dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan memberikan harapan bagi yang putus asa. Di sinilah yang membedakan kita dan Tuhan, sering kita menjadi bersemangat jika diterima dan akan menjadi lemah semangat, dan bisa menjadi putus asa jika menerima penolakan. Tuhan mengajarkan kepada kita bukan berbicara soal penerimaan, namun mengenai fokus atas tugas perutusan kita.
Ketiga, tidak ada yang akan kekal dan terus menerus. Kadang mendapatkan penerimaan dan  kadang  juga akan mengalami penolakan. Ini yang perlu kita sadari sehingga tidak menjadi putus asa dan masih akan ada waktu dan kesempatan yang berbeda. Pun jika mendapatkan tanggapan baik, tidak kemudian menjadi lekat dan lupa diri.
Yesus mengajar di rumah ibadat, bukan semata mengajar, namun juga IA melakukan perbuatan baik dan perbuatan besar. Di sini lagi-lagi khas dan berbeda. Mengapa dapat berlaku demikian?Kkarena guru-guru lain hanya menjalankan perintah, sedang Yesus adalah pelaku atas perintah tersebut.
Saudara terkasih, dalam hal ini kita patut bersyukur bahwa kita mampu melakukan perutusan kita, bukan karena kemampuan kita. Semua mampu kita jalani karena Tuhan yang mengutus kita dan mendampingi kita setiap waktu. Kita perlu optimis dan yakin bahwa karena Tuhan selalu mendampingi kita, menjadikan kita mampu dan terus melakukan kehendak Tuhan itu. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar