Minggu, 01 April 2018

Makam Kosong, Bukan Bukti Kebangkitan, namun Konsekuensi atas Kebangkitan


HARI RAYA  PASKAH: KEBANGKITAN TUHAN (P)
Kis. 10:34a,37-43
Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23
Kol. 3:1-4 atau 1 Kor. 5:6b-8
Yoh. 20:1-9



Makam Kosong, Bukan Bukti Kebangkitan, namun Konsekuensi atas Kebangkitan


Saudara terkasih, kebangkitan memang sangat tidak mudah dipahami. Para penginjil juga tidak menerangkan dengan mendetail mengenai kebangkitan. Sama juga peristiwa salib. Inti  salib adalah adanya fakta Yesus tergantu di kayu salib. Pun kebangkitan, tidak ada juga saksi selain kain peluh dan kain kapan yang tertinggal. Jenazah Yesus tidak ada di tempat.
Iman yang mengantar pada kepercayaan dan iman, bahwa Yesus sudah bangkit. Kebangkitan yang membuat makam itu kosong, bukan karena makam kosong maka ada kebangkitan. Jika demikian, sangat mudah dipatahkan para imam kepala yang menggunakan teori konspirasi, jenazah Yesus dicuri para murid-Nya sendiri. Ketika makam kosong sebagai konsekuensi, mau apa lagi, selain iman yang memberikan penjelasan.
Kain peluh dan kain kapan menjadi penunjuk lain kebangkitan. Mematahkan asumsi penyurian jenazah oleh para murid. Mengapa orang menyuri jenazah bersusah-susah membuka kain pembungkusnya bukan? Lebih praktis, mudah, dan tentu efisien membawa serta pembungkusnya. Dengan adanya kain yang tertinggal, makin menguatkan bukti kebangkitan.
Saudara terkasih, menarik adalah keberadaan Petrus dan murid yang dikasihi, dan sering dikenal sebagai Yohanes. Di sana, mereka berdua, melihat fakta yang sama, namun menyikapi dengan berbeda. Petrus tidak ditampilkan sebagai pribadi yang memiliki perubahan, sedang murid yang dikasihi percaya. Yohanes tahu apa yang terjadi, Yesus sudah bangkit. Cintanya membuat ia paham apa yang terjadi.
Orang sering berbicara banyak, mengedepankan kajian teologis, filsafat, atau apapun ilmunya untuk menerangkan apapun. Padahal satu saja yang sangat sederhana, cinta. Iman pun tumbuh dalam cinta yang mendalam. Cinta pada Tuhan yang mengalahkan banyak hal, sehingga tidak semata otak dan mata indrawi yang berbicara, namun hati. Hati yang memperoleh terang Roh Kudus.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar