HR.
SP. MARIA DIANGKAT KE SURGA (P)
Why.
11:19-12:1,3-6,10
Mzm.
45:10bc,11,12ab
1 Kor.
15:20-26
Luk.
1:39-56
11:19 Maka terbukalah Bait
Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait
Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
12:1 Maka tampaklah suatu tanda besar di
langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah
kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
12:3 Maka tampaklah suatu
tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar,
berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
12:4 Dan ekornya menyeret
sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan
naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan
Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
12:5 Maka ia melahirkan
seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
12:6 Perempuan itu lari ke
padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya
ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
12:10 Dan aku mendengar suara
yang nyaring di sorga berkata:
"Sekarang telah tiba
keselamatan dan kuasa dan
pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan
Dia yang diurapi-Nya, karena telah
dilemparkan ke bawah pendakwa
saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka
siang dan malam di hadapan Allah kita.
15:20 Tetapi yang benar
ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang
sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
15:21 Sebab sama seperti maut
datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang
karena satu orang manusia.
15:22 Karena sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan
dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
15:23 Tetapi tiap-tiap orang
menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi
milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
15:24 Kemudian tiba
kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah
Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
15:25 Karena Ia harus
memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di
bawah kaki-Nya.
15:26 Musuh yang terakhir,
yang dibinasakan ialah maut.
1:39 Beberapa waktu kemudian
berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di
Yehuda.
1:40 Di situ ia masuk ke
rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
1:41 Dan ketika Elisabet
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun
penuh dengan Roh Kudus,
1:42 lalu berseru dengan
suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu.
1:43 Siapakah aku ini sampai
ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
1:44 Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak
kegirangan.
1:45 Dan berbahagialah ia,
yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan
terlaksana."
1:46 Lalu kata Maria:
"Jiwaku memuliakan Tuhan,
1:47 dan hatiku bergembira
karena Allah, Juruselamatku,
1:48 sebab Ia telah
memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala
keturunan akan menyebut aku berbahagia,
1:49 karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.
1:50 Dan rahmat-Nya
turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
1:51 Ia memperlihatkan
kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang
congkak hatinya;
1:52 Ia menurunkan orang-orang
yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
1:53 Ia melimpahkan segala
yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan
tangan hampa;
1:54 Ia menolong Israel,
hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,
1:55 seperti yang
dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk
selama-lamanya."
1:56 Dan Maria tinggal
kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke
rumahnya.
Maria Diangkat Ke Surga
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, berdasarkan
Tradisi Suci yang sudah diimani oleh Gereja sejak lama, namun baru ditetapkan
menjadi Dogma melalui pengajaran Bapa Paus Pius XII tanggal 1 November 1950,
yang berjudul Munificentimtissimus Deus. Doktrin ini berhubungan dengan
Dogma Immaculate Conception/ Maria dikandung tanpa noda, yang
diajarkan oleh Bapa Paus Pius IX, 8 Desember 1854. Untuk topik Maria dikandung
tanpa noda.
Umat Kristen non- Katolik banyak yang mempertanyakan hal ini, dan berpikir bahwa Gereja Katolik ‘menciptakan’ Dogma yang tidak berdasarkan Kitab Suci. Sebab bagi mereka sumber Wahyu Ilahi hanyalah Kitab Suci. Namun bagi orang Katolik, Wahyu Ilahi juga diperoleh dari Tradisi Suci yang telah berakar dan tumbuh di dalam Gereja Katolik, di mana Tradisi Suci ini tidak terpisahkan dari Kitab Suci. Maka hal Maria diangkat ke Surga juga memiliki dasar Kitab Suci, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit. Jadi jika Gereja Katolik mengumumkan suatu doktrin, itu sebenarnya hanya mengumumkan apa yang sudah lama diimani oleh Gereja, dan bukannya sesuatu yang baru tiba-tiba ditambahkan. Sebagai contohnya, pada waktu Gereja Katolik mengumumkan pengajaran tentang Allah Trinitas pada tahun 325 pada Konsili Nicea, adalah bukan berarti sebelumnya tidak ada pengajaran Allah Trinitas ini. Tulisan-tulisan pengajaran para Bapa Gereja menjadi saksi yang hidup atas pengajaran tentang Trinitas ini. Demikian juga pada saat Gereja Katolik menetapkan Kanon Alkitab yaitu pada Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397 bukan berarti Gereja Katolik baru ‘menciptakan’ Kitab Suci pada saat itu. Sebelumnya kitab-kitab yang menjadi bagian Alkitab itu sudah ada, namun baru pada saat itu ditetapkan sebagai kanon Alkitab/ kitab-kitab yang diakui sebagai ‘diilhami oleh Roh Kudus’, untuk membedakannya dengan kitab-kitab lain yang hanya merupakan karya tulis biasa.
Umat Kristen non- Katolik banyak yang mempertanyakan hal ini, dan berpikir bahwa Gereja Katolik ‘menciptakan’ Dogma yang tidak berdasarkan Kitab Suci. Sebab bagi mereka sumber Wahyu Ilahi hanyalah Kitab Suci. Namun bagi orang Katolik, Wahyu Ilahi juga diperoleh dari Tradisi Suci yang telah berakar dan tumbuh di dalam Gereja Katolik, di mana Tradisi Suci ini tidak terpisahkan dari Kitab Suci. Maka hal Maria diangkat ke Surga juga memiliki dasar Kitab Suci, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit. Jadi jika Gereja Katolik mengumumkan suatu doktrin, itu sebenarnya hanya mengumumkan apa yang sudah lama diimani oleh Gereja, dan bukannya sesuatu yang baru tiba-tiba ditambahkan. Sebagai contohnya, pada waktu Gereja Katolik mengumumkan pengajaran tentang Allah Trinitas pada tahun 325 pada Konsili Nicea, adalah bukan berarti sebelumnya tidak ada pengajaran Allah Trinitas ini. Tulisan-tulisan pengajaran para Bapa Gereja menjadi saksi yang hidup atas pengajaran tentang Trinitas ini. Demikian juga pada saat Gereja Katolik menetapkan Kanon Alkitab yaitu pada Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397 bukan berarti Gereja Katolik baru ‘menciptakan’ Kitab Suci pada saat itu. Sebelumnya kitab-kitab yang menjadi bagian Alkitab itu sudah ada, namun baru pada saat itu ditetapkan sebagai kanon Alkitab/ kitab-kitab yang diakui sebagai ‘diilhami oleh Roh Kudus’, untuk membedakannya dengan kitab-kitab lain yang hanya merupakan karya tulis biasa.
Dengan
pengertian yang sama maka Dogma Maria dikandung tanpa noda dan Dogma Maria
diangkat ke surga merupakan pengajaran yang telah lama ada dan diimani oleh
Gereja, yang nyata ada dalam tulisan para Bapa Gereja.
Munificentissimus
Deus
Dalam pembukaan Munificentissimus Deus (MD, 3) yang
menyatakan dogma Bunda Maria diangkat ke Surga, Bapa Paus Pius XII mengatakan
bahwa dalam sejarah keselamatan, Bunda Maria mengambil tempat istimewa dan
unik. Ini mengacu pada ayat Gal 4:4, di mana dikatakan, “…Setelah
genap waktunya”, bahwa dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah ini, Allah
dengan keMahakuasaan-Nya memberikan hak-hak istimewa kepada Bunda Maria, agar
nyatalah segala kemurahan hati-Nya yang dinyatakan kepada Bunda Maria, dalam
keseimbangan yang sempurna.
Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya, adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.
Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya, adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.
Demikian pula dengan pengajaran bahwa Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian
Baru, karena dengan mengandung Yesus ia menjadi tempat kediaman Sabda Allah
yang menjadi manusia, Sang Roti Hidup [kontraskan dengan tabut Perjanjian Lama
yang isinya kitab Taurat Musa dan roti manna], maka Bunda Maria mengalami
persatuan dengan Yesus.Mzm 132:8, mengatakan, “Bangunlah ya Tuhan, dan
pergilah ketempat perhentian-Mu, Engkau beserta tabut kekuatan-Mu.” Dan dalam
Perjanjian Baru tabut ini adalah Bunda Maria. Bunda Maria-lah juga yang disebut
sebagai ‘permaisuri berpakaian emas dari Ofir (Mzm 45: 10,14). Hal ini
sejalan dengan penglihatan Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu 12, dan
tentu, Luk 1:28, 42 “Hail, full of grace, the Lord is with
you, blessed are you among women.” (Salam, hai engkau yang dikaruniai,
Tuhan menyertai engkau, diberkatilah engkau di antara semua perempuan)
Bahwa pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan pemenuhan janji Allah
bahwa seorang perempuan (Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan
Iblis [dan kuasanya, yaitu maut] (lihat Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini
merupakan kemenangan atas dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26; 54-57),
di mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor 15:54).
Nubuat Simeon tentang Bunda Maria juga menunjukkan jalan kehidupan Bunda
Maria, yang melalui penderitaan, dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk
2:35) dan ini terpenuhi dengan penderitaannya melihat Yesus Puteranya
disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Penderitaan tak terlukiskan
ini mempersatukannya dengan Kristus, dan karenanya layaklah ia menerima janji
yang disebutkan oleh Rasul Paulus, “… jika kita menderita bersama-sama dengan
Dia…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rom 8:17). Dan
karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna,
maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda
Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah
wafat-Nya.
Namun dasar yang kuat dari pengangkatan Bunda Maria ke Surga adalah karena
Maria adalah Bunda Allah. Sebab “kemuliaan seseorang terletak dalam menghormati
bapanya, dan malu anak ialah ibu ternista” (Sir 3:11). Maka fakta bahwa Kristus
mengasihi Bunda-Nya Maria, dan mempersatukannya di dalam misteri kehidupan-Nya,
menjadikannya layak bahwa perempuan yang diciptakannya tidak bernoda dan
perawan yang dipilih-Nya untuk menjadi ibu-Nya, menjadi seperti Dia, menang
dengan jaya atas kematian melalui pengangkatannya ke surga sebagaimana Kristus
telah menang atas dosa dan maut melalui Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Demikian juga, yang tak kalah penting adalah karena sebagaimana yang
disimpulkan dari Kitab Suci dan sudah diajarkan oleh para Bapa Gereja, Maria
adalah Hawa yang baru. Sebab karena kesalahan satu orang maka umat manusia
jatuh dalam dosa, sedangkan karena ketaatan satu orang umat manusia dibenarkan
(lih. Rom 5:18-19). Maka sebagaimana Hawa dahulu mengambil bagian dalam
ketidaktaatan Adam, demikian pula Maria sebagai Hawa yang baru mengambil bagian
dalam ketaatan Kristus sebagai Adam yang baru. Dengan ketidaktaatannya, Hawa
yang pertama membawa kematian bagi umat manusia, sedangkan Bunda Maria, dengan
ketaatannya membawa hidup bagi umat manusia, karena ia mengandung Sang Hidup
yang menebus dan memberikan kehidupan kekal kepada manusia. Maria secara
istimewa menyatu dan bekerja sama dengan Kristus, tidak saja dengan
melahirkan-Nya tetapi juga di dalam fase- fase penting dalam kehidupan-Nya
selanjutnya: saat Ia dipersembahkan ke bait Allah, saat mukjizat-Nya yang
pertama, saat Ia disalibkan, saat kenaikan-Nya ke surga dan saat Pentakosta.
Maka jika kasih Adam kepada Hawa memimpinnya kepada dosa, kasih Kristus kepada
Bunda Maria memimpinnya untuk “mengambil bagian di dalam pertentangan-Nya
melawan Iblis dan kepada hasil akhirnya”, yaitu kemenangan total di dalam tubuh
dan jiwa atas dosa dan maut.
Di sepanjang sejarah Gereja, sudah banyak sekali gereja dibangun dengan
tema Bunda Maria diangkat ke surga. Dalam doa-doa Liturgi Gereja Katolik, sudah
banyak doa-doa yang menunjukkan iman bahwa Bunda Maria ini diangkat ke surga
setelah wafatnya. Hal ini kita ketahui dari Sacramentarium Gregorianum,
yang mengatakan, “Sangat terberkatilah hari ini O Tuhan, di mana Bunda Allah
menderita wafat, namun tidak terikat oleh belenggu kematian, sebab ia telah
melahirkan Sang Putera Allah yang menjelma dalam [tubuh]nya.” Dan juga dalam Menaei
Totiu Anni, “Tuhan, Raja semesta Alam, telah memberikan kepadamu [Maria]
rahmat yang mengatasi kodrat. Seperti Ia menjagamu tetap perawan saat
melahirkan, maka Ia telah menjaga tubuhmu takkan rusak di kubur, dan telah
memuliakan tubuhmu dengan perbuatan-Nya yang ilahi, mengangkatnya dari dalam
kubur.”
Liturgi memang tidak menyebabkan/ menjadi sumber iman Katolik, tetapi
merupakan hasil/ disebabkan oleh iman Katolik. Jadi liturgi di sini adalah
seperti buah yang dihasilkan dari pohon. Maka di sini diketahui
bahwa iman Gereja tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah lama berakar
dalam Gereja. Para kudus yang mengajarkan hal ini antara lain adalah: St.
Yohanes Damaskus (676-754), St. Antonius Padua, (1195-1231), (1206-1280), St.
Thomas Aquinas (1225-1274), St Albert Agung, St. Benardinus (1380-1404), St.
Robertus Belarminus (1542-1621), St. St. Petrus Kanisius (1520-1597), Alphosus
Liguori (1696-1787).
Berikut ini adalah bunyi Dogma ini adalah, “…. by the authority of
our Lord Jesus Christ, of the Blessed Apostles Peter and Paul, and by our own
authority, we pronounce, declare and define it to be a divinely revealed dogma:
that the Immaculate Mother of God, the ever Virgin Mary, having completed the
course of her earthly life, was assumed body and soul into heavenly glory.”
Terjemahannya:
“…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan
Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan,
menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah:
bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah
menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam
kemuliaan surgawi.”
Pada saat Paus Pius XII mengumumkan Dogma ini, ia menggunakan wewenangnya
sebagai Magisterium, dan ia bertindak atas nama Kristus untuk mengajar umatnya.
Selanjutnya tentang Magisterium, dalam kesatuan dengan Kitab Suci dan Tradisi
Suci, dan lebih lanjut tentang Magisterium.
Perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’
ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan
diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya
sendiri. Bagi orang Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah
peringatan akan pengharapan kita akan kebangkitan badan di akhir zaman, di mana
kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai
akhir, maka kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita
akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk nanti bersatu dengan Dia dalam
kemuliaan surgawi. Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata
doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan bahwa Maria
adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika kita hidup
setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti Bunda Maria,
kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa dan badan,
seperti dia.
Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan
Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya.
Karena berpegang bahwa doa orang benar besar kuasanya (Yak 5:16), maka betapa
besarlah kuasa doa Bunda Maria yang telah dibenarkan oleh Allah, dengan
diangkatnya ke surga.
Beberapa tulisan Bapa
Gereja tentang Maria diangkat ke surga:
1. Pseudo- Melito (300): Oleh karena itu, jika hal itu berada dalam kuasaMu, adalah
nampak benar bagi kami pelayan- pelayan-Mu, bahwa seperti Engkau yang telah
mengatasi maut, bangkit dengan mulia, maka Engkau seharusnya mengangkat tubuh
Bundamu dan membawanya dengan-Mu, dengan suka cita ke dalam surga. Lalu kata
Sang Penyelamat [Yesus]: “Jadilah seperti perkataanmu”.
2. Timotius dari Yerusalem (400) Oleh karena itu Sang Perawan [Maria] tidak
mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya
memindahkannya ke tempat pengangkatannya.
3. Yohanes Sang Theolog (400)Tuhan berkata kepada Ibu-Nya, “Biarlah hatimu bersuka dan
bergembira. Sebab setiap rahmat dan karunia telah diberikan kepadamu dari
Bapa-Ku di Surga dan dari-Ku dan dari Roh Kudus. Setiap jiwa yang memanggil
namamu tidak akan dipermalukan, tetapi akan menemukan belas kasihan dan
ketenangan dan dukungan dan kepercayaan diri, baik di dunia sekarang ini dan di
dunia yang akan datang, di dalam kehadiran Bapa-Ku di Surga”… Dan dari saat itu
semua mengetahui bahwa tubuh yang tak bercacat dan yang berharga itu telah
dipindahkan ke surga.
4. Gregorius dari Tours (575) Para Rasul mengambil tubuhnya [jenazah Maria] dari peti
penyangganya dan menempatkannya di sebuah kubur, dan mereka menjaganya,
mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan lihatlah, Tuhan datang kembali di
hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh itu, Ia memerintahkan agar tubuh itu
diangkat di awan ke surga: di mana sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria]
bersukacita dengan para terpilih Tuhan …
5. Theoteknos dari Livias (600) Adalah layak … bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang
melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi
oleh rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh …. agar hidup di dunia untuk
sementara dan diangkat ke surga dengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan
Tuhan.
6. Modestus dari Yerusalem (sebelum 634) Sebagai Bunda Kristus yang
termulia… telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima
kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama dengan Dia yang telah mengangkatnya
dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui
oleh-Nya.
7. Germanus dari Konstantinopel (683) Engkau adalah ia, …. yang nampak dalam
kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah semuanya kudus, murni,
keseluruhannya adalah tempat tinggal Allah, sehingga karena itu dibebaskan dari
penguraian menjadi debu. Meskipun masih manusia, tubuhmu diubah ke dalam
kehidupan surgawi yang tidak dapat musnah, sungguh hidup dan mulia, tidak rusak
dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna
8. Yohanes Damaskinus (697) Adalah layak bahwa ia, yang tetap perawan pada saat melahirkan,
tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan bahkan setelah kematiannya. Adalah layak
bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat
tinggal di dalam tabernakel ilahi. Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil
Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang
telah memandang Putera-Nya di salib dan yang telah menerima di dalam hatinya
pedang duka cita yang tidak dialaminya pada saat melahirkan-Nya, dapat
memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa. Adalah layak bahwa Bunda Tuhan
memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan bahwa ia layak dihormati oleh
setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba Tuhan.
9. Gregorian Sacramentary (795) Terhormat bagi kami, O Tuhan, perayaan hari ini, yang
memperingati Bunda Allah yang kudus yang meninggal dunia untuk sementara waktu,
namun tetap tidak dapat dijerat oleh maut, yang telah melahirkan Putera-Mu,
Tuhan kami yang menjelma dari dirinya.
Tulisan ini dari Katolisitas.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar