Kamis, 18 Agustus 2016

100% Katolik 100 % Indonesia

HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (P)
Sir. 10:1-8
Mzm. 101:1a,2ac,3a, 6-7
1 Ptr. 2:13-17
Mat. 22:15-21



Sir. 10:1-8

10:1 Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur.
10:2 Seperti penguasa bangsa demikianpun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya.
10:3 Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.
10:4 Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.
10:5 Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya.
10:6 Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.
10:7 Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah.
10:8 Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
10:9 Mengapa congkak, engkau yang hanya debu dan abu, yang isi perutnya sudah memualkan selagi hidup?
10:10 Penyakit keras mengejek-ejek tabib, hari ini masih raja dan besok sudah mati!


1 Ptr. 2:13-17

2:13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,
2:14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
2:15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
2:16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
2:17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!

Mat. 22:15-21

22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"
22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."


100% Katolik 100 % Indonesia

Ungkapan heroik, religius, dan sangat menginspirasi dari Mgr. Soegijapranata, uskup pribumi Indonesia. Tidak bisa dipisahkan Gereja dan bangsa itu. Hal ini mengikuti teladan Yesus yang memang tidak memisahkan manusia, di dalam pengabdiannya. Bagaimana mau dipisahkan kalau satu tubuh utuh itu, jelas saja sepenuhnya untuk kaisar dalam hal ini negara dan juga sepenuhnya untuk Allah.
Sering kita demi bangsa melalaikan Tuhan Allah, kita bisa merasakan bagaimana politisi kita yang sering dinamai politikus, demi kekuasaan yang menggunakan banyak cara. Konteks kitab suci, adalah mau menjebak Yesus yang dipikirkan akan mengajak untuk menghina kaisar seperti kebanyakan patriot atau sebaliknya. Ternyata tidak demikian, Yesus menyatakan keadilan dan ranah masing-masing.
Selama ini politisi kita, bangsa ini, menggunakan agama, Tuhan, dan ibadat itu sebatas ritual dan demi pencitraan. Bukan esensinya untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan Tuhan. Menggunakan cara-cara yang merupakan cara yang tidak dikehendaki Tuhan.
Tuhan tidak menghendaki yang demikian. Mengabdi Tuhan dan negara itu seiring sejalan. Pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi, etik, dan moral tinggi, itu berarti tidak meninggaljan Tuhan bukan?

Kemerdekaan bangsa ini, patut kita rayakan dan syukuri, bagaimana Gereja juga terlibat secara penuh bukan hanya duduk diam, Vatikan sebagai Gereja Universal juga mengambil peran dengan pengakuan atas Indonesia sebagai negara berdaulat yang pertama. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar