Pw.
S. Dominikus, Pendiri Ordo Pengkotbah, Im. (P)
Yeh.
1:2-5,24-2:1
Mzm.
148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd
Mat.
17:22-27
Yeh.
1:2-5,24-2:1
1:2 Pada tanggal lima bulan
itu, yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang,
1:3 datanglah firman TUHAN
kepada imam Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar,
dan di sana kekuasaan TUHAN meliputi dia.
1:4 Lalu aku melihat,
sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar
dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam,
di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat.
1:5 Dan di tengah-tengah itu
juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka:
mereka menyerupai manusia
1:24 Kalau mereka berjalan,
aku mendengar suara sayapnya seperti suara air terjun yang menderu, seperti
suara Yang Mahakuasa, seperti keributan laskar yang besar; kalau mereka
berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.
1:25 Maka kedengaranlah suara
dari atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka; kalau mereka berhenti,
sayapnya dibiarkan terkulai.
1:26 Di atas cakrawala yang
ada di atas kepala mereka ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti
permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu ada yang kelihatan
seperti rupa manusia.
1:27 Dari yang menyerupai
pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api
yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke
bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar.
1:28 Seperti busur pelangi,
yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang
mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku
melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.
2:1 Firman-Nya kepadaku:
"Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara
dengan engkau."
Mat.
17:22-27
17:22 Pada waktu Yesus dan
murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak
Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
17:23 dan mereka akan
membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati
murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.
17:24 Ketika Yesus dan
murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada
Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham
itu?"
17:25 Jawabnya: "Memang
membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan
pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini
memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?"
17:26 Jawab Petrus:
"Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah
rakyatnya.
17:27 Tetapi supaya jangan
kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan
pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan
menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah
kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.
Dominikus:
Pendiri Ordo Pengkotbah
Santo
Dominikus dilahirkan di Calaruega, Spanyol pada tahun 1171 dari keluarga Felix de
Guzman dan Bl. Jean of Aza. Ia melewati masa kecilnya tanpa peristiwa besar
yang menyolok. Ia ditahbiskan menjadi imam saat masih belajar di Universitas di Palencia pada tahun 1198/1199. Ia menjadi imam
di Spanyol yang mengikuti secara ketat aturan yang dikembangkan oleh St.
Agustinus di bawah pimpinan Uskup Diego de Acebo.
Mei 1203, King Alfonzo VII mengutus uskup Diego untuk mengatur
pernikahan putranya, Infante
don Fernando, dengan putri dari keluarga kerajaan Denmark.
Pernikahan tersebut diharapkan dapat mempererat relasi politik
antara Castile (Spanyol), Denmark dan Prancis.
Dalam perjalanan, tepatnya di Toulouse, Prancis Selatan, Dominikus yang
menemani Uskupnya untuk pertama kali berhadapan dengan bidaah Albigensian di
sebuah penginapan. St.Dominikus berdebat sepanjang malam dengan pemilik
penginapan tersebut dan saat matahari terbit, pemilik penginapan tersebut
kembali ke iman Katholik.
Di
Denmark, Uskup Diego bertemu dengan Uskup Agung Andrew Sunesen dan rencana pernikahan disetujui. Pada
tahun 1205, Uskup Diego
mengadakan perjalan kedua ke Denmark untuk menjemput sang putri, tetapi rencana
pernikahan dibatalkan sepihak oleh sang putri. Setelah misi di Denmark, Uskup
Diego berkunjung ke Roma dan melanjutkan perjalanannya ke Montpellier, Prancis
Selatan di mana bidaah Albigensian dan Catharist
mengancam Gereja Katholik. Di sana, dia bertemu dengan tiga utusan kepausan Arnoud Amaury, Peter of Castelnau, dan Maitre Raoul yang mengalami frustasi dalam misi
mereka memerangi bidaah. Uskup Diego kemudian berinisiatif untuk membantu
ketiga utusan paus tersebut.
Pada
tahun 1207 setelah setahun memerangi bidaah di
Prancis selatan, uskup Diego memutuskan kembali ke Osma, sementara Dominikus
melanjutkan misinya di Montpellier. Sebuah pukulan besar buat Dominikus saat
mendengar kabar kematian uskup Diego pada 30 Desember 1207.
Duta
kepausan Peter de Castelnan dibunuh oleh kaum heretis Albigenses pada 14
Januari 1208. Paus Innocentius III selanjutnya melancarkan kampanye
militer di bawah pimpinan Simon de Montford melawan Count Raymond VI, pemimpin
kota Toulouse yang diduga sebagai perencana pembunuhan Peter of Castelnau, yang
selanjutnya mewarnai perang saudara serta pembunuhan massal. Sementara para
serdadu memerangi para bidaah dengan pedang dan kekerasaan, Dominikus memerangi
mereka dengan berkhotbah.
Setelah
'Battle of Muret' pada 12 September 1203, Simon de Montford berhasil
menaklukkan kota Toulouse dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat
pertahanannya. Di kota ini pula Dominikus menerima Peter Seila dan Thomas yang
ingin ambil bagian dari karya Dominikus dan menjadi saudara dari Dominkus.
Maka, Dominikus menerima mereka dalam pengucapan kaul religius. Untuk
sementara, mereka tinggal di rumah pemberian Peter Seile. Kemudian Dominikus
meminta izin dari Uskup Fulk, Uskup Toulouse, untuk pendirian ordonya tersebut.
Pada
September 1205, Dominikus pergi ke Roma untuk meminta konfirmasi untuk ordonya
dan sekaligus menghadiri Konsili Lateran IV yang berlangsung bulan November. Paus
Innocent III menjanjikan konfirmasi tersebut dengan syarat bahwa Dominikus
harus memilih dasar konstitusi dari ordonya sesuai dengan aturan-aturan yang
telah diterima Gereja. Dominikus kemudian kembali ke Toulouse dan mengumpulkan
saudara-saudaranya untuk menjadi anggota Dominikan yang pertama pada 29 Mei
1206 (Pantekosta).
Mereka dengan keyakinan penuh memilih regula
Santo Agustinus sebagai dasar
konstitusi mereka.
Pada
16 Juli 1206, Paus Innocentius III meninggal dunia dan Kardinal Cencio Savelli
terpilih sebagai Paus berikutnya yang kemudian mengambil nama Honorius III.
Pada 22 Desember 1216, Paus Honorius III menyetujui konfirmasi ordo ini, dan
dengan itu OP atau Order of Preachers
berdiri secara sah.
Di
akhir hidupnya Dominikus mengkonsentrasikan diri untuk mengatur kehidupan ordo
serta membuat perjalanan panjang ke Italia. Spanyol dan Prancis untuk berkotbah
yang menarik begitu banyak kaum muda serta membangun rumah-rumah biara yang
baru.
Ia
meninggal pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah konsili kedua dari ordo ini di
Bologna, Italia. Dua belas tahun setelah kematiannya yakni pada 3 Juni 1234,
dia dikanonisasikan menjadi orang kudus. Pestanya dirayakan setiap Tanggal 8
Agustus. Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan
melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku
apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang
mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,”
katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama.
Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun
pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam
menyebarluaskan devosi Rosario yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar