Pw.
S. Bernardus, AbsPujG (P)
Yeh.
43:1-7
Mzm.
85:9ab10,11-12,13-14
Mat.
23:1-12
Yeh.
43:1-7
43:1 Lalu dibawanya aku ke
pintu gerbang, yaitu pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur.
43:2 Sungguh, kemuliaan Allah
Israel datang dari sebelah timur dan terdengarlah suara seperti suara air
terjun yang menderu dan bumi bersinar karena kemuliaan-Nya.
43:3 Yang kelihatan kepadaku
itu adalah seperti yang kelihatan kepadaku ketika Ia datang untuk memusnahkan
kota itu dan seperti yang kelihatan kepadaku di tepi sungai Kebar, maka aku
sembah sujud.
43:4 Sedang kemuliaan TUHAN
masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur,
43:5 Roh itu mengangkat aku
dan membawa aku ke pelataran dalam, sungguh, Bait Suci itu penuh kemuliaan
TUHAN.
43:6 Lalu aku mendengar Dia
berfirman kepadaku dari dalam Bait Suci itu -- orang yang mengukur Bait Suci
itu berdiri di sampingku --
43:7 dan Ia berfirman
kepadaku: "Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku dan inilah tempat
tapak kaki-Ku; di sinilah Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel untuk
selama-lamanya dan kaum Israel tidak lagi akan menajiskan nama-Ku yang kudus,
baik mereka maupun raja-raja mereka, dengan persundalan mereka atau dengan
mayat raja-raja mereka yang sudah mati.
Mat.
23:1-12
23:1 Maka berkatalah Yesus
kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
23:2 "Ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
23:3 Sebab itu turutilah dan
lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.
23:4 Mereka mengikat
beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri
tidak mau menyentuhnya.
23:5 Semua pekerjaan yang
mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali
sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
23:6 mereka suka duduk di
tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
23:7 mereka suka menerima
penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
23:8 Tetapi kamu, janganlah
kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.
23:9 Dan janganlah kamu
menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang
di sorga.
23:10 Janganlah pula kamu
disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
23:11 Barangsiapa terbesar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
23:12 Dan barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan.
Kesatuan
Kata dan Perbuatan
Saudara terkasih, hari ini Gereja mengajak kita
merenungkan bagaimana perbuatan dan perkataan itu adalah satu. Yesus mengatakan
kepada para murid dan pendengar-Nya untuk taat dan menuruti ajaran dari para
ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka mengajarkan hal yang baik sesuai dengan
ajaran dan arahan Musa atau Taurat dengan sangat baik, namun memberikan catatan
bagaimana mereka tidak perlu mengikuti perilaku ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka sama sekali tidak melakukan
apa yang mereka ajarkan. Bahwa ajaran mereka baik namun perilakunya kurang
mencerminkan apa yang mereka ajarkan.
Mereka melakukan segala perbuatan bukan demi Tuhan
dan ajaran Taurat namun demi pujian, nama mereka, dan pusatnya ada pada diri
sendiri. Mencari penghormatan dengan duduk di tempat yang paling terhormat,
jika tidak mendapatkan mereka marah atau ngambeg.
Tuhan mengajak kita bersikap rendah hati. Kerendahan
hati yang akan membawa kepada kemuliaan. Kaitan dengan kerendahan hati adalah
sikap ahli Taurat dan orang Farisi yang mencari kehormatan dari ajaran mereka
namun tidak dilakukan. Ini yang menjadi nilai pembeda dari ajaran Yesus.
Kesatuan antara perbuatan dan perkataan, jadi bukan
hanya bisa bicara namun nol dalam pelaksanaan. Kita tentu sering melihat
pejabat kita yang mengatakan untuk jangan korupsi namun masih saja suka tidak
disiplin, anggaran digelembungkan, dan sejenisnya. Di Gereja mengajarkan cinta
kasih dan pengampunan, namun saudara yang tidak aktif bukan didekati namun
dipergunjingkan. Atau imam malah berseteru, diam-diaman dengan pastor kepala hanya
karena iri.
Kerendahan hati itu dalam berbagai macam cara dan
perilaku bisa dipertunjukkan. Bagaimana kita bisa bergaul dengan semua orang
tanpa memandang perbedaan, bukan hanya dengan yang kaya karena bisa memberikan
banyak keuntungan, dan yang miskin tidak perlu dikenal karena hanya akan
membebani. Ini yang Tuhan kehendaki agar tidak kita lakukan di dalam hidup
menggereja. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar