Pw.
S. Saesilia, PrwMrt (M)
Why.
5:1-10
Mzm.
149:1-6a,9b
Luk.
19:41-44
Why.
5:1-10
5:1 Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta
itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan
dimeterai dengan tujuh meterai.
5:2 Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru
dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab
itu dan membuka meterai-meterainya?"
5:3 Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau yang di bumi
atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat
melihat sebelah dalamnya.
5:4 Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada
seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun
melihat sebelah dalamnya.
5:5 Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku:
"Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas
Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka
ketujuh meterainya."
5:6 Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk
itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang
diutus ke seluruh bumi.
5:7 Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu
dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.
5:8 Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat
makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus.
5:9 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya:
"Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya;
karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka
bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
5:10 Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan
menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di
bumi."
Luk.
19:41-44
19:41 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia
menangisinya,
19:42 kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini
juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang
hal itu tersembunyi bagi matamu.
19:43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi
engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala
jurusan,
19:44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan
pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal
terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana
Allah melawat engkau."
Santa
Sesilia, Perawan dan Martir
Cerita-cerita mengenai Sesilia kurang pasti dan jelas. Dalam buku
'Acta' (Cerita Kuno) yang berbau legenda, diceritakan bahwa Sesilia adalah
seorang gadis Roma yang telah menjadi Kristen. Ia, puteri bangsawan dari suku
bangsa Coesilia, suku terkenal yang menghasilkan banyak pemimpin serta
delapanbelas orang konsul untuk Republik Roma pada masa itu. Konon semenjak
kecil ia telah berikrar kepada Allah untuk hidup suci-murni dan tidak menikah.
Namun ketika sudah dewasa, orang-tuanya mempertunangkan dia dengan Valerianus,
seorang pemuda yang berhati mulia dan jujur tetapi masih kafir.
Sebagai anak yang sudah menjelang dewasa, ia cukup bijaksana
menghadapi ulah orang-tuanya. Ia tidak menoIak kehendak orang tuanya,
kendatipun dalam hatinya ia terus berupaya mencari jalan bagaimana cara ia
tetap mempertahankan ikrar kemurniannya. Ia yakin bahwa Tuhan yang Mahakuasa
akan membantunya dalam niatnya yang baik itu. Dengan keyakinan itu, imannya
tidak goyah sambil tetap menghormati kedua orang-tuanya. Ketika hari perkawinannya
tiba, maka Sesilia mengikuti upacara sambil berdoa dan menyanyikan lagu-lagu
rohani; sementara itu para tamu sudah datang dan bunyi musik pun sudah ramai
terdengar. Seusai pesta perkawinan itu, ia bersama Valerianus memasuki kamar
mereka sebagai suami-isteri.
Dengan berani Sesilia berkata kepada suaminya Valerianus:
"Valerianus! Aku mau menceritakan kepadamu suatu rahasia pribadi. Aku
mohon engkau mendengarkannya dengan sepenuh hati dan tetap menerima aku sebagai
isterimu. Engkau harus tahu bahwa aku mempunyai seorang malaekat yang selalu
menjaga aku. Jika engkau berani menyentuh aku sebagaimana biasanya dilakukan
oleh suami-isteri yang sudah menikah secara resmi, maka malaekat itu akan marah
dan engkau akan menanggung banyak penderitaan. Tetapi jika engkau menghormati
keperawananku, maka malaekat pelindungku itu akan mencintai emgkau sebagaimana
dia mencintai aku."
Kata Valerianus: "Tunjukkanlah malaekat itu kepadaku. Jika ia
berasal dari Tuhan maka aku akan mengikuti kemauanmu." Jawab Sesilia:
"Jika engkau percaya dan mau dibaptis menjadi Kristen, engkau akan melihat
malaekat itu." Valerianus menyetujui usul Sesilia, isterinya. Ia disuruh
menghadap Paus Urbanus, yang tinggal di Jalan Apia. Di sana ia mengalami suatu
penampakan ajaib dan mendapat pengetahuan iman lalu ia bertobat dan
dipermandikan oleh Paus Urbanus. Ketika ia kembali ke rumah, didapatinya
Sesilia sedang berdoa didampingi seorang malaekat yang membawa 2 mahkota bunga:
untuk Sesilia dan Valerianus. Valerianus sangat terharu menyaksikan peristiwa
itu. Dengan itu apa yang dikehendakinya terpenuhi: ia melihat sendiri malaekat
pelindung Sesilia, isterinya.
Pada waktu itu Kaisar Roma Diokletianus sedang giat mengejar dan
menganiaya umat Kristen. Dengan rajin Sesilia dan Valerianus setiap hari menguburkan
jenazah orang-orang Kristen yang dibunuh. Valerianus kemudian tertangkap dan
dihukum mati bersama adiknya dan seorang tentara Romawi yang bertobat. Tak lama
kemudian Sesilia juga ditangkap dan diadili. Ia menolak dengan tegas bujukan
para penguasa. Maka ia disiksa dengan bermacam-macam cara, tetapi semuanya itu
sia-sia saja. Akhirnya dia dipenggal lehernya dan wafat sebagai martir Kristus
pada tahun 230.
Keberaniannya menghadapi kemartirannya membuat Sesilia tampil
sebagai contoh gadis Kristen sejati, yang menjadikan hidupnya suatu madah
pujian bagi Tuhan; ia dengan tegas dan gembira memilih keperawanan dan lebih
senang mati daripada menyangkal cinta setianya kepada Kristus. Kemartirannya
membuat banyak orang Roma bertobat dan mengimani Kristus. Dalam abad kelima di
Roma didirikan sebuah gereja basilik untuk menghormatinya, dan devosi-devosi
rakyat segera mengangkatnya sebagai pelindung paduan suara dan musik gerejawi.Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar