Senin
Pekan Biasa XXXI (H)
Fil.
2:1-4
Mzm.
131:1,2,3
Luk.
14:12-14
Fil.
2:1-4
2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih,
ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah
kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Luk.
14:12-14
14:12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia:
"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah
engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu
atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan
mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
14:13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang
miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
14:14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai
apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada
hari kebangkitan orang-orang benar."
Kasih itu Memberikan Suka Cita, Bukan Mengharapkan Balasan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak merenungkan
sabda Tuhan, di mana ketika kita mengadakan perjamuan itu adalah memberikan
perhatian dan kasih. Tidak berpamrih agar mendapatkan balasan atau menerima
perlakuan yang sama. Jadi ingat dalam sebuah pemberitaan.
Seorang tunawisma yang dibelikan makanan siap saja
dan didengarkan seorang gadis, ia berkisah bahwa ia menyesal menjadi
gelandangan dan mengidap penyakit parah akibat obat-obatan terlarang. Ia sejatinya
ingin membuat orang tuanya bangga, apadaya sekarang sudah meninggal, dan dia
malah jadi gelandangan seperti ini.
Si gadis karena waktunya berangkat ke kantor, mohon
diri, si gelandangan mengambil kertas bekas nota dan menuliskan sebuah pesan, terima kasih gadis cantik, kamu bukan saja
menraktirku, namun juga menyelamatkan jiwaku. Tadinya aku mau bunuh diri, namun
karena pemberian makanan dan perhatianmu membuat aku berubah pikiran.
Si gadis itu memberikan waktu, perhatian, bukan
hanya makanan, pada orang yang tidak ada harapan untuk membalasnya. Ternyata luar
biasa, malah mendapatkan apa yang sama sekali tidak ia bayangkan. Apa yang ia
lakukan ternyata menggugah batin, bukan semata makanan yang akan berujung ke
pembuangan itu.
Saudara terkasih, sering dalam budaya, adat
istiadat, bahkan ada agama yang masih berhitung bagaimana berbuat baik untuk
mendapatkan juga kebaikan. Do ut des, pamrih
kadang pun di dalam relasi bersama dan di dalam Tuhan. Ada imbal balik atas
perbuatan dan perilaku kita. Menjadi anak manis agar mendapatkan kasih sayang
orang tua. Padahal tidak demikian. Mengundang pesta bagi orang yang biasa makan
enak apa untungnya bukan? Apa berani mengundang orang yang tidak mampu? Di situlah
kualitas dan di sanalah kehendak Tuhan di maksudkan. Melepaskan tanpa pamrh apa
yang seharusnya memang dilakukan. Sikap berbeda dan radikal yang diperlukan
sebagai pengikut Kristus. Ikut Kristus bukan biasa-biasa.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar