Pw. S.
Elisabet dr Hungaria, Biarw. (P)
3 Yoh,
1:5-8
Mzm.
112:1-6
Luk.
18:1-8
3 Yoh,
1:5-8
1:5 Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang
percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun
mereka adalah orang-orang asing.
1:6 Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang
kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam
perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah.
1:7 Sebab karena nama-Nya mereka telah berangkat dengan tidak menerima
sesuatu pun dari orang-orang yang tidak mengenal Allah.
1:8 Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya kita
boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran.
Luk.
18:1-8
18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk
menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
18:2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun.
18:3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada
hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia
berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorang pun,
18:5 namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku
membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang
aku."
18:6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang
lalim itu!
18:7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang
siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum
menolong mereka?
18:8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan
tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"
Santa Elisabeth dari Hungaria
Elisabeth Hungaria
adalah janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turingia. Sepeninggal
suaminya, ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan sangat aktif
melayani orang-orang miskin dengan kekayaannya. Elisabeth lahir di Pressbura
atau Bratislava atau Saros Patak (sekarang: Cekoslovakia), ibukota Hungaria Utara,
pada tahun 1207 dari pasangan Andreas II, Raja Hungaria, dan Gertrude dari
Andechs Meran.
Ketika berusia 4 tahun, kedua orang-tuanya mempertunangkan dia
dengan putera tertua Pangeran Hermann I dari Thuringia, Jerman Barat. Semenjak
itu Elisabeth kecil tinggal di istana Wartburg di Jerman Tengah. Di sana ia dan
putera Pangeran Herman I itu dibesarkan dan dididik bersama. Namun sayang,
rencana pernikahan mereka menemui jalan buntu: sang pangeran muda itu mati
dalam usia yang masih begitu muda. Sebagai gantinya Elisabeth lalu
dipertunangkan dengan Ludwig IV, putera Hermann I yang lebih muda. Pernikahan
mereka diselenggarakan pada tahun 1221 ketika Elisabeth berusia 14 tahun dan
Ludwig berusia 21 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Perkawinan ini
berakhir pada tahun 1227, ketika Ludwig meninggal dunia karena serangan wabah
pes sementara mengikuti Perang Salib di Tanah Suci.
Selagi hidup bersama suaminya, Elisabeth tetap hidup sederhana,
tidak seperti penghuni istana lainnya yang serba mewah. Ia bahkan sangat sosial
dan menunjukkan perhatian dan cintakasih yang besar kepada orang-orang miskin.
Ia mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin itu. Hal itu
tidak disukai oleh kaum keluarganya; mereka menuduh Elisabeth memboroskan harta
suaminya. Suatu hari, ia dipergoki suaminya ketika sedang keluar membawa sebuah
keranjang berisi roti. "Apa yang kaubawa itu?" tanya suaminya dengan
suara agak keras. Elisabeth agak takut tetapi dengan serta merta ia menjawab:
"Bunga mawar, Mas!". Suaminya tak percaya dan segera menggeledah
bungkusan di dalam keranjang itu. Dan ternyata betul: keranjang itu berisi
bunga-bunga mawar yang masih segar. Tuhan kiranya telah menyelamatkan hambanya.
Sejak itu, Ludwig semakin menyayangi Elisabeth dan hidup rukun dengannya.
Ludwig semakin memahami tujuan perbuatan sosial Elisabeth kepada orang-orang
miskin. Kepada penghuni-penghuni istana lain yang tidak menyukai Elisabeth,
Ludwig mengatakan: "Perbuatan amal Elisabeth akan membawa berkat Tuhan
bagi kita. Kita tentu tidak akan dibiarkan Allah menderita suatu kekurangan
pun, selama kita mengizinkan Elisabeth untuk meringankan penderitaan orang
lain."
Sebelum kepergian
suaminya ke Tanah Suci guna mengikuti Perang Salib, Elisabeth telah banyak
menunjukkan perbuatan-perbuatan cintakasih yang mengagumkan kepada orang-orang
miskin dan sakit. Ia mendirikan rumah-rumah sakit, dan memberikan makanan
kepada orang-orang malang itu. Kegiatan amalnya ini diperganda, ketika
Elisabeth menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
Kegiatan-kegiatannya semakin memperhebat kebencian anggota
keluarga istana padanya. Ia diusir dari istana tanpa membawa apa-apa kecuali
tiga orang puteranya. Kemudian ketiga anaknya itu dititipkan pada seorang
sahabatnya yang terpercaya. Ia sendiri lalu masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus
dan giat menjalankan berbagai kegiatan amal kepada orang-orang miskin dan
anak-anak yatim-piatu. Ia mengakhiri hidupnya sebagai hamba Tuhan yang setia
dan wafat di Marburg, Jerman pada tanggal 17 Nopember 1231, dalam usia 24
tahun. Banyak sekali terjadi mujizat berkat perantaraannya.
Pada tahun 1235, empat tahun setelah kematiannya, ia sudah
dinyatakan 'kudus' berkat permohonan dari orang-orang yang mengenal baik dia
dan semua kebajikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Tak ketinggalan di
antara orang-orang itu, bapa pengakuannya, yang sungguh mengagumi kepribadian
dan karyanya. Elisabeth adalah seorang ibu yang memberi teladan hidup yang luar
biasa kepada para ibu rumah tangga. Ia diangkat menjadi pelindung kudus
karya-karya sosial. imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar