Rabu Pekan
Biasa XXXI (H)
Flp.
2:12-17
Mzm. 27:1,4,13-14
Luk.
14:25-33
Flp.
2:12-17
2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir,
2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan,
2:15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak
Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan
yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia,
2:16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat
bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma
bersusah-susah.
2:17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah
imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.
2:18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah
dengan aku.
Luk.
14:25-33
14:25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus
dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci
bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia
tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah
menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya
untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat
menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak
sanggup menyelesaikannya.
14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan
raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu
orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu
orang?
14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu
masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak
melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Murid
itu Lepas Bebas
Saudara terkasih, menjadi murid Yesus itu perlu
sikap lepas bebas. Mengapa demikian? Karena kita ikut DIA yang juga lepas
bebas. Melepaskan kepentingan dan fokus pada perutusan yang bersumber dari
sabda dan tindakan-Nya.
Tugas kita itu lebih dari segalanya, termasuk
keluarga, orang tua, pasangan, ataupun dalam era modern ini adalah karir,
teknologi, dan segala sesuatu yang melekat dan keakuan. Sikap ini diharapkan
oleh Tuhan agar kita pun mampu menyerahkan seluruhnya ke dalam Penyelenggaraan
Ilahi, menepikan apapun yang malah memisahkan atau menjauhkan kita
daripada-Nya.
Sering kita merasa bahwa upaya kita,, kemampuan
kita, otak kita, atau kesalehan kita itu mampu menjadi bekal, namun jika tidak
hati-hati justru itu menjadi batu sandungan bagi kita karena kita fokus pada
kita bukan pada DIA yang memanggil kita.
Memanggul salib juga kesatuan utuh menjadi murid
Tuhan. Bagaimana orang terutama sebagai sebuah bangsa di Indonesia, Gereja
Indonesia sering dihinggapi kecurigaan, tuduhan, dan sikap miring lainnya. Apakah
itu membuat takut dan mundur? Atau tetap berani sebagai sebuah konsekuensi atas
panggilan dan karunia Tuhan?
Tidak jarang kita dimusuhi, ditolak, atau tidak
boleh menjadi ini dan itu karena agama, karena iman, dan karena panggilan
Tuhan. Hal yang secara manusiawi tidak mudah, namun toh mampu kita jalani,
karena ada DIA yang telah memilih kita itu akan juga memampukan dan selalu
menguatkan.
Jika kita mudah terlena, takut, dan surut karena
berbeda dengan lingkungan sekitar untuk apa iman kepada-Nya, nyatanya Tuhan
sendiri ditolak, apalagi kita pengikut-Nya bukan? Menyerahkan seluruhnya kepada
Tuhan bukan berarti kita kemudian leha-leha dan tidak berbuat apa-apa, tidak
demikian. Kita mengupayakan apa yang mampu kita lakukan, dan jika tidak lagi
ada jalan, toh masih ada Tuhan yang akan menyelesaikan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar